London, MINA – Air kolam di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di London, Inggris, tiba-tiba berubah warna menjadi merah darah pada Kamis pagi (10/4), sebagai bagian dari aksi protes dramatis oleh aktivis Greenpeace UK terhadap penjualan senjata AS ke Israel.
Salah satu direktur eksekutif Greenpeace UK, Will McCallum, menjadi satu dari enam orang yang ditangkap polisi setelah demonstrasi tersebut, The Guardian melaporkannya.
Aksi tersebut dilakukan dengan menuangkan 300 liter pewarna merah ke kolam di sekitar gedung kedutaan, yang berada di area publik dan mudah diakses pejalan kaki. Greenpeace menyatakan, pewarna yang digunakan aman bagi lingkungan, bersifat biodegradable, dan tidak beracun bagi manusia maupun satwa liar.
“Air merah ini melambangkan darah warga sipil yang terbunuh akibat agresi di Gaza. Ini adalah tanggapan langsung atas keterlibatan AS dalam penjualan senjata ke Israel,” demikian pernyataan Greenpeace UK.
Baca Juga: Komisioner HAM: Eksekusi Paramedis di Rafah Perburuk Hubungan Jerman-Israel
Polisi Metropolitan mengonfirmasi penangkapan enam orang dengan tuduhan merusak properti dan konspirasi untuk merusak properti. Tidak ada pelanggaran terhadap perimeter keamanan kedutaan.
Sementara itu, Kedutaan Besar AS mengakui hak atas protes damai, namun mengecam keras aksi tersebut sebagai bentuk vandalisme yang disebut telah membuang 1,5 juta galon air bersih — sumber daya yang mereka sebut “berharga bagi lingkungan lokal”.
Greenpeace membantah tudingan merusak lingkungan dan mengecam penangkapan tersebut sebagai bagian dari pembungkaman terhadap hak demokratis untuk menyuarakan protes secara damai di Inggris.
Aksi ini menyoroti peran krusial AS sebagai pemasok senjata terbesar ke Israel di tengah perang yang telah menewaskan lebih dari 50.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza.
Baca Juga: Jet Tempur Israel Jatuh di Lebanon
Serangan udara Israel kembali mengguncang Gaza setelah gencatan senjata yang disepakati pada Januari runtuh pada Maret. Kedua pihak, Israel dan Hamas, saling menyalahkan atas kegagalan perjanjian tersebut.
Penangkapan Will McCallum, tokoh penting dalam gerakan lingkungan Inggris, memicu diskusi luas tentang kebebasan berekspresi dan batasan protes damai dalam demokrasi modern.
Greenpeace menyatakan bahwa mereka tidak akan mundur dan akan terus menuntut pertanggungjawaban moral terhadap pihak-pihak yang dianggap berkontribusi pada kekerasan di Timur Tengah.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tanggapi Niatan Presiden Macron untuk Akui Palestina, Menlu Shahin: Langkah yang Benar