Oleh: Sajadi, Wartawan MINA
Sudah menjadi trend masa kini bercanda dengan berbohong atau berdusta.
Kini sudah biasa dilakukan oleh kaum muda, orang dewasa bahkan anak-anak.
Hal tersebut sekarang mudah dijumpai di berbagai lini, dari sosial media hingga dunia nyata.
Baca Juga: Tingkatkan Amalan di Bulan Syaban, untuk Persiapan Ramadhan
Bercanda dengan berbohong umumnya dilakukan dengan cara mengarang cerita yang aslinya tidak benar, untuk membuat sebuah lelucon agar lawan bicaranya tertawa.
Misalnya, “Kemaren gue lewati polisi tidur, trus gue selimuti polisinya”.
“Kemaren gue beli lumpia basah, trus gue jemur supaya kering”.
Atau, “Saya meminta maaf karena kelakuan saya,,,,tapi bo’ong ,he he”.
Baca Juga: Jika Masuk Bulan Sya’ban, Ini yang Perlu Dilakukan Kaum Muslimin
Contoh-contoh di atas adalah bercanda dengan mengandung kebohongan. Hal ini tidak diperbolehkan oleh agama, meski tujuannya untuk menyenangkan hati orang lain.
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memperingatkan hal tersebut dalam sebuah hadist yang berbunyi:
وَيْلٌ لِلَّذِى يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ
“Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]
Baca Juga: Jangan Jadi Generasi Qila Wa Qala
Menurut Dr. Khalid Basamah LC, MA, “kecelakaan” maksudnya dia akan mendapatkan dosa dari kebohongan yang dia ucapkan dan akan bertambah dosanya jika tersebar di masyarakat.
Selain itu, bermula dari bercanda bohong akan keluar pernyataan dan perkataan bohong dari semua lini kehidupan.
Makanya Islam datang mengatur dari awal untuk menyelesaikan semua pemicu permasalahan.
Memang tidak mudah untuk menghindari hal buruk tersebut, apalagi kalo sudah jadi kebiasaan, lingkungannya sudah seperti itu juga, ditambah memang itu profesinya.
Baca Juga: Malu dalam Perspektif Islam: Pilar Akhlak Mulia
Maka dari itu perlu keyakinan, ketelatenan dan keistiqomahan dalam mempelajari, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jaminan rumah di surga bagi mereka yang meninggalkan berkata dusta walaupun dalam hal bercanda.
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
“Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud, no. 4800; shahih]
Baca Juga: Bencana Kebakaran Los Angeles dalam Perspektif Al-Qur’an
Bagaimana pun juga hukum asal berbohong itu tidak boleh dan masih banyak cara lain untuk bercanda yang diperkenankan oleh syariat. (A/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-41] Menundukkan Hawa Nafsu