Mogadishu, MINA – Pemerintah Somalia telah memecat kepala intelijen dan polisi negara tersebut, sehari setelah terjadi serangan di ibu kota, Mogadishu, yang menewaskan sedikitnya 29 orang.
Pemecatan terhadap Abdillahi Mohamed Sanbalooshe dan Abdihakim Dahir Said pada Ahad (29/10), mengikuti pengunduran diri Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Intelijen Somalia awal bulan ini, dua hari sebelum sebuah bom truk terjadi dua pekan lalu yang menewaskan lebih 350 jiwa.
Mohamed Shire, seorang konsultan keamanan dan politik, mengatakan bahwa pemerintah tidak dapat menghentikan serangan tersebut karena terjadinya perubahan penjaga yang terus-menerus dalam hal institusi keamanan Somalia yang belum kondusif.
“Ada celah dalam hal keamanan di sini,” kata Shire kepada Al Jazeera dari Mogadishu yang dikutip MINA. “Ada kesenjangan dalam hal kapasitas mereka dengan dinas intelijen dan kurangnya sumber daya.”
Baca Juga: Iran Siap Dukung Tentara Suriah dan Irak
Serangan terakhir terjadi pada Sabtu (28/10) diklaim oleh Al-Shabab, sebuah kelompok bersenjata yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Somalia yang diakui secara internasional.
Seorang pengebom mobil bunuh diri langsung menargetkan Hotel Nasa Hablod, tempat Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo dijadwalkan mengadakan pertemuan di hari itu dengan para pemimpin lima negara bagian.
Namun, Presiden Farmajo belum berada di hotel pada saat serangan tersebut terjadi. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pemerintah Inggris akan Tinjau Izin Penjualan Senjata ke Israel