Ankara, 1 Jumadil Awwal 1437/9 Februari 2016 (MINA) – Sebuah laporan keamanan dunia maya menyebutkan, Turki merupakan negara yang paling diincar kesembilan oleh serangan cyber (cyber attacks) sepanjang tahun 2015.
Laporan Perusahaan Pertahanan Turki STM berjudul “Cyber Security Threat Report,” yang dipublikasikan media setempat Hurriyet Daily News edisi Selasa (9/2) menyebutkan urutan sembilan negara itu terdiri dari: Amerika Serikat, Cina, Jerman, Inggris, Brasil, Spanyol, Italia dan Perancis.
Laporan ini juga menggarisbawahi, adalah bagian dari keamanan nasional untuk melindungi teknologi yang digunakan dalam energi, informasi, karya air, pertanian, pendidikan dan layanan keuangan.
Laporan itu juga mengatakan, serangan manargetkan keamanan layanan elektronik kependudukan, yang mencakup informasi penting tentang data pribadi warga negara.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Kemungkinan ada kekacauan data sistem elektronik, yang memiliki 26 juta pengguna aktif, yang ditargetkan oleh serangan cyber”, kata laporan itu.
Laporan juga menambahkan bahwa dalam kasus seperti perusahaan, serangan cyber ditujukan pada pihak yang mungkin akan diluncurkan pinjaman bank, sehingga dapat diambil oleh nama-nama warga yang tidak terkait.
Laporan itu juga mengatakan adanya “serangan tebusan” (ransom attacks) di seluruh dunia dua kali lipat pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Istilah ini digunakan untuk serangan cyber di mana penyerang memblokir sistem target dan menuntut uang tebusan untuk memperbaiki kerusakan.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Menteri Teknologi Turki Fikri Isik menyatakan, pihaknya berusaha untuk menangkal setiap jenis serangan cyber, dengan semua langkah yang diperlukan, atas serangan yang menargetkan ratusan ribu website Turki.
Bulan Januari kemarin, Departemen Penelitian Ilmiah dan Teknologi Turki TUBITAK meluncurkan proyek yang komprehensif untuk memperkuat keamanan cyber negara.
Sebuah proyek penelitian dan pengembangan untuk menjamin keamanan infrastruktur server dan jaringan internet yang lebih aman untuk sektor-sektor penting seperti perbankan, energi, transportasi, komunikasi, karya air dan kesehatan.
TUBITAK memiliki anggaran senilai 6 juta Lira Turki (sekitar Rp28 miliar) untuk mengoperasikan proyek, yang juga bertujuan untuk menghilangkan pelanggaran keamanan di server Turki dan mengembangkan pertahanan terhadap serangan internasional. (T/P4/P2)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan