Gaza, MINA – Setelah berhasil masuk ke Gaza Utara Pada Kamis pagi (30/1), tim MER-C ke 7 melakukan Disaster Triage dan penilaian cepat kondisi pasca genosida.
Tim melakukan kunjungan dan penilaian di tiga rumah sakit di Gaza Utara, yaitu RS Al Awda, RS Kamal Adwan dan RS Indonesia.
“Ekosistem Gaza Utara mengalami kehancuran terbesar akibat genosida. Meskipun demikian, populasi meningkat sangat cepat setelah gencatan senjata dan koridor Netzarim dibuka,” papar Ketua EMT MER-C ke-7, dr. Hadiki Habib.
“Kita akan segera menghadapi kasus-kasus luka-luka pasca perang, eksaserbasi akut penyakit kronik, dan penyakit infeksi seperti gastroenteritis dan pneumonia di wilayah Gaza Utara” lanjut dr. Hadiki. “Gaza saat ini masih musim dingin dan sumber air sangat terbatas di utara,” ujarnya.
Baca Juga: Gubernur Sinai: Rafah Akan Segera Dibuka Kedua Arahnya
RS Al Awda masih menjadi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di utara. Rumah sakit ini awalnya fokus kepada layanan Obstetri, namun menerima kasus umum lainnya pasca perang. Direktur RS Al Awda, Mohammed Salha mengatakan, layanan gawat darurat mereka saat ini menerima lebih dari 300 kunjungan sehari dan tenaga dokter yang bertugas merupakan fresh graduate dan masih sangat terbatas jumlahnya.
Sementara itu, di antara puing-puing RS Kamal Adwan, tenaga kesehatan yang tersisa berniat mengaktifkan kembali ruang poliklinik yang relatif tidak hancur, dalam satu minggu ke depan. Rencananya lima poliklinik akan dijalankan kembali oleh staf rumah sakit.
“RS Kamal Adwan membutuhkan dukungan logistik RS lapangan seperti tenda, sumber listrik dan air, agar klinik yang dibuka bisa berjalan optimal,” jelas dr. Hadiki.
RS Indonesia sendiri mengalami kerusakan bangunan, interior dan alat medis yang banyak. “Walau demikian, kami siap mengaktifkan kembali Unit Gawat Darurat,” terang dr. Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza Utara saat bertemu dengan Tim MER-C.
Baca Juga: Hamas: Palestina Harus Bersatu untuk Pertahankan Tepi Barat
Berdasarkan hasil penilaian Tim, sumber energi dari solar panel yang dirusak penjajah masih mampu mendukung pelayanan gawat darurat di RS Indonesia.
“Aktivasi pelayanan IGD 24 jam dan rawat inap terbatas di RS Indonesia akan menjadi prioritas agar penumpukan pasien di RS Al Awda bisa kita diversi,” ujar dr. Hadiki.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tim MER-C akan melakukan komunikasi aktif ke Kementerian Kesehatan Palestina dan WHO untuk mendukung perbaikan instalasi gas medis, instalasi sanitasi dan sterilisasi serta logistik farmasi ke RS Indonesia.[]
Baca Juga: Hamas Lepas Delapan Sandera, 110 Tahanan Palestina Bebas dari Penjara Israel
Mi’raj News Agency (MINA)