Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah (Al-Qalam [68]: 1)
نٓۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ (سُوۡرَةُ القَلَم)
Artinya: “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (Q.S. Al-Qalam [68]: 1)
Surah ini turun sesudah surat Al-‘Alaq. Surah Al-Qalam tergolong surah Makiyah, kecuali ayat 17-33 dan ayat 40-50 adalah Madaniyah. Menurut Ibnu Abbas, surat ini termasuk yang mula-mula turun di Mekah, setelah diturunkannya surat Al-Alaq. Setelah surat ini, turunlah surah Al-Muzzammil, Al-Mudatstsir dan seterusnya. Pada surah ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan huruf Nun (ن ,(qalam (pena/tulis/">alat tulis), dan hasil tulisan.
Baca Juga: Ustadz Hidayaturrahman: Lima Langkah Mentadaburi Al-Qur’an Dengan Metode Tathbiqi
Hal ini sangat jelas hubungan antara huruf Nun (ن ( sebagai salah satu abjad dengan pena (tulis/">alat tulis) dan tulisan. Bersumpah dengannya berarti mengagungkan nilainya. Seperti Allah جل جلاله bersumpah dengan matahari, bulan, malam, fajar, waktu, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan betapa agungnya atau tingginya nilai yang terdapat di dalam benda-benda yang digunakan untuk bersumpah tersebut.
Hal ini menunjukkan betapa tingginya atau pentingnya nilai ketiga hal tersebut dalam kehidupan manusia. Ahmad Musthafa Al-Maraghi mengatakan, Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan benda-benda tersebut dikarenakan ketiga benda tersebut merupakan landasan utama ilmu pengetahuan yang merupakan jalan bagi umat Islam untuk menuju umat terbaik. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنڪَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡڪِتَـٰبِ لَكَانَ خَيۡرً۬ا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَڪۡثَرُهُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ (سُوۡرَةُ آل عِمرَان ١١٠)
Artinya:”Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110).
Baca Juga: Islam Memuliakan Kaum Perempuan, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Tidak diragukan lagi bahwa membaca dan menulis merupakan unsur asasi dalam mengembangkan tugas yang sangat besar ini yaitu menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik. Surat ini sangat berhubungan erat dengan surat Al Alaq yang memerintahkan membaca dan menghargai pena (qalam). Al Alaq 1-5. Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian tiga hal yang digunakan untuk sumpah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Menurut sebagian ulama Nun (ن) bukanlah semata-mata huruf yang lengkung bertitik satu di atas. Tetapi Nun (ن) adalah nama sebangsa ikan besar di laut, sebangsa ikan paus. Ikan itulah yang menelan Nabi Yunus ketika beliau meninggalkan negerinya karena kecewa melihat kekufuran kaumnya. Sebagaimana yang disebut pada ayat-ayat terakhir dari surat ini, yaitu ayat 48, 49, dan 50. Ketiga ayat ini menceritakan tentang Nabi Yunus yang ditelan ikan Nun (ن) tersebut. Menurut ulama lain, yang dimaksudkan dengan Nun (ن) adalah lembaran yang terbuat dari cahaya. Sedang menurut Ibnu Abbas, arti Nun (ن) adalah tinta. Hal ini bersumber dari sabda Rasulullah Shallahu Alahi Wasalam : “Sesungguhnya sesuatu yang mula-mula diciptakan oleh Allah adalah alqalam, kemudian Allah menciptakan nun yaitu tinta.” (H.R. Ibnu Asakir)
Di samping itu, ada yang menafsirkan bahwa Nun (ن) adalah nama ikan besar yang berdiam di lapisan bumi ke tujuh yang di atasnya berdiri sapi besar yang mempunyai 40.000 tanduk. Di punggungnya lah terletak bumi kita. Penafsiran ini tidak bersumber dari hadist yang mempunyai sanad yang bisa diikat. Ini adalah dongeng-dongeng bangsa lain yang menyelinap ke dalam tafsir tanpa penelitian
Tentang qalam juga terdapat beragam tafsir. Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud qalam adalah makhluk yang pertama diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala .Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
Baca Juga: Ketika Umat Islam Diberi Anugerah Kekuasaan Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Artinya: “Yang mula-mula diciptakan Allah ialah qalam, lalu diperintahkan Allah supaya dia menulis. Maka bertanyalah dia kepada Allah, ‘Apa yang mesti hamba tuliskan, ya Tuhan?’ Allah menjawab, ‘Tuliskan segala apa yang telah Aku takdirkan (Aku tentukan sampai akhir zaman)” (H.R. Ahmad)
Menurut sebagian ulama, hadits ini adalah majaz (perlambang) sebab tidak mungkin sebuah alat yang digunakan khusus untuk menulis, dia akan hidup dan berakal sehingga dia dapat diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dilarang. Tidak mungkin sebuah alat yang digunakan untuk menulis memiliki nyawa sehingga dapat diperintah.
Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksudkan qalam (pena) adalah qalam sepanjang langit dan bumi yang tercipta dari cahaya. Qalam (pena) ini diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk terus-menerus menulis apa yang terjadi dan apa yang ada di seluruh muka bumi ini. Sebagaimana yang disebutkan pada hadits di atas.
Sedang pengertian (demi apa yang mereka tulis), menurut sebagian ulama adalah yang ditulis oleh para malaikat yang menuliskan semua amal perbuatan manusia. Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan apa yang mereka tulis adalah hasil dari buah pena ahli ahli pengetahuan yang menyebarkan ilmu dengan tulisan mereka. Terlepas dari beberapa penafsiran di atas, yang jelas ketiga benda di atas adalah barang yang sangat penting bagi kehidupan manusia selama dunia ini masih ada yaitu tinta, pena, dan hasil apa yang dituliskan para penulis. Ayat inilah yang mendorong para ulama di masa kejayaan Islam untuk menulis di samping surah Al-Alaq yang turun sebelumnya.
Baca Juga: Shalat Tahajud Penyebab Kemenangan dalam Jihad Melawan Musuh
Dengan didorong oleh dua surat itu, maka kemajuan ilmu pengetahuan Islam sangat pesat. Ribuan jilid kitab ilmu pengetahuan telah ditulis oleh para ulama, yang ini semuanya adalah realisasi dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas.
Berdasarkan ayat ini berkembang lah ilmu pengetahuan dalam Islam, baik ilmu-ilmu yang bersifat keagamaan seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu fiqih dan ushulnya, ilmu ushuluddin, ilmu qiraah, ilmu sirah dan tarikh, ilmu tasawuf, ilmu alat bahasa: nahwu, sharaf, balaghah, dan berpuluh-puluh ilmu lainnya. Begitu juga ilmu-ilmu keduniaan berkembang dengan pesat, seperti ilmu matematika, fisika, kimia, astronomi, aeronetika, kedokteran, musik, dan lain sebagainya yang merupakan penerjemahan dan pengembangan ilmu-ilmu Yunani Kuno. Tersebutlah dalam sejarah bahwa ketika pasukan Mongol menyerbu kota Baghdad, pusat kebudayaan Islam selama 5 abad, mereka dapati di kota ini sangat kaya dengan bekas qalam (pena) Beribu-ribu jilid ilmu pengetahuan mereka temukan di masjid, di perpustakaan-perpustakaan, dan di rumah-rumah orang yang mempunyai kesukaan menyimpan kitab-kitab yang berharga.
Oleh karena mereka tidak tahu nilai ilmu yang begitu tinggi mereka lemparkan kitab-kitab itu ke sungai Dajlah sehingga menghitamlah aliran sungai beberapa lamanya dari bekas-bekas tinta kitab-kitab yang mengambang. Begitu juga ketika orang orang Kristen menyerang Andalusia, pusat peradaban Islam di Eropa di penghujung abad ke 15 Masehi. Sesuai dengan fatwa gereja Katolik dibakarlah kitab-kitab peradaban kaum muslimin di sana.
Semua kitab dibakar, dijadikan api unggun, di muka pekarangan gereja. Bertahun-tahun lamanya pembakaran itu dikerjakan, namun kitab-kitab itu tidak kunjung habis. Dari sisa-sisa kitab yang dibakar itulah bangkit ilmu pengetahuan di Eropa sehingga mereka keluar dari zaman kegelapan menuju zaman pencerahan (rennaissance) yang menjadi dasar kebudayaan dunia modern saat ini. Itulah bukti kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala . tentang pentingnya huruf, pena, dan tulisan dalam peradaban manusia. (A/R8/P2)
Baca Juga: Meneladani Kepribadian Rasulullah dengan Mengikuti Sunnahnya, Oleh: Imaam Yakhsyallah Mansur
Mi’raj News Agency (MINA)