Bogor, MINA – Urfa Kaida, aktivis Fatayat Bandung menyebutkan enam alasan mengapa ia senang menulis tentang Al-Aqsa.
Pertama, bentuk beribadah kepada Allah. “Karena itu, niatkan menulis karena ibadah,” ujarnya pada webinar Forum Silaturahim Duta Al-Quds bertema “Literasi Al-Aqsa untuk Peradaban” yang tayang di kanal YouTube Al Jamaah TV, Sabtu malam (5/11/2022).
“Kedua, ketika menulis tentang Al-Aqsa, seolah kita sedang berjalan-jalan di negeri para Nabi,” lanjut mahasiswi Jurusan Ilmu Tafsir STAI Persis Bandung itu.
Ia menjelaskan, berbicara tentang Al-Aqsa, maka identik dengan perjuangan para Nabi utusan Allah. “Siapapun yang berkunjung ke Masjid Al-Aqsa, maka di situlah jejak para Nabi pernah shalat dan bersujud kepada Allah,” ujar aktivis Syubban Media itu.
Baca Juga: Tentara Israel Mundur dari Kota Lebanon Selatan
Ketiga, lanjutnya, adalah implementasi bentuk keberpihakan terhadap perjuangan Palestina dalam menghadapi pendudukan Zionis Israel.
Keempat, mengangkat simbol perjuangan Al-Aqsa, mengingat dari tempat itulah terasa perjuangan Islam mulai dari zaman Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Mulkan, Perang Salib merebut Yerusalem, hingga perjuangan merebut kembali Al-Aqsa ke pangkuan umat Islam.
Kelima, bentuk upaya perjuangan dalam membebaskan Masjid Al-Aqsa masa kini, lanjut Penulis muda yang beberapa artikelnya dimuat di media online MINA (Mi’raj News Agency)
“Dengan menulis kembali tentang Al-Aqsa dari berbagai sudut, mulai dari asal usul, sejarah, keadaan zaman dahulu, kondisi sekarang, dan sebagainya, adalah bentuk upaya yang bisa berdampak besar dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsa,” lanjutnya.
Baca Juga: PBB Adopsi Resolusi Dukung UNRWA dan Gencatan Senjata di Gaza
Keenam, sebagai bagian dari ikut mengirim minyak untuk menerangi lampu-lampu Masjid Al-Aqsa.
Hal ini, urainya, sejalan dengan hadits dari Maimunah ketika menanyakan kepada Nabi tentang Baitul Maqdis. Nabi menyatakan, “Maka datangilah ia dan shalatlah di dalamnya. Karena shalat di dalamnya seperti shalat seribu rakaat di selainnya.” Maimunah bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak bisa. “Maka berikanlah minyak untuk penerangannya. Barangsiapa yang memberikannya, maka seolah-olah ia telah mendatanginya.”
Kewajiban ‘mengirimkan minyak’ agar menjadi penerang Masjid Al-Aqsa, adalah sebuah kewajiban sepanjang masa. Tentu bukan sekedar mengirim ‘minyak’ dalam arti harfiah. Namun bisa bermakna keseluruhan upaya, baik harta, ilmu, tulisan, lisan, buku, pengibaran bendera, longmarch hingga jiwa dan raga untuk membebaskan Al-Aqsa.
Pada momentum Bulan Solidaritas Palestina (BSP) November 2022 yang dikoordinir lembaga kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) itu, ia berharap kaum Muslimin dapat bersatu dan shalat berjamaah di Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Menhan Israel: Ada Peluang Kesepakatan Baru Tahanan Israel
Selain Urfa Kaidah, tampeil sebagai pemateri lainnya Lutfiyah Al-Qonati, seorang copywriter Muslimah dan mahasiswi Jurusan Bahasa Arab di Ma’had Al-Imam Malik Purwokerto, Jawa Tengah, serta Ali Farkhan Tsani (Duta Al-Quds Internasional, Redaktur Senior MINA dan Penulis Kepalestinaan).
Hadir secara daring juga, Ketua Forum Silaturahim Duta Al-Quds (FSDQ) Ustaz Munif Nasir, yang memberikan sambutan atas nama Duta Al-Quds.
Turut memberikan tanggapan perwakilan Duta Al-Quds Dr. Lili Sholehuddin (Lampung), Qomaruddin Umbara (Ambon), Ustaz Uray Helwan (Kalbar) seorang penulis dan da’i, serta Siti Aminah (Bandung), Pembina Aqsa Writing Forum (AWF). (L/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia