Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam Internasional MINANews
Tahun politik atau apapun, beda pilihan atau bagaimanapun, menjaga ukhuwwah Islamiyyah tetap di atas segalanya.
Ukhuwah Islamiyyah itu melintasi batas wilayah, suku, bangsa, antargolongan, antarpartai dan lintas waktu. Di manapun dan siapapun, selama masih berpegang pada kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah”, dia adalah saudara sesama Muslim.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Bahkan dengan orang kafir, non-Muslim sekalipun, yang tidak memerangi Islam dan Muslimin, umat Islam wajib menjaga hubungan persaudaraan sesama anak cucu Adam. Sama-sama berindukkan manusia pertama, kakek nenek moyang yang sama, Adam dan Hawa.
Soal perbedaan, ya begitulah semua manusia pasti berbeda. Saudara kembar siam pun, pasti ada perbedaannya. Justru dengan adanya perbedaan itu, hidup menjadi lengkap, sempurna dan berwarna.
Begitulah, manusia memang diciptakan berbeda-beda suku, bahasa dan bangsanya, adalah untuk saling “ta’aruf”. Yakni saling mengenal, kemudian saling memahami, dan saling menolong dalam kebaikan.
Allah menyebutkan di dalam ayat:
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَـٰكُم مِّن ذَكَرٍ۬ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَـٰكُمۡ شُعُوبً۬ا وَقَبَآٮِٕلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَڪۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَٮٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ۬ (١٣)
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Untuk tetap menjaga ukhuwwah, Allah melarang orang-orang beriman untuk saling memperolokkan, melarang saling memanggil dengan panggilan yang buruk, melarang buruk sangka, saling mencari kesalahan dan saling menggunjing.
Allah memperingatkan di dalam ayat-Nya:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ۬ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرً۬ا مِّنۡہُمۡ وَلَا نِسَآءٌ۬ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرً۬ا مِّنۡہُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَـٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَـٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلظَّـٰلِمُونَ (١١) يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّنِّ إِثۡمٌ۬ۖ وَلَا تَجَسَّسُواْ وَلَا يَغۡتَب بَّعۡضُكُم بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُڪُمۡ أَن يَأۡڪُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتً۬ا فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٢)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain [karena] boleh jadi mereka [yang diolok-olok] lebih baik dari mereka [yang mengolok-olok] dan jangan pula wanita-wanita [mengolok-olok] wanita-wanita lain [karena] boleh jadi wanita-wanita [yang diperolok-olokkan] lebih baik dari wanita [yang mengolok-olok] dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah [panggilan] yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (12) (QS Al-Hujurat [49]: 11-12).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Ini bukan berarti juga diam tak peduli jika terjadi kemungkaran di hadapan. Kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar tetap wajib ditegakkan tanpa mencederai ukhuwwah Islamiyyah. Terlebih terhadap pejabat publik atau penguasa suatu masyarakat.
Tetap memandangnya sebagai suatu harmoni. Ini karena satu bagian memberikan kritik saran membangun untuk kebaikan bersama, dan satu bagian lainnya menerimanya untuk kebaikannya dan kebaikan bersama juga.
Malah ini termasuk jihad yang utama, sebagaimana disebutkan di dalam hadits dari Abu Sa’id Al Khudri:
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
Artinya: “Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Jadi, tetap jaga ukhuwwah, persaudaraan, sebagai sesama orang-orang beriman, agar tetap terjaga takwa dan rahmat Allah. Seperti pada firman-Nya:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ۬ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (١٠)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (QS Al-Hujurat [49]: 10).
Dengan ukhuwwah inilah, umat Islam terpelihara persatian dan kesatuannya, tidak mudah dipecah-belah oleh kepentingan tertentu.
Allah memperingatkan di dalm ayat:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٠٢) وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَاۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ (١٠٣)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (102) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali [agama] Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu [masa Jahiliyah] bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (103). (QS Ali Imran [3]: 102-103).
Semoga Allah tetap memelihara ukhuwwah Islamiyyah kita semua dan tetap istiqamah dalam kesatuan umat Islam dalam wadah Al-Jama’ah. Aamiin. (T/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang