Tokyo, MINA – Kunjungan yang dilakukan oleh para pemimpin Yayasan Pendidikan Silaturahim Jatikarya (YPSJ) Indonesia di sekolah TK, SD dan SMP Musashino Higashi Gakuen di Tokyo, Jepang, menemukan beberapa poin penting rahasia yang bisa memajukan pendidikan di dalam negeri.
Kunjungan lembaga yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat itu dipimpin oleh Ketua YPSJ Ichsan Thalib dan Direktur Pendidikan YPSJ Munif Chatib beserta grup konsultan pendidikan Next Edu Indonesia selama sepekan sejak Ahad, 4 November hingga Sabtu (10/11).
“Jika Indonesia berani mencoba beberapa konsep dasar pendidikan di Jepang, kemungkinan pendidikan di Indonesia dapat maju pesat. Terlepas dari alasan perbedaan budaya antar kedua negara, terutama budaya disiplin,” kata Munif dalam catatannya selama kunjungan.
Menurutnya, beberapa orang mengatakan bahwa pendidikan Indonesia susah maju apalagi sampai menyamai Jepang, disebabkan budaya disiplin masyarakat Indonesia masih rendah.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
“Jika pendapat ini diikuti terus, pasti pendidikan Indonesia tidak akan pernah maju,” katanya.
Pakar pendidikan tersebut mencatat beberapa faktor penyebab pendidikan Jepang sangat berkualitas yang ia yakin Indonesia pun mampu melakukannya.
Pertama adalah konsep desentralisasi kurikulum. Maksudnya, setiap sekolah di Jepang mempunyai kewenangan mendesain kurikulumnya sendiri, terutama sekolah swasta. Dasar alasan yang jelas adalah setiap sekolah mempunyai visi yang berbeda-beda.
Kedua adalah kualitas guru. Saat kunjungan di sekolah inklusi TK, SD dan SMP Musashino Higashi Gakuen Tokyo, ternyata guru kelas juga harus mempunyai kemampuan mengajar dan mengasuh siswa berkebutuhan khusus (autis). Kemampuan guru yang multi tasking tersebut didapat dari universitas dan pelatihan khusus di sekolah masing-masing.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Ketiga adalah bekerja sama dengan orangtua siswa cukup intens. Selama satu tahun ajaran, pertemuan dan workshop untuk orangtua dilakulan delapan kali. Hal ini membuktikan bahwa sekolah mampu membangun sinergi dengan orangtua. Guru dan orangtua bekerja sama menyelesaikan masalah dan hambatan pendidikan anaknya. (L/RI-1/P1
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September