Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wayang Tradisional Turki Digelar di Festival Afrika

Bahron Ansori - Ahad, 21 Juli 2019 - 06:54 WIB

Ahad, 21 Juli 2019 - 06:54 WIB

7 Views

KIGALI, Rwanda, MINA – Pertunjukan wayang tradisional terkenal Turki atau Karagoz Istanbul Explorer akan dipentaskan untuk warga Afrika secara global setelah sukses menggelar pertunjukkan di Festival Seni Ubumuntu Afrika di Kigali, Rwanda, kata Fatih Polat, master Karagoz, Ahad (21/7).

“Saya menerima banyak tanggapan inspiratif. Saya menganggap pentas di Rwanda ini sebagai titik awal untuk tampil di depan lebih banyak publik Afrika,” kata Polat kepada Anadolu Agency usai tampil di malam pembukaan acara peringatan genosida Kigali.

Festival Seni Ubumuntu tahunan yang kelima menampilkan pertunjukan teater yang berusaha menjawab pertanyaan: “Bagaimana jika tembok yang Anda buat untuk orang lain hari ini, menjadi kejatuhan bagi Anda sendiri pada esok hari?”

Di seberang dinding panggung hitam, sekelompok seniman lokal dan internasional yang berkumpul selama tiga hari melukis tembok dengan kata-kata kemanusiaan.

Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas

“Hentikan kekerasan, perang melawan perpecahan dan segala bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan. Damai bagi semua orang, Damai di dunia. Bersama kita bisa,” tulis mereka.

Polat tampil pada 12 Juli, bersama seniman dari Rwanda, Uganda, AS, Austria, dan Republik Demokratik Kongo.

Polat mengatakan salah satu tujuan utama pentas Karagoz adalah untuk menunjukkan pada setiap orang bahwa mereka dapat hidup bersama tanpa memandang kepercayaan atau etnis.

“Anda bisa menjadi Yahudi, Putih, atau India. Anda bisa menjadi percaya pada Nabi Muhammad atau Yesus, tidak masalah,” kata dia.

Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia

“Yang penting adalah kita semua sama. Kita tidak boleh dibagi berdasarkan etnis atau kepercayaan. Orang harus bisa berintegrasi. ”

Festival ini menggabungkan pertunjukan teater, puisi, tarian, dan akrobat.

Sejumlah kelompok seniman dari 16 negara, termasuk Turki berpartisipasi dalam festival ini.

Polat mengatakan pertunjukan Karagoz juga menawarkan kesempatan, bagi orang-orang untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Istanbul.

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Dia mengaku senang dapat mengibarkan bendera Turki dan berhasil menjalankan Istanbul Explorer di festival ini.

Polat menyebutkan berbagai budaya di festival tersebut membuatnya bersemangat.

“Saya bersemangat saat melihat penonton tersenyum dan tertawa. Itu menunjukkan kepada saya bahwa mereka menyukai pertunjukan ini, meski mereka tidak tahu tentang Karagoz,” kata dia.

“Setelah pertunjukan, beberapa penonton datang, memeluk, dan mengucapkan terima kasih,” ungkap Polat.

Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza   

Menurut Polat, para penonton mengatakan ini adalah pertunjukan yang sangat bagus.

“Itu sangat menarik bagi saya. Saya pikir ini mungkin awal dari tur Karagoz di Afrika.”

Karagoz Istanbul Explorer adalah pertunjukkan wayang Turki populer tentang kisah dua orang teman.

Cerita ini menampilkan karakter utama Karagoz dan Hacivat, yang hidup dalam bayang-bayang tradisional Turki dan menjelajahi tempat-tempat bersama.

Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa

Drama ini menghadirkan seorang pria yang ingin menjelajahi Istanbul. Karagoz dan temannya Hacivat memulai perjalanan dan menghadapi petualangan yang menarik.

Teater tradisional Turki ini merupakan salah satu seni Turki tertua.

Drama tersebut, yang terkenal dalam kesenian Turki, melibatkan tokoh dua dimensi dalam bentuk orang dan menampilkan bayangan mereka di layar.

Pembukaan pentas ini disebut mukaddime (awal) di mana Hacivat akan membaca puisi dan setelah itu mereka berdialog

Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza

Karagoz terdaftar pada Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity atas nama Turki pada tahun 2009. (T/RS3/P1)

Mi’raj News Agency

Baca Juga: Uni Eropa untuk Pertama Kali Kirim Vaksin Mpox ke Kongo

Rekomendasi untuk Anda

Dunia Islam
Internasional
Asia
Asia
Internasional
Internasional
Indonesia
MINA Preneur
Sosok