Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bapak-Ibu, Beginilah Beratnya Tanggung Jawab Kita di Akhirat

kurnia - Ahad, 25 April 2021 - 09:42 WIB

Ahad, 25 April 2021 - 09:42 WIB

409 Views ㅤ

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

InsyaAllah, pada 23 April -2 Mei 2021, At-Taqwa College Depok  menggelar “Kursus Singkat Pendidikan Guru Keluarga”, melalui media online (daring). Kursus singkat ini merupakan tahap pengenalan untuk meraih ilmu yang lebih luas lagi dalam Program Kuliah Kepakaran Khusus (PK3) tentang Pendidikan Guru Keluarga di At-Taqwa College Depok.

Program Pendidikan Guru Keluarga ditujukan agar orang tua mampu menjadi guru utama bagi anak-anaknya. Sebab, inilah kewajiban terpenting bagi orang tua, yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Sebenarnya, orang tua tidak wajib menyekolahkan atau menguliahkan anak-anaknya. Tapi, yang wajib – sesuai QS at-Tahrim ayat 66 adalah “mendidik anak-anaknya dengan adab dan ilmu”.

Sekolah dan perguruan tinggi bisa menjadi salah satu tempat untuk meraih adab dan ilmu yang bermanfaat. Tetapi, bisa juga tidak! Bahkan, jika niat, tujuan, guru dan kurikulum pendidikannya salah, maka sekolah dan kampus bisa menjadi tempat yang merusak adab dan ilmu anak-anak. Akhirnya, mereka menjadi anak-anak yang tidak beradab dan punya ilmu yang mudharat bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Na’udzubillahi min dzaalika.

Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan: “Maka, barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anak-anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah-sunnahnya.

Para orangtua itu melalaikan mereka di waktu kecil, sehingga mereka tidak sanggup menjadi orang yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan tidak dapat memberi manfaat kepada orang tua mereka.” (Dikutip dari buku Prophetic Parenting, Cara Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Mendidik Anak, karya Dr. Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Yogya: Pro-U Media, 2009).

Imam al-Ghazali menyatakan: “Anak adalah amanat di tangan kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah Mutiara yang masih mentah, belum dipahat maupun dibentuk. Mutiara ini dapat dipahat dalam bentuk apa pun, mudah contong kepada segala sesuatu. Apabila dibiasakan dan diajari dengan kebaikan, maka dia akan tumbuh dakam kebaikan itu.

Dampaknya, kedua orang tuanya akan hidup berbahagia di dunia dan di akhirat. Semua orang dapat menjadi guru dan pendidiknya. Namun, apabila dibiasakan dengan keburukan dan dilalaikan seperti dilalaikannya hewan pasti si anak akan celaka dan binasa. Dosanya akan melilit leher orang yang seharusnya bertanggungjawab atasnya dan menjadi walinya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Setiap anak dilahirkan di atas fithrahnya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majuzi, atau Nasrani.” (Ibid).

Baca Juga: [Hadist Arbain ke-1] Amalan Bergantung pada Niat

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun sudah mengingatkan, bahwa setiap kita adalah pemimpin (penggembala/pengasuh/murabbi), dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kita, dalam berbagai bidang. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (Muttafaq Alaihi).

Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan: “Sebagian ulama mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Subhana Wa Ta’ala bertanya kepada orang tua tentang anaknya di Hari Kiamat sebelum bertanya kepada anak tentang orang tuanya. Sebab, sebagaimana orang tua memiliki hak atas anaknya, maka demikianlah pula sang anak memiliki hak atas orang tuanya.” (Ibid).

Allah Subhana Wa Ta’ala mewajibkan anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya: “Dan Kami wajibkan manusia untuk (berbuat) baik kepada kedua orang tuanya.” (QS al-Ankabut: 8). Tapi, Allah juga mewajibkan orang tua untuk melaksakan kewajiban terhadap anak-anaknya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS at-Tahrim: 6).

Menjaga diri dan keluarga agar selamat dari api neraka, maknanya, adalah dengan mendidik mereka menjadi orang beradab dan berilmu. Dengan adab dan ilmu yang bermanfaat itulah mereka bisa selamat dari jerat-jerat setan yang selalu berusaha menyeret manusia ke jalan kesesatan.

Baca Juga: Enam Langkah Menjadi Pribadi yang Dirindukan

Jadi, orang tua wajib memiliki ilmu dan keterampilan untuk mendidik anak-anaknya. Orang tua harus berusaha mendapatkan hikmah dari Allah agar mampu menjalankan kewajibannya sebagai orang tua. Yakni, mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar.

Meraih ilmu dan hikmah dalam Pendidikan keluarga ini bukan pekerjaan sambilan. Tapi, harus dikejar dengan sungguh-sungguh, sebab ini menyangkut tanggungjawab dunia akhirat. Apalagi, kita sedang memasuki era disrupsi, di mana begitu bebasnya arus informasi masuk ke orang tua harus kerja keras meningkatkan ilmu dan keterampilan dalam mendidik.

Semoga Allah Subhana Wa Ta’ala menyelamatkan kita dan keluarga kita semua dari api neraka. Aamiin. (Depok, 16 April 2021). (AK/R4/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pemberantasan Miras, Tanggung Jawab Bersama

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Feature
Kolom
Tausiyah