Jakarta, 24 Sya’ban 1437/31 Mei 2016 (MINA) – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan, ketersediaan pangan dengan harga yang terjangkau selalu menjadi masalah klasik kala datang bulan suci Ramadhan sampai Hari Raya Lebaran tiba.
Ia mewanti-wanti sedari dini agar masalah tersebut bisa ditemukan solusinya, sehingga di kemudian hari tak terulang lagi.
Menurutnya, permasalahan itu harus diatasi dengan solusi yang bersifat permanen, yang bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Permasalahan yang diatasi dengan cara yang tidak tepat bisa jadi hanya menutup masalah untuk sementara waktu, dan akan timbul masalah yang sama di kemudian hari.
“Ketersediaan pangan untuk mencukupi Ramadan dan lebaran, pemerintah harus mengacu pada konsep makronya dalam kaitan kita mengarah pada kedaulatan pangan,” kata Aria, demikian siaran pers DPR RI yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (31/5).
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Dia meminta pemerintah agar jangan selalu membuat panik dan heboh masyarakat. Menurutnya, mengimpor kebutuhan bahan pokok bukanlah solusi permanen, itu hanya bisa mengatasi masalah untuk sementara waktu.
“Sehingga semuanya diselesaikan dibikin impor-impor dan impor, gampang,” ujarnya.
Dia menilai kebijakan impor bahan pangan untuk kebutuhan dalam negeri adalah cara yang tidak cerdas. Menurutnya pemerintah harus mencari cara agar negara bisa memenuhi secara mandiri, segala kebutuhan dalam negeri.
“Impor aja semua. Gak perlu cerdas-cerdas amat menyelesaikan hal itu,” sindir Aria.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Dikatakan Aria bahwa kebijakan impor harus diperhitungkan lagi, harus ada solusi cerdas mengatasi masalah ketersediaan pangan. “Contohnya hari ini, harga gabah di tingkat petani, jeblok. Harga kering panen, harga kering hilir, jeblok kabeh. Terus gimana mensikapinya?” keluhnya. (T/P011/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon