Tauhidullah Prinsip Pertama dalam Islam, Kajian Surat Al-Ikhlash

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA

Allah berfirman di dalam Surat :

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

Artinya: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (3). Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (4).”

Dinamakan Al-Ikhlas

Surat ini pun dinamakan Al-Ikhlas karena ia mengukuhkan keesaan Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia sendiri yang dituju untuk memenuhi semua kebutuhan, yang tidak melahirkan dan tidak dilahirkan, tiada yang menyerupai dan tandingan-Nya. Konsekuensi dari semua itu adalah ikhlas beribadah kepada Allah dan ikhlas menghadap kepada-Nya saja.

Surat ini dinamakan Al-Ikhlas karena di dalamnya berisi pengajaran tentang tauhid. Oleh karena itu, surat ini dinamakan juga Surat Al-Asas, Qul Huwallahu Ahad, At-Tauhid, Al-Iman, dan masih banyak nama lainnya.

Ada dua sebab mengapa surat ini dinamakan Al-Ikhlash.Yang pertama, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini berbicara tentang ikhlash. Yang kedua, dinamakan Al-Ikhlash karena surat ini murni membicarakan tentang Allah.

Syaikh Al Utsaimin mengatakan bahwa Surat Al-Ikhlas ini berasal dari ’mengikhlaskan sesuatu’ yaitu membersihkannya atau memurnikannya. Dinamakan demikian karena di dalam surat ini berisi pembahasan mengenai ikhlas kepada Allah ’Azza wa Jalla. Oleh karena itu, barangsiapa mengimaninya, dia termasuk orang yang ikhlas kepada Allah.

Baca Juga:  Politik dan Pendidikan Islam

Ada pula yang mengatakan bahwa surat ini dinamakan Al-Ikhlash, di mana ikhlash berarti murni, karena surat ini murni membicarakan tentang Allah. Allah hanya mengkhususkan membicarakan diri-Nya, tidak membicarakan tentang hukum ataupun yang lainnya. Dua tafsiran ini sama-sama benar, tidak bertolak belakang satu dan lainnya.

Sebab Turun Surat Al-Ikhlas

Surat ini turun sebagai jawaban kepada orang musyrik yang menanyakan pada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, yang menanyakan “Sebutkan nasab atau sifat Tuhanmu kepada kami?”. Maka Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ’Alaihi Wasallam, dengan Surat Al-Ikhlas ini.

Kandungan Surat Al-Ikhlas

, mengesakan Allah, bahwa Allah itu “Ahad”, tak berbilang. Inilah prinsip pertama dan tugas utama misi kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun kemudian mendakwahkan dan mengajak manusia kepada tauhidullah, beribadah kepada Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Pencipta dunia dan alam semesta.

Oleh karena itu di dalam surat Al-Ikhlas ini Allah memerintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar mengatakan, “Katakan, ‘Dialah Allah yang Esa.”

Allah Maha Esa, juga Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”

اللَّهُ الصَّمَدُ

Artinya: “Dia-lah Allah, Dia itu Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”

Artinya tiada sesuatu pun di atas-Nya dan Dia tidak butuh kepada sesuatu pun. Bahkan selain-Nya perlu kepada-Nya. Semua makhluk perlu berlindung kepada-Nya di saat sulit dan krisis mendera. Maha Agung Allah dan penuh berkah semua nikmat-Nya.

Baca Juga:  Tanda-Tanda Israel Kiamat!

Dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Ibnu Katsir menyebutkan perkataan ahli tafsir dari ‘Ikrimah, dari Ibnu Abbas, yang mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah :

الَّذِي يَصْمُدُ الخَلَائِقُ إِلَيْهِ فِي حَوَائِجِهِمْ وَمَسَائِلِهِمْ

Artinya: “Seluruh makhluk bersandar dan bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan maupun permasalahan”.

Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas menjelaskan tentang Ash-Shomad,  yakni bahwa Dia-lah As Sayyid (Pemimpin) yang kekuasaan-Nya sempurna. Dia-lah Asy Syarif (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna. Dia-lah Al ‘Azhim (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna. Dia-lah Al Halim (Maha Pemurah) yang kemurahan-Nya itu sempurna. Dia-lah Al ‘Alim (Maha Mengetahui) yang ilmu-Nya itu sempurna. Dia-lah Al Hakim (Maha Bijaksana) yang sempurna dalam hikmah (atau hukum-Nya). Allah-lah –Yang Maha Suci- yang Maha Sempurna dalam segala kemuliaan dan kekuasaan. Sifat-Nya ini tidak pantas kecuali bagi-Nya, tidak ada yang setara dengan-Nya, tidak ada yang semisal dengan-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.

Ayat selanjutnya Surat Al-Ikhlas mengatakan:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾

Artinya: “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan”

Ini merupakan pensucian Allah dari mempunyai anak laki-laki, anak perempuan, ayah, atau ibu. Allah tidak mempunyai anak adalah bantahan terhadap orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa malaikat itu anak-anak perempuan Allah, juga bantahan terhadap orang-orang Nasrani dan Yahudi yang mengatakan ‘Uzair dan Isa anak Allah.

Baca Juga:  Peran Dakwah dalam Memperbaiki Akhlak Umat

Dia juga bukan anak sebagaimana orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih itu anak Allah, lalu mereka menyembahnya sebagaimana menyembah ayahnya.

Ketidakmungkinan Allah mempunyai anak karena seorang anak biasanya bagian yang terpisah dari ayahnya. Tentu ini menuntut adanya pembilangan dan munculnya sesuatu yang baru serta serupa dengan makhluk. Padahal Allah tidak membutuhkan anak karena Dialah yang menciptakan alam semesta, menciptakan langit dan bumi serta mewarisinya.

Sedangkan ketidakmungkinan Allah sebagai anak, karena sebuah aksioma bahwa anak membutuhkan ayah dan ibu, membutuhkan susu dan yang menyusuinya. Maha Tinggi Allah dari semua itu setinggi-tingginya.

وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾

Artinya: “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Selama satu Dzat-Nya dan tidak berbilang, bukan ayah seseorang dan bukan anaknya, maka Dia tidak menyerupai makhluk-Nya. Tiada yang menyerupai-Nya atau sekutu-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan.

Meskipun surat ini ringkas hanya empat ayat, tapi surat ini membantah orang-orang musyrik Arab, Nasrani, dan Yahudi. Menggagalkan pemahaman Manaisme (Al-Manawiyah) yang mempercayai tuhan cahaya dan kegelapan, juga terhadap Nasrani yang berpaham trinitas, terhadap agama Shabi’ah yang menyembah bintang-bintang dan galaksi, terhadap orang-orang musyrik Arab yang mengira selain-Nya dapat diandalkan di saat membutuhkan, atau bahwa Allah mempunyai sekutu. Maha Tinggi Allah dari semua itu.

Ringkasnya, surat Al-Ikhlash ini berisi penjelasan mengenai keesaan Allah serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya. (RS2/RS3)

Sumber : Al-Quran dan Terjemahnya, dakwatuna.com, rumayso.com

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.