Harare, 4 Jumadil Akhir 1438/3 Maret 2017 (MINA) – Pemerintah Zimbabwe mengumumkan bahwa banjir di negara itu telah menewaskan 246 orang, melukai 128 orang dan menyebabkan hampir 2.000 orang menjadi tunawisma sejak Desember tahun lalu.
Menteri Pemerintah Daerah Zimbabwe Saviour Kasukuwere menyatakan hari Kamis, bencana itu sebagai bencana nasional dan mengumumkan jumlah korban.
Negara di Afrika bagian selatan itu telah mengimbau para donor internasional agar menyumbang sebesar US$ 100 juta untuk membantu mereka yang terkena dampak banjir.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Banjir telah menghanyutkan beberapa jembatan dan jalan serta memutus akses sejumlah masyarakat yang terisolasi.
“Ada kekurangan pasokan tenda, bahan makanan dan obat-obatan bagi masyarakat yang terkena dampak,” kata Kasukuwere kepada harian The Herald.
Menteri mengatakan bahwa korban banjir membutuhkan selimut dan pakaian untuk keluarga yang terkena dampak dan mereka berisiko tertular penyakit radang paru-paru (pneumonia) dan infeksi saluran pernapasan akut.
“Setelah bekerja keras menangani dampak kekeringan, warga yang sama sekarang menderita karena banjir yang berlebihan,” kata Bishow Parajuli dari Program Pembangunan PBB (UNDP), demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Pada hari Rabu (1/3), Menteri Transportasi Yoram Gumbo mengatakan kepada wartawan bahwa di bagian selatan negara itu, beberapa bagian jalan raya dan jembatan benar-benar hanyut oleh hujan lebat terbaru.
Gumbo mengatakan, pemerintah mengajukan permohonan bantuan sebesar $ 100 juta untuk memperbaiki infrastruktur negara.
Sementara itu, pelayanan kesehatan di Zimbabwe berhenti setelah perawat bergabung dalam aksi dokter yang mogok karena bonus mereka belum dibayar oleh pemerintah.
Pemerintah terpaksa mengerahkan tentara profesional medis, tapi mereka harus bekerja keras untuk menangani jumlah pasien yang berlebih.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Sementara itu, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe (93) sedang berada di Singapura untuk perawatan medis.
Para kritikus telah menyalahkan program reformasi tanah Presiden Mugabe yang kontroversial. Program itu melakukan penyitaan pertanian milik warga kulit putih untuk diberikan kepada warga kulit hitam agar memiliki tanah yang justeru sebagian besar tidak memiliki sarana untuk pertanian.
Sebaliknya, Mugabe telah menyalahkan hasil yang buruk kepada hujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)