Minneapolis, MINA – Pria kulit hitam yang berteriak “Saya tidak bisa bernafas” ketika seorang perwira polisi kulit putih Minneapolis menjepitnya dengan lutut di negara bagian Minnesota, AS, meninggal pada Senin malam (25/5).
Insiden yang direkam itu dan meninggalnya pria bernama George Floyd, menarik kemarahan masyarakat dan para pemimpin, yang mengarah pada pemecatan terhadap petugas.
Video dari insiden tersebut menunjukkan bahwa petugas polisi menembaki Floyd yang diyakini berusia 40-an, ke trotoar dengan lutut di leher pria itu selama beberapa menit.
Floyd dapat terdengar mengatakan dalam video: “Tolong, tolong, saya tidak bisa bernapas.”
Baca Juga: Jadi Buronan ICC, Kanada Siap Tangkap Netanyahu dan Gallant
Petugas memberitahu Floyd untuk “santai”.
Floyd menjawab: “Aku tidak bisa bernapas. Tolong, lutut di leherku.”
Petugas terus menahan Floyd dengan lututnya selama beberapa menit, sementara Floyd memohon dan meminta air.
“Perutku sakit. Leherku sakit. Tolong, tolong. Saya tidak bisa bernafas,” teriak Floyd, sambil mengerang dan terbatuk.
Baca Juga: Survei: 37 Persen Remaja Yahudi di AS Bersimpati dengan Hamas
Floyd akhirnya tampak tak bergerak di bawah lutut petugas itu.
Mereka yang menyaksikan kejadian itu bisa terdengar memohon polisi untuk melepaskan Floyd.
“Dia tidak bergerak,” kata seorang penonton dan berteriak, “Turun dari lehernya.”
Namun, tidak jelas apa yang terjadi sebelum dan sesudah video diambil.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Kepala Kepolisian Minneapolis, Medaria Arradondo mengatakan dalam konferensi pers hari Selasa bahwa empat petugas yang terlibat dalam insiden itu sekarang berstatus “mantan karyawan”.
Wali Kota Minneapolis Jacob Frey membenarkan bahwa para petugas telah diberhentikan. “Ini adalah keputusan yang tepat untuk kota kami,” katanya.
Dalam sebuah pernyataan sebelumnya pada Selasa, Departemen Kepolisian Minneapolis mengatakan, para petugasnya menanggapi sebuah “laporan penipuan yang sedang berlangsung.”
“Setelah [tersangka] keluar [dari mobilnya], dia secara fisik menentang petugas,” kata pernyataan itu. “Petugas memborgol tersangka dan memperhatikan bahwa dia tampak menderita tekanan medis.”
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Dia kemudian dipindahkan ke pusat medis terdekat tempat dia meninggal beberapa saat kemudian, kata departemen itu. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan