Najaf, MINA – Ulama terkemuka Irak pada Jumat (7/2) mengkritik pasukan keamanan karena tidak berbuat banyak untuk mencegah serangan terhadap demonstran anti-pemerintah, sementara angka baru menunjukkan hampir 550 orang telah terbunuh sejak Oktober 2019.
Delapan demonstran tewas pekan ini dalam serangan di kamp-kamp protes oleh para pendukung ulama terkemuka Moqtada Sadr, termasuk di kota suci Najaf – tempat bagi kepemimpinan keagamaan di Irak yang dekat dengan Iran.
Dalam khutbah jumat, ulama Ayatollah Ali Sistani mengutuk pertumpahan darah yang disebutnya “menyakitkan dan tidak menguntungkan.”
Ia mengatakan, pasukan keamanan negara “sangat diperlukan” untuk menjaga negara dari “jatuh ke dalam jurang kekacauan.”
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
“Tidak ada pembenaran bagi mereka untuk berhenti memenuhi tugas mereka dalam hal ini, atau bagi siapa pun untuk menghentikan mereka dari melakukannya,” kata Sistani, demikian Nahar Net melaporkan.
“Mereka harus memikul tanggung jawab untuk menjaga keamanan dan stabilitas, melindungi pengunjuk rasa damai dan tempat berkumpul mereka, mengungkapkan identitas agresor dan penyusup, dan melindungi kepentingan warga dari serangan penyabot,” katanya.
Sadr baru-baru ini meminta pendukungnya untuk memastikan pembukaan kembali sekolah, jalan dan kantor pemerintah yang telah ditutup oleh demonstrasi selama berbulan-bulan.
Komisi HAM Irak mengatakan, sekitar 543 warga Irak telah tewas dalam kekerasan terkait protes sejak demonstrasi anti-pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya menyerukan reformasi sistemik.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Banyak yang terbunuh oleh tabung gas air mata, peluru tajam dan bahkan tembakan senapan mesin, yang dikutuk Sistani dalam khotbah-khotbah sebelumnya.
Hingga 30.000 lainnya telah terluka selama demonstrasi, menurut sumber medis.
Pemerintah Irak telah berulang kali membantah pasukan keamanannya menembaki para pemrotes. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Mi’raj News Agency (MINA)