Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Sejumlah 16 di antara 24 orang yang mengambil bagian dalam wisata ke Turki dilaporkan hilang sejak berangkat dari Jakarta 24 Februari lalu hingga kini. Sesuai jadwal, mereka seharusnya sudah harus kembali bergabung pada 26 Februari 2015 di Kota Pamukkale, Turki.
Kepala Badan Intelijen Indonesia (BIN), Norman Marciano, menyatakan telah berkoordinasi dengan rekannya dari Badan Intelijen Turki untuk mengumpulkan informasi kemungkinan mereka bergabung dalam kelompok ISIS (Islamic State of Iraq and Syria).
Badan Intelijen Negara (BIN) mengendus ada 16 warga negara Indonesia yang akan bergabung dengan ISIS. Kecurigaan ini muncul setelah warga yang dimaksud berangkat ke Turki tapi hingga saat ini belum kembali ke Indonesia.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Ada 16 WNI yang ikut dengan salah satu biro perjalanan ke Turki dan 16 itu pada saatnya harus kembali ke Indonesia, tapi sampai saat ini belum kembali,” ujar Kepala BIN Marciano Norman di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu, (4/3).
Ia mengakui, cara yang dilakukan kelompok ini sebagai modus baru dengan mencontoh para TKI tanpa izin yang ketika mengurus dokumen menyatakan akan menunaikan ibadah umrah, tapi kemudian menetap di Timur Tengah dan menjadi tenaga kerja di negara tersebut.
BIN, kata Marciano, masih menelusuri hubungan antara keberangkatan 16 WNI itu dengan ISIS.
Kekhawatiran itu muncul, menurut pejabat Kementerian Luar Negeri RI, saat polisi Turki mengatakan kasus semacam ini sering terjadi, dan mayoritas dari mereka yang hilang, kemudian terdeteksi telah menyeberang ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok radikal ISIS.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Hal semacam ini sudah biasa di sana, tapi ini adalah kasus pertama yang terjadi pada WNI. Menurut kepolisian di sana, rata-rata warga negara asing yang dilaporkan hilang diketahui menyeberang ke negara tetangga Turki, yakni Suriah untuk bergabung dengan ISIS,” ucap juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Arrmanantha Nassir, pada Jumat (5/3).
Pihak kepolisian Turki dikabarkan sedang melakukan pemeriksaan kamera pengawas di seluruh penyeberangan di wilayah perbatasan.
Wakil Presiden RI M. Jusuf Kalla masih belum mempercayai WNI yang bergabung dengan ISIS ini. Dengan gayanya yang khas, Ketua Dewan Masjid Indonesia ini mengatakan : “Di antara mereka itu ada yang bersama istri dan anak-anak. Apa mungkin mau bergabung dengan ISIS bahwa istri dan anak-anak ?”
Biro Perjalanan
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Sebelumnya, Menko Polhukam Laksamana TNI (Purn.) Tedjo Edhy Purdijatno mengungkapkan bahwa salah satu modus yang dilakukan WNI yang nekat ingin begabung dengan ISIS adalah dengan memfaatkan jasa biro perjalanan wisata. Setelah tiba di negara Timur Tengah, orang-orang tersebut memisahkan diri dari kelompok wisata.
“Modusnya dengan menggunakan agen perjalanan wisata,” ungkap Menko Polhukam di Jakarta, Selasa (3/3).
Sehubungan pernyataan Menko Polhukam, sejumlah biro perjalanan haji dan umrah keberatan dengan ststemen itu. Pernyataan tersebut harus dirinci supaya tidak terjadi salah paham.
“Jika yang dimaksud menuduh biro perjalanan berperan, hal tersebut merupakan fitnah,” kata Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji Republik Indonesia (Amphuri) Rinto Raharjo. (Republika, 9/3).
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Rinto mengatakan, masyarakat berkunjung ke negara-negara Islam, seperti Saudi Arabia, Turki dan Mesir, adalah dalam rangkaian ibadah umrah. Bukan untuk tujuan lain seperti menjadi TKI, apalagi menjadi anggota ISIS, katanya.
Menurutnya, pihak travel telah menyeleksi calon peserta sebelum perjalanan dilakukan. Paspor jamaah pun dipegang oleh pihak penyelenggara agar tidak ada jamaah yang memisahkan diri dari rombongan.
Pihak travel, menurutnya tidak mungkin mengizinkan seseorang peserta melakukan perjalanan untuk menjadi anggota ISIS.
“Kami sangat keberatan dengan pernyataan Menko Pulhukam tersebut. Orang mau ibadah kok mau jadi anggota ISIS,” ujarnya.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga memastikan, 16 WNI yang hilang di Turkli bukan jamaah umrah yang juga sedang mengikuti wisata di Turki.
Menag menyampaikan hal itu pada acara peluncuran program 5.000 doktor, di Kemenag, Jakarta, Senin (9/3).
“Saya menyampaikan ini karena sebelumnya Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdjiatno mengatakan, bahwa hilangnya 16 WNI itu terkait dengan biro perjalanan umrah,” tutur Lukman.
Menurut dia, kalau biro travel umrah yang memiliki izin dari Kementerian Agama (Kemenag), maka tidak akan membiarkan rombongannya berpisah.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
“Ini adalah persyaratan ketat yang diberikan kepada biro perjalanan haji dan umrah,” jelas Lukman.
Namun demikian, Lukman meminta kepada masyarakat menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan antara Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen Negara, Kepolisian.
Ia menambahkan memang ada analisis, atau dugaan yang belum tentu dijamin kebenarannya, bahwa mereka berpisah dari rombongan untuk bergabung dengan sejumlah kalangan, dan menuju negara Suriah untuk memperkuat gerakan ISIS.
Investigasi
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), KH Hasyim Muzadi, mendesak pemerintah untuk segera melakukan investigasi soal hilangnya 16 WNI tersebut di Turki.
Langkah itu untuk menjawab keresahan masyarakat, khususnya bagi keluarga para WNI yang hilang itu.
“Menteri Luar Negeri harus segera melakukan investigasi. Dipastikan karena apa,” kata KH Hasyim Muzadi saat menghadiri peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-89 Nahdlatul Ulama di kantor Pengusur Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang, Ahad (8/3).
Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Malang dan Depok ini menjelaskan, investigasi itu untuk mengetahui penyebab hilangnya 16WNI di Turki. Apakah ikut gabung ISIS atau malah menjadi korban dari ISIS.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Menurut Ketua Umum PBNU periode 1999-2010 itu, Menteri Luar Negeri harus bisa memberikan penjelasan masalah itu agar tidak terjadi keresahan di masyarakat maupun di keluarga para WNI yang hilang itu.
Akan tetapi, pihak Kemlu pun menegaskan, tidak ingin berspekulasi tentang alasan atau tujuan 16 WNI itu memisahkan diri dari rombongan tur, dan upaya pencarian memang masih berlangsung sampai sekarang. “Kemlu enggan berspekulasi apa tujuan dari 16 WNI sengaja memisahkan diri. Termasuk dugaan bahwa kelompok ini masuk menuju Suriah untuk bergabung bersama ISIS,” tandas Jubir Kemenlu Arrmanantha Nassir.
Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla pun ikut bicara. Menurutnya, ia sendiri meragukan dugaan bahwa 16 WNI yang menghilang di Turki bergabung bersama gerakan ISIS.
“Saya tidak terlalu yakin bahwa mereka masuk ke ISIS. Kalau ingin jihad pasti tidak membawa anak kecil atau istri,” kata Jususf Kalla di Kantor Wapres di Jakarta, Senin sore (9/3).
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Menurut Wapres, kendati terdapat kabar adanya imbalan yang diberikan ISIS kepada anggotanya, dia tetap tidak yakin tujuan ke-16 orang itu untuk bergabung gerakan tersebut.
Kalla juga mendukung pihak keamanan dan Kementerian Luar Negeri untuk mencari keberadaan WNI tersebut.
Wapres mengatakan hingga saat ini belum ada informasi yang diperoleh terkait status WNI yang hilang itu.
Pemerintah juga mengimbau kepada keluarga dari orang yang hilang untuk menghubungi ke-16 WNI itu.
Cari Batu Akik
Ada penyampaian dari keluarga yang diduga WNI yang hilang itu. Seorang warga asal Solo, Jawa Tengah, yang menghilang di Turki, katanya sedang mencoba peruntungan bisnis batu akik.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Demikian yang disampaikan Muhammad Arif soal adiknya, Fauzi Umar, yang hilang di Turki dan diduga terlibat gerakan ISIS.
Pesona batu akik memukau Fauzi Umar. Bisnis batu akik memang tengah naik daun dan menjanjikan keuntungan besar, katanya.
Menurut Arif dalam jumpa pers di Badan Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin (9/3), adiknya itu telah sejak lama menjajal bisnis batu akik. Bahkan, Fauzi Umar menekuninya jauh sebelum ia berkunjung dan hilang di Turki.
Fauzi Umar merupakan satu dari 16 warga yang hilang di Turki. Fauzi Umar berangkat ke Turki bersama saudaranya, Hafid Umar Babher. Hafid membawa empat anggota keluarganya ke Turki.
Mereka tiba di Bandara Attaturk, Turki, pada 24 Februari 2015. Tak lama berselang, mereka berpisah dari rombongan tur. Saat rombongan kembali ke Tanah Air pada 4 Maret 2015, keberadaan mereka pun masih tak diketahui.
Penutup
Tentu saja, kita semua berharap pihak berwenang untuk segera mengungkapkan perihal hal tersebut. Agar tidak menimbulkan keresahan dan kerugian pihak-pihak terkait. Baik dari pihak keluarga, masyarakat luas, dan terutama pihak travel penyelenggara umrah.
Jangan sampai kemudian membuat umat Muslim Indonesia menjadi takut jika akan menjalankan ibadah umrah dan berkunjung ke negeri-negeri Muslim seperti ke Turki, Mesir, Palestina dan lainnya. Juga jangan sampai membuat pihak travel, imigrasi dan yang terkait mempersulit dengan kecurigaan berlebihan terhadap umat Muslim yang hendak beribadah ke tanah suci Mekkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah. (P4/P2).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)