Bermaksiat di Bulan Ramadhan, Apakah Dosa? (Ustadz Bachtiar Nasir)

Oleh: Ustadz Bachtiar Nasir,Lc.,MM., Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College (AQC)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

مَن جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ‌ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Surat al-An’am [6]: 160).

Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan, bahwa setiap dosa dan kejahatan yang kita lakukan, maka akan dibalas dengan yang setimpal tanpa dilipatgandakan jumlah dosa atau kejahatannnya.

Hal itu dijelaskan lagi dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa setiap kejahatan yang kita lakukan maka akan ditulis sebagai satu kejahatan. Tidak seperti kebaikan yang kita lakukan yang jika kita lakukan akan dibalas berlipatganda oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، قَالَ : ” إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ، كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ، كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِهَا ، فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya ‘Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan, kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allah tetap menuliskannya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allah menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allah menuliskannya sebagai satu kesalahan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Tetapi, terkadang dosa atau kejahatan yang kita lakukan akan diperbesar atau dianggap besar disebabkan kemuliaan waktu, tempat atau orang yang melakukan dosa atau kejahatan itu. Seperti melakukan kejahatan pada bulan-bulan haram, di sepuluh awal bulan Dzulhijjah, dan di Masjidil Haram karena kemulian dan keagungan waktu dan tempat tersebut di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Para ulama menjelaskan, bahwa kebaikan itu dilipatgandakan balasannya dalam bentuk jumlah dan jenisnya. Sedangkan dosa atau kejahatan itu dilipatgandakan dalam jenisnya saja tidak dalam jumlahnya. Di mana setiap kejahatan yang kita lakukan tetaplah satu kejahatan bukan beberapa kejahatan sebagaimana halnya dalam kebaikan. Tetapi, kejahatan itu dosanya bisa menjadi lebih besar dan hukumannya menjadi lebih berat.

Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Zad al-Ma’ad mengatakan, bahwa dilipatgandakannya balasan kejahatan itu adalah dalam ukurannya bukan dalam jumlahnya, balasan satu kejahatan adalah satu kejahatan juga. Tetapi ada kejahatan yang besar yang balasannya juga besar dan ada kejahatan yang kecil dengan balasan yang setimpal.

Kejahatan yang di lakukan di Masjidil Haram, di tanah haram tentu lebih besar daripada kejahatan yang dilakukan di bagian bumi lainnya. Oleh karena itu orang yang tidak taat kepada seorang raja di istananya tidak sama dengan orang yang tidak taat kepadanya di ujung negerinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (Surat At-Taubah: 36).

Dalam ayat ini, Allah lebih menekan untuk tidak melakukan kezaliman pada bulan-bulan haram, meskipun sebenarnya kezaliman itu tidak boleh dilakukan kapanpun. Namun karena kemuliaan bulan-bulan haram itu dan karena dosanya lebih besar dibandingkan pada waktu lain, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih menekankannya.

Juga melakukan kejahatan di Masjidil Haram, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُ‌وا وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَ‌امِ الَّذِي جَعَلْنَاهُ لِلنَّاسِ سَوَاءً الْعَاكِفُ فِيهِ وَالْبَادِ ۚ وَمَن يُرِ‌دْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya siksaan yang pedih. (Surat al-Hajj [22]: 25).

Begitu juga dengan kemuliaan orang yang melakukan kejahatan itu, seperti para istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat berikut.

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ مَن يَأْتِ مِنكُنَّ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ يُضَاعَفْ لَهَا الْعَذَابُ ضِعْفَيْنِ ۚ وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّـهِ يَسِيرً‌ا

“Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan di lipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS Al-Ahzab [33]: 30).

Begitu juga dengan waktu-waktu yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala seperti bulan Ramadhan, dimana banyak sekali dalil dari Al-quran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan bulan Ramadhan.

Mulai dari dilipatgandakanya segala amal kebaikan, adanya Lailatul Qadar, dibukanya pintu surga, ditutupnya pintu neraka dan dibelenggunya syaitan. Kesemuanya itu menunjukkan dilipatgandakan balasan semua amal kebaikan di bulan ini, maka itu juga menunjukkan besarnya dosa yang dilakukan di bulan suci ini. (AK/R4/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: kurnia

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.