Jenewa, MINA – Kelompok internasional, Union for International Cancer Control (UICC) pada Jumat (29/5) mengatakan keprihatinannya atas naiknya vape (rokok elektrik) di kalangan pemuda di seluruh dunia dan menuntut regulasi yang lebih ketat terhadap rokok elektrik.
Dalam sebuah pernyataan menjelang ‘Hari Tanpa Tembakau Sedunia’ yang diperingati tanggal 31 Mei, kelompok itu menekankan perlunya mengatur bahan-bahan, batas usia, dan aspek-aspek lain dari penjualan serta distribusi rokok elektrik.
“Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mereka adalah produk tidak sehat yang dirancang untuk membuat ketagihan dan memfasilitasi pertama kali merokok tembakau,” kata Kepala UICC Cary Adams dalam keterangannya seperti dikutip Anadolu Agency.
Menurut UICC, pengembangan rokok elektrik lebih mengkhawatirkan, mengingat pandemi virus corona yang telah mencengkeram dunia.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Merokok adalah faktor penyebab sejumlah kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, dan telah terbukti membuat orang lebih rentan terhadap COVID-19,” katanya.
UICC mengingatkan bahwa rokok elektrik dalam sebuah penelitian ditemukan memiliki efek merusak pada saluran pernapasan dan jantung.
“Mengingat bukti saat ini, kami akan sangat menyarankan negara-negara agar mengambil pendekatan regulasi ketat terhadap rokok elektrik seperti yang mereka lakukan dengan semua produk tembakau lainnya, terutama untuk melindungi kaum muda,” ujar Adams.
“Krisis kesehatan publik global yang sedang berlangsung adalah hasil dari penyakit yang ditandai dengan sindrom pernapasan akut,” imbuhnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
UICC menambahkan, pasar rokok elektrik naik berlipat ganda, dengan nilai global saat ini diperkirakan mencapai hampir 20 miliar USD, naik dari lima tahun yang lalu yang diperkirakan hanya di bawah 7 miliar USD.
Kelompok itu juga mencatat peningkatan penggunaan rokok elektrik di antara populasi anak muda, dari 1,5 persen pada 2011 menjadi 11,7 persen pada 2018 di AS, dan potensi cedera paru pada remaja serta orang dewasa kian meningkat.
“Pertumbuhan ini disebabkan oleh kurangnya informasi tentang produk dan pemasaran yang tinggi termasuk dalam produk vaping,” jelas UICC.
Dalam pesan terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini berfokus pada melindungi anak-anak dan remaja dari eksploitasi oleh industri tembakau dan nikotin.
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis
“WHO menyerukan semua sektor untuk membantu menghentikan taktik pemasaran tembakau dan industri terkait yang menyasar pada anak-anak dan remaja,” kata pernyataan WHO. (T/R6/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel