Tahfidz Qur’an Nurul Bayan, Majalengka, Pencetak Ahlullah Sejak Dini

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Sore itu selepas shalat Ashar berjama’ah, terlihat seorang anak laki-laki kecil begitu semangat mengulang-ulang ayat al Qur’an. Anak laki-laki itu sengaja memilih tempat duduk di beranda masjid untuk menghafal Qalam Allah itu. Tentu bisa ditebak, sebab duduk di beranda masjid membuatnya merasakan sejuknya udara sore. Sesekali matanya memandang lepas jauh ke depan yang terbentang pemandangan alam begitu asri sambil mulutnya tak henti-henti mengulang-ulang bacaan al Qur’an.

Anak lelaki itu bernama Labib ‘Abdullah. Meski usianya baru 9 tahun dan duduk di kelas 4 MI Kukulu Mekarwangi Kecamatan Lemahsugih Kabupaten , tapi ia sudah mempunyai hafalan 4 juz  Qur’an. Anak laki-laki itu adalah santri tahfidz Qur’an Majalengka. Labib sapaan akrabnya, bukan satu-satunya yang menjadi santri penghafal al Qur’an di pesantren itu. Masih ada beberapa anak seusianya yang juga ikut menghafal al Qur’an di Nurul Bayan.

“Sebenarnya, Nurul Bayan ini khusus untuk anak perempuan. Tapi karena dia (Labib) anak yang tinggal di lingkungan pesantren Nurul Bayan ini, maka sehari-harinya ia juga ikut menghafal al Qur’an. Meski tidak secara khusus menghafal al Qur’an (karena nyambi sekolah), tapi alhamdulillah dia mampu menghafal,” ujar Ummu Tsaqib pengelola dan pengajar sehari-hari santri tahfidz Qur’an Nurul Bayan.

Bila Anda singgah dan melihat-lihat pemandangan dari beranda masjid di Pesantren Nurul Bayan, tempat di mana pesantren penghafal al Qur’an itu berdiri, tentu saja Anda akan merasa betah berlama-lama disana. Mengapa? Selain karena indahnya bacaan-bacaan al Qur’an para santri, juga sudah tentu yang tak kalah menariknya adalah terbentangnya ayat-ayat kauniyah Sang Maha Pencipta, pemandangan alamnya yang begitu indah. Di lokasi Pesantren Nurul Bayan itu, Anda bisa melihat mulai dari luasnya sawah-sawah yang terbentang, hingga puncak Gunung Ciremai yang terlihat jelas di pagi hari.

Pesantren Tahfidz Qur’an Nurul Bayan Majalengka bisa dibilang baru berjalan sekitar 4 tahun. Namun, siapa sangka tahfidz Qur’an yang mayoritas santrinya adalah anak-anak perempuan mulai usia SD/MI hingga ada yang lulusan SMA/MA, hingga kini sudah melahirkan 4 orang hafidzah. Di antara mereka adalah Sumayah (18), akhwat asal Jambi. Maya sapaan akrabnya.Sejak dua tahun lalu ia sudah menyelesaikan hafalan al Qur’an-nya. Kini ia sedang melakukan pengabdian sebagai bukti amal shalih di Nurul Bayan.

Lahirnya Para Hafidzah

Selain terus mengulang-ulang hafalannya, Maya juga ikut aktif membantu mengajar adik-adik tingkatnya. Menurutnya, seorang penghafal Qur’an itu harus senantiasa bersungguh-sungguh, banyak berdoa dan menjaga Allah di mana dan kapan pun berada. Tanpa kesungguhan, menurutnya akan sulit menghafal al Qur’an.

“Kendala pasti ada. Tapi, semua itu akan teratasi jika kita mempunyai kesungguhan dalam menghafalnya. Selain itu, selalulah jaga Allah di mana dan kapan pun berada. Jangan sekali-kali memaksiati Allah,” ujarnya.

Selain Maya, ada juga Rita Aulia Nur Hasanah (19). Ustadzah Rita, sapaan akrabnya adalah salah satu ustazah yang kini juga sudah menyelesaikan hafalan al Qur’an-nya. Akhwat asal Sumedang Jawa Barat itu kini mendapat amanah untuk membantu mengajarkan al Qur’an dan menerima setoran santri-santri lainnya. Selain menerima setoran, ia juga menjadi Amiroh bagi para Musyrifah untuk mengontrol dan memotivasi para santri lainnya.

“Saya bersyukur sekali kepada Allah karena telah dimudahkan menyelesaikan hafalan al Qur’an ini. Namun, tugas saya tentu semakin luas dan berat. Sekarang saya sedang terus berusaha untuk memahami setiap makna yang sudah saya hafal, dan berusaha untuk mengamalkan setiap kandungan al Qur’an setahap demi setahap. Di samping itu tentu saja saya harus terus muraja’ah hafalan-hafalan saya agar tidak hilang,” katanya.

Hafidzah ketiga adalah Dini Awaliyah (18). Dini adalah akhwat asli dari Majalengka, tepatnya tinggal di sekitar lokasi pesantren Nurul Bayan. Kini, ia juga mendapat amanah untuk membantu mengajar al Qur’an dan ulumul syar’i lainnya di Nurul Bayan. Selain menerima setoran dari para santri lain, ia juga terlibat aktif mengajar TPA Nurul Bayan di mana pesertanya adalah anak-anak usia TK dan PAUD. Menurutnya, di Nurul Bayan ini anak-anak di bawah usia SD/MI sudah ada yang memulai menghafal al Qur’an.

“Alhamdulillah, para orang tua di kampung ini (Blok Pangauban), Desa Mekarwangi, dengan kesadaran untuk mengajarkan anak-anaknya menghafal al Qur’an sejak usia belia mulai tumbuh. Hari ini, di pondok setidaknya sudah terdaftar sekitar 20 santri penghafal al Qur’an usia MI, TK dan PAUD,” ujarnya.

Selain ketiga  hafidzah itu, ada dua akhwat lagi yang kini sudah menyelesaikan hafalannya; Ina dan Iqlima. Sementara sekitar 7 orang lainnya beberapa bulan ke depan akan menyelesaikan hafalan al Qur’annya. Menurut Ustadzah Rita, saat ini beberapa santri usia pendidikan SLTP/MTs dan SMA/MA rata-rata sudah hafal di atas 25 juz al Qur’an.

“Insya Allah dua tiga pekan ke depan akan selesai 30 juz al Qur’an dari sekitar 7 sampai 8 santri Nurul Bayan. Tentu ini adalah karunia yang sangat besar dari Allah Ta’ala,” ujarnya penuh haru.

Dari Luar Majalengka

Sejak awal berdiri sekitar 4 tahun lalu, Pesantren Tahfidz Qur’an Nurul Bayan sudah banyak menerima santri dari luar Majalengka. Di antara mereka ada yang dari Kalimantan Timur, Lampung, Jambi, Bekasi, Sumedang, Garut, Tasikmalaya dan tentu saja Majalengka sendiri. Meski banyak peminat dari luar daerah, namun para pengelola masih harus mempertimbangkan karena dari segi fasilitas pesantren Nurul Bayan jangan dikira sudah mempunyai gedung yang mentereng.

“Kami masih membatasi jumlah santri hingga kini. Jika tidak dibatasi, maka jumlah pendaftar per tahun bisa lebih dari 30 orang. Jadi hingga kini kami masih terus berjuang untuk bisa membangun asrama yang layak dan lebih luas lagi,” jelas Abu Hanif Ketua Yayasan Nurul Bayan Amanatul Ummah, yayasan yang menaungi berdirinya Pesantren Nurul Bayan.

Memang, secara fisik Pesantren Tahfidz Qur’an Nurul Bayan masih sangat sederhana. Namun, Abu Hanif merasa bersyukur sekali kepada Allah sebab walaupun kondisi asrama para santri masih sangat sederhana tapi justeru Allah mudahkan mereka untuk menyelesaikan hafalan-hafalan Qur’annya. Di balik semua ujian itu menurutnya ada hikmah besar yang terkadang tidak semua bisa ditebak oleh manusia.

Belajar al Qur’an Sejak Usia Dini

Menurut Ummu Tsaqib, Pesantren Nurul Bayan sejak awal berdiri sudah membuka tahfidz khusus untuk anak-anak usia SD, TK hingga PAUD.

Ia mengatakan, sejatinya anak-anak kaum muslimin sudah dikenalkan dengan al Qur’an sejak usia dini. Sehingga saat mereka dewasa sudah terbiasa hidup bersama al Qur’an.

“Tantangan zaman semakin besar dan tak terkendali. Seharusnyalah para orang tua muslim menyadari bahwa satu-satunya bekal untuk menyelamatkan anak dari segala fitnah akhir zaman adalah dengan mengenalkan dan mengajarkan mereka al Qur’an. Al Qur’an adalah bekal terbaik, sebelum mereka mendapatkan bekal-bekal yang lain,” jelasnya.

Memang, al Qur’an adalah bekal yang kelak dengan izin Allah akan menyelamatkan para penghfalnya. Allah Ta’ala akan selalu menjagai para keluarga-Nya (Ahlullah) yang selalu berusaha menghafal dan menjaga Qalam suci-Nya. Allah juga akan menyelamatkan para penghafal al Qur’an dari segala bentuk fitnah dan keburukan-keburukan lainnya.

Karena itu, Nurul Bayan sejak awal sudah memulai untuk membuka tahfidz Qur’an bagi anak-anak usia dini, TK dan SD. Harapannya tentu saja anak-anak itu sudah bisa minimal mengenal kitab sucinya sejak usia dini. Lebih dari itu, menurut Ummu Tsaqib Pesantren Nurul Bayan ingin ikut berkontribusi dalam perjuangan melahirkan para hafidz/ah.

“Bismillah, semoga Allah mencatat usaha kita sebagai amal shalih untuk ikut andil menghidupsuburkan al Qur’an di tengah-tengah umat di akhir zaman ini,” tegasnya.(A/RS3/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)