Apakah Panji Gumilang Terpengaruh Konsep Bibel?

Oleh: (Ketua Umum DDII)

Di kalangan ilmuwan pengkaji Al-Qur’an dan Bibel, sudah lazim dijumpai adanya pemahaman, bahwa antara Al-Quran dan Bibel memiliki konsep yang berbeda. Apalagi, di antara ilmuwan Kristen pun sudah paham, bahwa umat Islam memahami, Al-Quran adalah kitab yang lafaz dan maknanya dari Allah. Konsep ini berbeda dengan Bibel, yang merupakan kitab yang ditulis oleh manusia, yang mendapat inspirasi dari Tuhan.

Dalam buku berjudul Kontekstualisasi: Makna, Metode dan Model, karya David J. Hesselgrave dan Edward Rommen (terj. Stephen Suleeman), yang diterbitkan oleh Badan Penerbit Kristen (BPK) Gunung Mulia, dijelaskan tentang perbedaan antara karakter teks Bibel dengan teks Al-Quran.

Ditulis dalam buku ini: “Para pelaku kontekstualisasi Islam diperhadapkan dengan serangkaian masalah yang unik. Apakah yang dapat dilakukan terhadap kitab yang “dibuat di sorga” dalam bahasa Allah dan tidak mengakui unsur manusia sedikit pun? Kitab itu boleh disampaikan, ditafsirkan, dikhotbahkan, diajarkan, dihafalkan, namun tidak boleh diterjemahkan. Orang Islam berkata bahwa Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa lain bukanlah Al-Quran yang sesungguhnya.” (David J. Hesselgrave dan Edward Rommen, Kontekstualisasi: Makna, Metode dan Model, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004).

Dalam keyakinan umat Islam, Al-Quran – lafadz dan maknanya – adalah dari Allah. Tidak ada campur tangan manusia. Termasuk dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam sendiri. Karena Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam senantiasa memisahkan, mana yang merupakan teks Al-Qur’an yang berasal dari wahyu, dan mana yang ucapan beliau sendiri (hadits Nabi).

Dalam buku Kontekstualisasi itu juga disimpulkan keyakinan kaum Muslimin seperti itu:

“Memang Allah telah berbicara melalui sejumlah Nabi, tetapi dalam menyatakan firman-Nya kepada Nabi Muhammad, Ia memberikan firman-Nya yang terakhir. Firman itu adalah firman Allah, Nabi Muhammad hanyalah penerima atau pencatat yang pasif. Pikiran, hati, perasaannya – tak satu pun dari semua ini yang masuk ke dalam pencatatan kata-kata Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah firman Allah yang kekal dan tidak dibuat, yang telah ada sepanjang masa sebagai ungkapan kehendak-Nya. Lebih lanjut, mengingat kerusakan yang dialami pernyataan-pernyataan sebelumnya, Allah berusaha menjamin bahwa pernyataan akhir ini tidak akan rusak sampai selamanya.”

Jadi, ilmuwan Kristen saja memahami konsep teks Al-Qur’an adalah 100 persen Kalamullah, bukan kata-kata Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Dalam sebuah diskusi di sebuah Perguruan Tinggi, ada mahasiswa yang bertanya kepada saya: “Bukankah Al-Quran itu ditulis dalam bahasa Arab, dan Allah tidak berbicara dalam bahasa Arab. Karena itu Al-Quran bukan Kalamullah.”

Kepada mahasiswa itu, saya sampaikan agar berhati-hati dalam berbicara. Sebab, yang menyatakan Al-Quran itu Kalamullah adalah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sendiri. Dengan menyatakan, bahwa Al-Quran merupakan kata-kata Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, berarti sama saja dengan menuduh Rasulullah telah berbohong. Maka, rusaklah keimanannya.

Di kalangan Kristen, menurut buku Konstekstualisasi itu, hampir tidak ada orang Kristen yang berpikiran mirip dengan orang Islam, yakni bahwa teks Bible adalah sepenuhnya merupakan teks wahyu. Hills (1956), misalnya, berpikir tentang pelestarian Alkitab oleh Allah melalui Gereja Yunani, dengan menjadikan teks Byzantium sebagai ‘Textus Receptus’ (Teks yang umumnya diterima), dan kemudian terjemahannya ke dalam bahasa Inggris dikenal sebagai King James Version (1611). Karena itu, Bibel King James Version dianggap sebagai satu-satunya terjemahan dalam bahasa Inggris yang berwibawa.

Tentang klaim Hills semacam itu, buku ini memberi komentar: “Meskipun motivasi Hills baik, jelas bahwa pandangannya jauh melampaui tuntutan Alkitab dan kekristenan historis tentang kewibawaan Alkitab. Pandangannya sangat terbuka terhadap kritik dari dalam dan dari luar tradisi Kristen. Lagi pula pandangan ini hampir menutup kemungkinan untuk kontekstualisasi.’’

King James yang disebut di sini adalah Raja Inggris yang dikenal dengan nama Stuart King James VI of Scotland, dan menjadi King James I of England. Dia seorang yang kontroversial. Pada satu sisi, atas jasanya memelopori penulisan Bible “King James Version”, ia sangat dihormati dan mendapatkan julukan yang sangat mulia sebagai “Defender of Faith”, “Sang Pembela Agama”. Namun, sejarawan Barat, seperti Philip J. Adler, menyebutnya sebagai seorang yang arogan dan pelaku homoseks yang terang-terangan (blatant homosexual).

Jadi, berbeda dengan sifat lafadz Al-Quran, Bibel memang ditulis oleh para penulis Bibel. Menurut konsep Kristen, para penulis Bibel itu mendapat inspirasi dari Tuhan. Meskipun demikian, diakui, bahwa unsur-unsur personal dan budaya berpengaruh terhadap para penulis Bibel. Karena yang dianggap merupakan wahyu Tuhan adalah makna dan inspirasi dalam Bibel – dan bukan teks Bibel itu sendiri – maka kaum Kristen tetap menganggap terjemahan Bibel dalam bahasa apa pun adalah firman Tuhan (dei verbum).

Seperti ditulis oleh www.republika.co.id, (6/7/2023), Pemimpin Pesantren Al Zaytun kerap membuat pernyataan dengan mengucap ‘Qaala Rasulullah fil Quranil Karim’, yang bermakna ‘Rasulullah berkata dalam Al-Quran’.

Pakar Ilmu Al-Quran KH Ahsin Sakho menjelaskan, Al-Quran adalah Kalamullah (perkataan Allah) yang dalam kepercayaan umat Islam hal ini mutlak dan wajib diterima. Sehingga apabila terdapat pernyataan sebagaimana yang diucapkan Panji Gumilang, hal itu dinilai sesat dan tidak tepat.

“Al-Quran itu adalah Kalamullah. Mengapa harus disebut dengan kalimat ‘Qaala Rasulullah fil Quranil Karim’. Ini keliru dan akan membingungkan umat,” kata Kiai Ahsin kepada Republika.

Kiai Ahsin menjelaskan bahwa Al-Quran bukan perkataan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pun, kata Kiai Ahsin, tidak pernah mengklaim diri sebagai orang yang berbicara di dalam Al-Quran, sehingga pernyataan Panji Gumilang tidaklah tepat dan cenderung menyesatkan umat. Begitu kata Kiai Ahsin. (Surabaya, 8 Juli 2023). (Ak/R4/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.