Paris, 18 Dzulhijjah 1435/12 Oktober 2014 (MINA) – Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu memperingatkan, mempersenjatai warga sipil untuk melawan kelompok pejuang ISIS adalah kriminal.
Dalam sebuah wawancara dengan France 24 di Paris, Sabtu (11/10), Cavusoglu membela posisi pemerintah sehubungan dengan pertempuran di kota Kurdi Suriah, Kobane, yang hanya beberapa kilometer dari perbatasan Turki, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Mengirim warga sipil pergi perang adalah kejahatan. Kami tidak bisa mengambil resiko kehidupan orang-orang ini. Kami tidak ingin tragedi lain terjadi di wilayah kami,” kata Cavusoglu.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mengacu pada pengungsi yang melarikan diri ke Turki dari Kobane yang juga bernama Ayn Al-Arab, dia mengatakan dirinya tidak berpikir orang-orang sipil itu lebih memilih kembali ke Kobane untuk berperang.
Pada Jumat, utusan PBB Staffan de Mistura di Jenewa telah meminta Turki untuk memungkinkan warga Kurdi menyeberang kembali ke Suriah untuk mempertahankan Kobane.
Hampir 200.000 orang telah melarikan diri dari pertempuran di Kobane menyeberang ke Turki sejak konflik dimulai September lalu. Mereka dipaksa pengungsi oleh kemajuan kelompok militan ISIS, yang saat ini menguasai daerah yang luas di Suriah dan Irak, dan sekarang dilaporkan menguasai tiga distrik di kota perbatasan.
Mistura menyatakan serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) telah gagal dan tidak cukup untuk menghentikan ISIS. Kampanye serangan udara diluncurkan terhadap ISIS di Irak pada 9 Agustus, dengan dukungan Perancis, Inggris dan Belgia, bersama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Turki telah membuat aliansi dengan koalisi tergantung pada pembentukan zona larangan terbang dan penciptaan zona aman di perbatasan Suriah yang dipimpin AS. Parlemen Turki pekan lalu menyetujui aksi militer bersyarat di Suriah dan Irak.
“Jika ada strategi bersama, Turki akan serius mempertimbangkan pelaksanaan strategi ini dengan sekutu dan dan negara-negara sahabat,” kata Cavusoglu.
Menteri luar negeri Turki berbicara kepada France 24 setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius di Paris, Jumat.
Kedua menteri sepakat bahwa tidak ada perbedaan antara “kebiadaban” dari rezim Presiden Bashar Al-Assad yang memimpin Suriah dengan ISIS. Kedua menteri menandatangani roadmap dua tahun untuk kerjasama bidang politik, ekonomi, keamanan dan budaya. (T/P001/R11)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)