Xinjiang, MINA – Meskipun pembatasan puasa selama bulan suci Ramadhan telah berkurang di Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR) China dalam beberapa tahun terakhir, tetapi warga Muslim masih ketakutan menjalani puasa Ramadhan.
Menurut pihak berwenang setempat, adanya ketakutan yang masih ada karena khawatir dicap sebagai “ekstremis” dan ditandai untuk penahanan. Radio Free Asia melaporkan, Senin (19/4).
Selama bertahun-tahun, Uyghur dan Muslim Turki lainnya di Xinjiang telah dilarang menjalankan puasa Ramadhan karena pembatasan agama yang diberlakukan oleh pemerintah China. China dalam banyak kasus melarang pegawai negeri, siswa dan guru berpuasa selama bulan suci Ramadhan.
Di wilayah tertentu di Xinjiang, akses ke masjid juga dikontrol lebih ketat, sementara restoran diperintahkan untuk tetap buka. Para pensiunan Uyghur sering dipaksa untuk berjanji menjelang Ramadhan bahwa mereka tidak akan berpuasa atau shalat.
Baca Juga: Di KTT G20 Brasil, Erdogan Tegaskan Pentingnya Gencatan Senjata di Gaza
Penduduk juga diberi tahu bahwa mereka dapat menghadapi hukuman karena berpuasa, termasuk dikirim ke salah satu jaringan kamp interniran Xinjiang yang luas.
Pihak berwenang China diyakini telah menahan hingga 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya sejak April 2017.
Berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan, dia mengatakan bahwa pertemuan tentang Ramadhan “selalu diadakan” di kantor polisi, pihak berwenang memberi tahu publik untuk “menjauh dari ekstremisme agama.”
Namun di tengah kerja propaganda, katanya, warga juga diberitahu bahwa “orang dapat berpuasa jika mereka mau.” “Mereka bilang tidak apa-apa bagi orang-orang untuk menjalankan agama di tempat yang sah di mana kegiatan keagamaan diperbolehkan,” katanya, merujuk pada tempat ibadah yang disetujui pemerintah. (T/RS2/P1)
Baca Juga: AS Sanksi Organisasi dan Perusahaan Israel Pendukung Kolonialisme
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Turkiye Konfirmasi Tolak Akses Wilayah Udara untuk Presiden Israel