Tingkatkan Amar Maruf Nahi Mungkar di Bulan Ramadhan

Gambar seseorang membantu saudara/teman (dok. Istimewa)

Oleh : , Wartawan Kantor Berita MINA

merupakan bulan yang mulia, bulan yang suci, selain itu Ramadhan adalah bulan diwajibkannya orang-orang yang beriman untuk berpuasa, sekaligus menjadi ajang menempa diri untuk meraih gelar Muttaqin.

Wajar bila kemudian umat Islam di berbagai belahan dunia, dari dahulu hingga akhir nanti, bergembira menyambut kedatangan Ramadhan, seperti dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala Q.S. Al-Baqarah [2]: 183.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Di bulan Ramadhan ini, kita juga perlu memperbanyak kegiatan amar makruf nahi mungkar. Secara bahasa, amar ma’ruf artinya menyuruh orang berbuat baik, sementara nahi munkar artinya melarang orang berbuat yang jahat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.” (QS At-Taubah : 71).

Memang menyuruh orang berbuat baik adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Sebaliknya melarang orang berbuat munkar adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Tapi bagaimanapun juga keduanya ini adalah ajaran Allah yang harus kita laksanakan jika kita ingin dikelompokkan bersama orang-orang yang terbaik.

Perbuatan tersebut merupakan salah satu kewajiban dan ibadah terpenting dalam kehidupan seorang Muslim terlebih di bulan Ramadhan ini.  Amar ma’ruf nahi munkar jika ditegakkan, maka kita akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanhu Wa Taala.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka dia akan selalu mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikit pun.” (HR Muslim).

Oleh karenanya, kita harus bisa menjadikan puasa Ramadhan ini sebagai puncak dari amar ma’ruf nahi munkar.

Selain itu amar makruf nahi munkar penjadi penyebab dosa-dosa terampuni. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallambersabda:

فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ

“Dosa-dosa seorang laki-laki terhadap istri, harta benda, diri sendiri, anak, dan tetangganya, dapat dihapus dengan puasa, shalat, bersedekah, dan mendirikan amar makruf dan nahi munkar.” (HR Bukhari dan Muslim).

Selama ini masih ada orang, yang selama bulan Ramadhan mengisi kegiatan dengan hal-hal yang tidak syar’i. Bahkan dengan kegiatan-kegiatan  yang menjurus kepada maksiat, sehingga banyak terjadi kemungkaran dan bertentangan dengan norma-norma agama.

Menurut Imam Al-Ghazali hukum amar ma’ruf nahi munkar menjadi kesepakatan mayoritas ulama adalah fardhu kifayah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh pengarang Tafsir Ruhul Ma’ani bahwa ulama sepakat amar ma’ruf nahi munkar termasuk fardhu kifaya. Tidak ada yang bertentangan dengan pendapat ini kecuali sebagian kecil.

Ma’ruf itu adalah sesuatu yang diakui oleh syariat itu baik, dan mungkar itu yang dibenci oleh syariat. Contoh ma’ruf misalnya shalat, zakat, puasa, baca Al-Quran, Shalat terawih, dan sebagainya. Sementara contoh munkar adalah berjudi, korupsi, membunuh, dan perbuatan maksiat lainnya.

Di bulan Ramadhan ini sangat banyak cara melakukan amar ma’ruf, bahkan pahalanya berlipat ganda pahala, kebaikan yang kita lakukan selama bulan Ramdhan.

Untuk itu, pada kesempatan di bulan Ramadhan yang mulia, marilah  kita perbanyak peluang untuk mengisi dengan kegitan yang baik (amar maruf nahi mungkar). Kita harus perbanyak menghadiri majelis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah akan menghitung dalam setiap satu langkah kaki sebagai ibadah.

Dalam kitab Durratun Nashihin disebutkan, sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam:

مَنْ حَضَرَ مَجْلِسُ الْعِلْمِ فِي رَمَضَانَ كَتَبَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ قَدَمٍ عَيبَادُهُ سَنَةً وَيَكُونُ مَعَ تَحْتِ الْعَرْشِ، وَمُزْدَاوِمٌ عَلَى الْجَمَاعَةِ فِي رَمَضَانَ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى بِكُلِّ رَكْعَةٍ مَدِينَةً مُلَأَمِنْ نِعَمِ اللَّهِ تَعَالَى . وَمَنْ يَزُولُدِي فِي رَمَضَانَ يَنَالُ نَظَرَ اللَّهِ تَعَالَى بِالرَّحْمَةِ وَانَاكِفِيلَ فِي الْجَنَّةِ وَمَامِنِ امْرَأَةٍ تَطْلُبُ رِضَانَ وَجْهًا فِي رَمَضَانَ الْأُولَهَاكُوَابِ مَرْيَمَ وَاسْتِيَّةٌ، وَمَنْ قَضَى حَاجَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ فِي رَمَضَانَ قَصَّرَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ أَلْفُ حَاجَةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang menghadiri majlis ilmu pada bulan Ramadhan, maka Allah akan menulis untuknya dalam setiap satu langkah kakinya sebagai ibadah satu tahun, dan dia akan bersamaku di bawah Arasy. Barangsiapa yang melaksanakan shalat berjama’ah secara konsisten (istiqamah) pada bulan Ramadhan, niscaya Allah akan memberinya untuk setiap raka’at shalat yang dikerjakannya satu kota yang penuh dengan kenikmatan Allah. Barangsiapa yang berbakti kepada kedua orangtuanya pada bulan Ramadhan, niscaya ia akan mendapatkan pandangan rahmat (kasih sayang) dari Allah dan aku akan menanggung dia di surga nanti. Tiada seorang istri pun yang mencari keridhaan suaminya pada bulan Ramadhan, melainkan baginya pahala Siti Maryam dan Asiyah. Dan barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya sesama muslim pada bulan Ramadhan, niscaya Allah akan memenuhi seribu kebutuhan (hajat)nya kelak di hari Kiamat.”

Selanjutnya, seseorang yang berpuasa dengan benar sesuai dengan yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berarti dia sudah mengerjakan yang ma’ruf.

Puasa adalah menahan, artinya menahan diri dari pada berbicara yang tidak baik atau menjaga lisan. Kita menahan diri atyau berdiam diri untuk tidak melakukan yang munkar. Karena puasa adalah benteng dari api neraka

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ

Puasa adalah perisai dan benteng dari api neraka. ” (H.R Imam Ahmad).

Puasa itu mengendalikan hawa nafsu. Ketika seseorang berpuasa, maka ia akan menahan diri dari makan dan minum. Dengan tidak makan dan minum, maka hawa nafsu (syahwat) akan terkendali. Jika nafsu terkendali, maka sulit bagi setan untuk menggoda manusia, karena pintu utama bagi setan adalah hawa nafsu itu sendiri. Dengan terbebas dari godaan syaitan, ibadah pun lebih maksimal.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kesanggupan, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kesucian farji ; dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat menjadi benteng baginya“. (H.R. Muttafaq ‘Alaihi)

Karena itu hendaklah kita semua menjadi ummat yang selalu mengajak kepada kebajikan, dengan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, masing-masing sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya, sehingga termasuk berhak memperoleh keberuntungan.

Hal ini sesuai dengan Firman Allah di atas dalam Ali Imran: 104. Yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Di dalam Hadits Arbain disebutkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ

“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya (mengingkarinya), dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR Muslim).

Jadi disini, kita tidak bisa hanya menyerukan kepada kebaikan tetapi harus mencegah kemungkaran. Orang yang hendak mengubah kemungkaran berhak mengubahnya dengan berbagai cara yang dapat melenyapkan kemungkaran tersebut, baik melalui perkataan maupun perbuatan.

Semoga segala dosa kita diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan perantaraan puasa Ramadhan dan amar ma’ruf nahi mungkar. Amiin. Wallahu a’lam bisshowab. (A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.