Banjul, 12 Rabi’ul Awwal 1438/12 Desember 2016 (MINA) – Salah seorang ulama Gambia, Imam Bakawsu, meminta Presiden Yahya Jammeh menghormati kehendak rakyat Gambia dan menegaskan bahwa pemimpin yang sudah menjabat selama 22 tahun itu harus menerima kematian politiknya.
“Anda tidak bisa mengatakan Anda menerima hasil pekan lalu dan kemudian berbalik untuk menolaknya setelah sepekan. Anda dipilih untuk melayani rakyat. Jadi, jika mereka tidak menginginkan Anda, maka Anda harus mundur demi kepentingan perdamaian,” kata Imam Bakawsu melalui pesan audio pada Senin (12/12) di ibu kota Banjul.
Menurut Imam Bakawsu, menggunakan ancaman kepada rakyat tidak mencerminkan kebaikan. Ia mengimbau presiden yang mengawali karir jabatannya dengan kudeta militer itu bersyukur karena bisa lengser dengan kondisi negara yang damai. Demikian Freedom Newspaper memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Presiden Jammeh yang dinyatakan kalah dalam pemilihan presiden negara itu, beberapa hari lalu menyatakan menolak hasil pemilu setelah sepekan sebelumnya menyatakan menerima kekalahannya dari pemimpin oposisi Adama Barrow.
Langkah itu menimbulkan kekhawatiran di kalangan rakyat dengan adanya kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk mempertahankan kedudukan presiden sekarang.
“Setelah penyelidikan menyeluruh, saya telah memutuskan untuk menolak hasil pemilu baru-baru ini. Saya menyayangkan adanya kejanggalan serius dan tidak dapat diterima, sebagaimana dilaporkan telah terjadi selama proses pemilihan,” kata Jammeh beberapa hari lalu.
Dia telah mengusulkan opsi pemilihan presiden ulang di bawah komisi pemilihan yang independen dan terpercaya. (T/P001/P2)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu