Bandung, 8 Ramadhan 1437/13 Juni 2016 (MINA) – Imam Besar Masjid Al-Aqsha Syaikh Ikrimah Sabri mengatakan, permasalahan Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds merupakan bagian dari keimanan seseorang.
“Al-Aqsha dan Al-Quds merupakan bagian dari keimanan kita, karena masjid ini disandingkan dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,” ujar Syaikh Sabri dalam ceramah bersama pimpinan ormas Islam, lembaga kemanusiaan dan media di Hotel Savoy Homann Bandung, Senin (13/6).
Menurutnya, dibadingkan dengan Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi, Masjid Al-Aqsha sesuai namanya memang yang paling jauh. Namun jangan sampai dilalaikan.
“Melalaikan permasalahan Al-Aqsha berarti hilangnya keimanan seorang Muslim,” ujarnya.
Baca Juga: Ketua MPR RI Salurkan Bantuan untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Padahalnya, lanjutnya, kawasan Masjid Al-Aqsha merupakan pintu gerbang Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. “Melalui peristiwa mi’raj inilah kita menerima perintah shalat lima waktu,” paparnya.
Shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun untuk pertama kalinya dilakukan di Masjid Al-Aqsha. Hal ini juga membuktikan bahwa Al-Aqsha adalah milik kaum Muslimin di manapun berada, lanjutnya.
Kewajiban Bela Al-Aqsha
Syaikh Sabri menambahkan, kaum Muslimin di Palestina telah menjadi garda terdepan dalam pembelaan terhadap eksistensi Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama umat Islam. Maka, menjadi kewajiban bagi kaum Muslimin lainnya untuk mendukungnya
Baca Juga: HGN 2024, Mendikdasmen Upayakan Kesejahteraan Guru Lewat Sertifikasi
Muslimin dan Muslimat di Al-Aqsha mempertaruhkan diri dalam menjaga Al-Aqsha. Demikian juga hendaknya semua Muslimin dan Muslimat di belahan negeri lainnya, ujarnya.
“Masjid Al-Aqsha adalah milik dan tanggung jawab kaum Muslimin dunia, bukan hanya milik Palestina semata. Setiap kita kaum Muslimin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti di hadapan Allah, apa peran kita,” paparnya.
Sebab, menurutnya, walaupun sudah ada saudara-saudara Muslimin di Kota AlQuds yang sedang dan terus menjaga kesucian Masjid Al-Aqsha. Namun itu tidak menggugurkan kewajiban umat Islam lainnya dalam menyelamatkan Al-Aqsha.
Mereka menjadi murabithun, para penjaga Al-Aqsha, yang berjaga sepanjang 24 jam tiap hari, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka telah menggantikan dan mewakili umat Islam dunia, di garda terdepan dalam berhadapan langsung dengan Zionis Israel.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Masing-masing kita punya peran yang sama, sesuai kemampuan yang kita miliki, dan karena masalah Masjid Al-Aqsha ini menjadi ukuran keimanan dan akidah seseorang, maka perjuangan kea rash itu selamanya tidak akan pernah terputus,” Syaikh Sabri meyakinkan.
Imam Besar Masjid Al-Aqsha Syaikh Ikrimah Sabri bersama isteri dan puterinya sedang melakukan safari dakwah awal Ramadhan di beberapa kota di Indonesia, di antaranya ke Jakarta dan Bandung, dalam upaya mensosialisikan situasi terkini di kawasan Al-Aqsha.
Ummu Amr isterinya, merupakan seorang Muslimah ahli tafsir pertama di dunia. Ia menyusun Kitab Tafsir Al-Mufsir fii Nuril Quran. (L/P004/R03/R05/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Meriahkan BSP, LDF Al-Kautsar Unimal Gelar Diskusi Global Leadership