ACT: Pengentasan Kemiskinan Program Besar 2019-2020

Jakarta, MINA – Presiden Aksi Cepat Tanggap () Ibnu Khajar mengatakan, isu kemiskinan masih menjadi persoalan besar bagi bangsa.

“ACT sedang mengusung tema besar. Sebelumnya di lima tahun pertama ACT konsen di bencana, lima tahun kedua lembaga ini konsen dengan isu kemanusiaan dan pada saat ini masuk tahun 2019-2020 lembaga ini konsen dengan sebuah isu besar yaitu isu kemiskinan,” kata Ibnu.

Hal itu disampaikan kepada MINA dalam acara Central Kitchen yang mengambil tema “Sentra Layanan Makan Saudara Sebangsa,” di gedung Menara 165, Jakarta pada Rabu (19/2) malam.

“Kami yakin isu kemiskinan adalah masih menjadi isu yang sangat besar bagi persoalan bangsa,” ucapnya.

Ia menjelaskan, bencana kemiskinan ini ada di mana-mana, maupun itu konflik manusia dan bencana alam, bahkan kita ketahui data mencatat masih banyak manusia yang membutuhkan pengentasan dari kemiskinan.

“Maka saat ini, isu pangan menjadi isu yang kami pilih. Alhamdulillah ACT telah hadir di 34 provinsi lebih dari 300 kota kabupaten untuk nendrisbusikan bahan-bahan pokok bagi masyarakat Indonesia khususnya bagi korban bencana.”

“Alhamdulillah ACT juga telah hadir di 50 negara. Kita bersyukur Indonesia memiliki jangkau program terluas di dunia ini insya Allah,” papar Ibnu.

Bicara soal Central Kithcen, ia menerangkan, yang menarik dari Central Khichen ini adalah, kebutuhan yang ada di emergency.

“Kami menyaksikan bencana yang sangat besar, chef Jhoni ikut hadir di beberapa tempat, satu setengah bulan di Lombok dan lebih dari sebulan berada di Palu. Beliau bersama para pengungsi,” sambungnya.

Dengan program ini, Chef Jhoni mendidikasikan kepentingannya tidak hanya untuk pribadi akan tetapi untuk kepentingan umat dengan hadir di ranah-ranah bencana.

Mungkin tidak banyak para chef mendidikasikan waktunya di ranah bencana. tentunya ini suatu hal yang sangat luar biasa.

Pimpinan ACT menjelaskan selanjutnya, mandat kedua filantropi Islam yang ingin kami gerakan adalah tentang sedekah dan infak.

Kita ingin mengulang sejarah Islam, zaman kekhilafahan itu sahamnya 75 persen dikelola dengan pendekatan wakaf 25 persen saja milik pribadi.

“Kegemilangan Islam diwarnai dengan isu-isu wakaf. Hari ini kita saksikan Chef mewakafkan 75 persen sahamnya pada Central Khichen Makmur Royal Catering, kepada Global Wakaf melalui ACT,” pungkasnya. (L/R8/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.