New York, 3 Ramadhan 1437/8 Juni 2016 (MINA) – Mantan peraih medali emas tinju kelas berat Olimpiade Sydney tahun 2000, Audley Harrison, menyebut, Muhammad Ali semasa hidupnya mampu mempengaruhi dunia secara signifikan bagai Nelson Mandela dan Ibu Teresa.
“Mungkin lebih signifikan, ia menjadi pilar gerakan anti-perang ketika ia menolak untuk bergabung dalam wajib militer ke Vietnam dan gelarnya pun harus dicopot,” kata Harrison.
Ia menambahkan, ketika dirinya pergi melalui saat-saat mengkhawatirkan dalam hidupnya, ia tidak banyak melihat orang-orang hebat seperti Muhammad Ali, selain Nelson Mandela dan Ibu Teresa. Padahal mereka telah melalui perjalanan hidup yang jauh lebih buruk dari dirinya, ujarya pada laman Newsweek, Senin (6/6) kemarin.
“Ali telah berdiri dengan tegar untuk apa yang dia yakini. Dan itu membuatnya duta luar biasa untuk hidup. Hanya ada satu atau dua orang yang seperti itu. Dia telah menyentuh saya jauh ke lubuk jiwa saya,” ujarnya.
Baca Juga: Israel Caplok Golan, PBB Sebut Itu Pelanggaran
Harrison, yang aktif sebagai pembicara untuk masalah kesehatan mental setelah mengakhiri karir tinju profesionalnya, mengatakan, karakter besar Ali tersaring ke dalam kepribadiannya ketika ia memulai perjalanannya di ring tinju.
“Pertama kalinya aku masuk ke sasana tinju untuk berlatih, aku punya visi Ali dalam pikiran saya. Aku punya kepercayaan diri yang tinggi sepetinya,” imbuhnya mengenang.
Menurutnya, Muhammad Ali bukan sekedar petarung di atas ring dengan duel yang luar biasa. Namun dia bisa menerangi ruangan. Dengan siapa pun dia bertemu, seolah semua jalan melalui karirnya. Bahkan ketika mereka mencoba untuk menghentikannya berbicara, ia masih memiliki kilatan di matanya. Ia telah melampaui dunia olahraganya bahkan , kehidupannya.
Harrison yang oleh pers Inggris dujuluki ‘Mohammed Audley’ menyusul kemenangan Olimpiade dengan kemampuannya bergerak di atas ring, pukulan dengan kekuatan dan berbicara di luar itu, seperti idolanya Muhammad Ali.
Baca Juga: AS Tolak Laporan Amnesty yang Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza
Semasa hidup Ali, ia pernah bertemu panutannya itu di pesta ulang tahunnya yang ke-60 di London. Ia menggambarkan pengalaman perjumpaannya itu sebagai “mimpi masa kanak-kanak.”
“Dia tidak menggunakan banyak kata-kata pada waktu itu,” Harrison mengatakan tentang Ali. “Tapi dia masih memiliki kilatan di matanya yang tidak pernah hilang. Ia berbicara kepada kita dengan senyumnya. Aku hanya terkagum.”
Pemakaman jenazah Muhammad Ali direncanakan akan dilangsungkan di di kampung halamannya di Louisville, Kentucky, AS, pada Jumat (10/6) mendatang. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda dan Wanita AS Kecam Serangan Israel di Gaza