Jakarta, MINA – Kondisi dunia yang tengah dalam ketidakpastian menjadi salah satu perhatian bagi akademisi. Karena itu, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) pun menggelar kuliah umum bertajuk ‘Middle Powers in the Formation of a Multipolar World Order‘ di Universitas Moestopo Jakarta, Senin (14/1).
Pada kesempatan tersebut, Program Studi Hubungan Internasional Universitas Moestopo menghadirkan Prof. Dr. Mohd Azizuddin Mohd Sani, Deputi Rektor (Akademik & Internasional) Universiti Utara Malaysia.
Prof Azizuddin menyoroti peran penting middle powers dalam menciptakan tata kelola global yang stabil dan inklusif.
Pada presentasi bertajuk “Middle Powers in a Multipolar World,” dia menyampaikan, dalam tatanan dunia multipolar yang terus berkembang, middle powers seperti Indonesia, Brasil, dan Afrika Selatan telah menunjukkan kemampuan luar biasa sebagai mediator dan penggerak utama dalam isu-isu global.
Baca Juga: Prediksi Lima Tren Utama Keamanan Siber Asia Pasifik di 2025
Menurutnya, middle powers adalah negara dengan pengaruh moderat yang memiliki karakteristik utama berupa kekuatan ekonomi, diplomasi aktif, serta komitmen terhadap multilateralisme.
Dalam pandangannya, Prof Dr. Azizuddin menjelaskan, middle powers berperan sebagai pembangun jembatan dengan memfasilitasi dialog global dan membangun konsensus.
Tak hanya itu, middle powers juga harus memiliki peran sebagai pendukung multilateralisme dengan men-dorong penguatan institusi global seperti PBB dan G20, pembentuk koalisi dengan berperan aktif dalam aliansi regional dan global, termasuk ASEAN.
Selain itu, middle powers juga harus menjadi penggerak agenda global dengan fokus pada isu-isu seperti perubahan iklim dan hak asasi manusia dan penyeimbang kekuasaan dengan menjaga keseimbangan da-lam hubungan internasional.
Baca Juga: Kemenkes RI Tingkatkan Kualitas 66 RSUD di Daerah Terpencil
“Middle powers memainkan peran unik sebagai jembatan antara kekuatan besar dan negara-negara kecil, menciptakan peluang kerja sama dan stabilitas di dunia yang terfragmentasi,” ujar Prof. Dr. Azizuddin.
Meskipun memiliki potensi besar, middle powers menghadapi berbagai tantangan, seperti ketergantungan pada kekuatan besar, keterbatasan sumber daya ekonomi dan militer, serta instabilitas regional yang kerap mengganggu upaya diplomasi multilateral.
Selain itu, fragmentasi global semakin memperumit peran mereka dalam menciptakan konsensus internasional.
“Keberhasilan middle powers terletak pada kemampuan mereka untuk memanfaatkan kekuatan lunak, membangun aliansi, dan mendorong tata kelola berbasis aturan,” tambah Prof Dr. Azizuddin.
Baca Juga: Kota Jambi Pastikan Kesiapan Program Ketahanan Pangan
Pada kesempatan yang sama, Dosen Hubungan Internasional Universitas Moestopo, Setya Ambar Pertiwi, SE., MA., mengatakan bahwa middle powers, dengan strategi yang tepat dan adaptasi terhadap dinamika geopolitik, dapat menjadi pilar utama dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih adil.
“Dunia multipolar abad ke-21 membutuhkan kolaborasi dan keterlibatan aktif middle powers untuk menjamin stabilitas global yang inklusif dan berkelanjutan,” lugasnya.
Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk implementasi kerja sama antara Universiti Utara Malaysia dan Universitas Moestopo setelah disepakatinya Letter of Intent untuk saling berkolaborasi.[]
Baca Juga: KKP: Pagar Laut di Bekasi Masuk Kategori Reklamasi
Mi’raj News Agency (MINA)