Dalam dunia bisnis, istilah value merujuk pada nilai yang dihasilkan atau ditawarkan oleh suatu produk, layanan, atau perusahaan kepada pelanggan. Value tidak hanya mencakup aspek fungsional, seperti harga atau kualitas produk, tetapi juga aspek emosional, seperti kepercayaan dan kepuasan pelanggan. Bagi pelaku usaha, memahami dan menciptakan value adalah elemen kunci untuk memenangkan persaingan di pasar yang semakin dinamis.
Value dalam konteks bisnis dapat dipahami sebagai persepsi pelanggan terhadap manfaat yang mereka terima dibandingkan dengan biaya yang mereka keluarkan. Menurut Philip Kotler, value adalah selisih antara manfaat total pelanggan dan biaya total pelanggan. Value mencakup empat elemen utama: fungsional (kegunaan), emosional (pengalaman), sosial (status), dan finansial (harga).
Hasil Penelitian tentang Value
Pertama, Sheth, Newman, dan Gross (1991) dalam teori Consumption Value Framework mengidentifikasi lima dimensi value: fungsional, emosional, sosial, epistemik (keingintahuan), dan kondisional. Penelitian mereka menunjukkan bahwa pelanggan sering kali memilih produk atau layanan berdasarkan kombinasi dari dimensi-dimensi ini, bukan hanya karena harga atau kualitas semata.
Baca Juga: Hayu Prabowo Sampaikan Konsep Inovatif Ekonomi Halalan-Thayyiban di Pertemuan Dunia
Kedua, penelitian oleh Woodruff (1997) menunjukkan bahwa perusahaan yang fokus pada customer value memiliki peluang lebih besar untuk membangun loyalitas pelanggan. Woodruff menemukan bahwa value yang dirasakan pelanggan sering kali menjadi faktor utama dalam keputusan pembelian, bahkan mengalahkan harga murah.
Ketiga, Holbrook (1999) menekankan pentingnya value emosional dalam menciptakan hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa pengalaman positif yang diberikan oleh perusahaan dapat menciptakan loyalitas emosional yang sulit ditandingi oleh pesaing.
Pentingnya Value
Bagi pelaku usaha, value adalah inti dari proposisi bisnis mereka. Dengan menawarkan value yang jelas dan relevan, pelaku usaha dapat membedakan diri dari pesaing, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan menciptakan loyalitas. Value yang kuat juga membantu membangun reputasi merek, yang pada gilirannya meningkatkan daya saing di pasar.
Baca Juga: Passion
Pelaku usaha yang memahami value dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru. Sebagai contoh, perusahaan teknologi seperti Apple tidak hanya menjual produk, tetapi juga pengalaman, gaya hidup, dan status sosial. Value yang ditawarkan Apple tidak hanya fungsional, tetapi juga emosional dan sosial, membuat pelanggan rela membayar harga premium.
Value juga memainkan peran penting dalam membangun hubungan dengan pelanggan. Dengan memberikan value yang konsisten, pelaku usaha dapat membangun kepercayaan dan memperkuat hubungan dengan pelanggan. Penelitian menunjukkan bahwa pelanggan yang merasa mendapatkan value yang tinggi lebih cenderung merekomendasikan perusahaan kepada orang lain, menciptakan efek pemasaran dari mulut ke mulut.
Inovasi sering kali menjadi cara efektif untuk meningkatkan value yang ditawarkan kepada pelanggan. Dengan terus memantau kebutuhan dan preferensi pelanggan, pelaku usaha dapat menciptakan produk atau layanan baru yang memberikan value lebih tinggi dibandingkan kompetitor. Penelitian oleh Trott (2008) menunjukkan bahwa perusahaan inovatif cenderung memiliki persepsi value yang lebih tinggi di mata pelanggan, sehingga mampu mempertahankan pangsa pasar mereka.
Pengaruh Value
Baca Juga: Tebar Tuai
Value yang dirasakan pelanggan memiliki dampak langsung pada loyalitas mereka terhadap perusahaan. Menurut penelitian oleh Zeithaml et al. (1996), pelanggan yang merasakan value tinggi lebih cenderung untuk tetap setia pada merek tertentu, meskipun ada tawaran dari pesaing. Hal ini menunjukkan bahwa value adalah elemen kunci dalam strategi retensi pelanggan.
Di era digital, menciptakan value yang relevan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Pelaku usaha harus mampu menawarkan value yang sesuai dengan ekspektasi pelanggan modern, seperti kemudahan akses, pengalaman yang dipersonalisasi, dan transparansi. Penelitian oleh Homburg et al. (2017) menunjukkan bahwa perusahaan yang menggunakan data pelanggan untuk menciptakan value yang dipersonalisasi memiliki tingkat kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.
Sebaliknya, pelaku usaha yang gagal memahami value yang diinginkan pelanggan berisiko kehilangan pangsa pasar. Contoh nyata adalah perusahaan yang terlalu fokus pada harga rendah tanpa memperhatikan kualitas atau pengalaman pelanggan, yang akhirnya kehilangan kepercayaan pelanggan.
Value adalah elemen kunci yang tidak hanya menentukan keberhasilan sebuah produk atau layanan di pasar, tetapi juga membentuk hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Dengan memahami dan terus meningkatkan value, pelaku usaha dapat menciptakan keunggulan kompetitif, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan menghadapi dinamika pasar dengan lebih percaya diri. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa value bukan hanya sekadar strategi, tetapi merupakan inti dari kesuksesan bisnis modern.[]
Baca Juga: LPPOM Beri Tanggapan soal Perubahan Wajib Halal bagi UMK dan Produk Impor
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jangan Mengeluh