Betapa Besar Karunia Allah, Betapa Banyak Dosa Kita

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Kantor Berita Islam MINA

Betapa luas kerajaan Allah di langit dan di bumi. Demikian pula betapa tak terbatasnya kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Nikmat-nikmat-Nya tak terhitung dan tidak pernah bertepi.

Allah sendiri menyatakan di dalam kalam-nya :

وَءَاتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Artinya : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).” (QS Ibrahim [14]: 34).

Pemberian rezki-Nya meliputi segala sesuatu, orang beriman, orang munafik, sampai orang kafir sekalipun. Binatang buas, binatang ternak, hingga binatang melata pun yang secara dzahir susah berjalan jauh mencari makanan, Allah telah siapkan rezkinya. Kita bisa bayangkan, betapa seekor cicak yang hanya bisa melata dari satu dinding ke dinding lainnya mencari sesuap mangsa. Sementara mangsa yang diburunya adalah nyamuk yang ringan dan punya sayap untuk mampu terbang ke sana ke mari. Namun, begitulah hebatnya, kita melihat ada saja cicak dapat menangkap nyamuk terbang itu, lalu menggigitnya, mengunyahnya, dan menelannya hingga kenyang.

Seekor semut hitam yang jalannya meniti satu milimeter demi satu milimeter, ingin memangsa belalang yang jauh lebih besar lagi punya sayap di kanan kirinya. Tapi, herannya, si semut hitam mendapatkan belalang mati di depannya. Ia tinggal mengigitnya atau membawanya ke sarangnya. Lalu ia pun memanggil kawan-kawannya, tidak perlu melalui handphone atau kirim pesan singkat sms. Toh tidak berapa lama, berkumpullah kawan-kawannya untuk bersama-sama mengangkat si belalang, dan dibawanya secara bergotong-royong menuju ke suatu tempat yang aman untuk disantap bersama-sama. Subhaanallaah….

Begitulah Allah ‘Azza wa Jalla telah menuliskannya di dalam titah suci-Nya :

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

Artinya : “Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Huud [11]: 6).

Kita hamba-Nya yang telah merengkuh berbagai karunia tidak terhingga. Nafas yang kita hirup dari detik ke detik tidak pernah Allah hitung berapa rupiah harus dibayar. Sementara saudara-saudara kita yang tengah terbaring di rumah-rumah sakit, berapa juta rupiah mereka harus membayar tabung-tabung oksigen karena nafasnya tersengal-sengat akibat penyakit asmanya kambuh. Darah merah yang mengalir ke seluruh tubuh kita pun tak pernah Allah minta kepada manusia untuk menggantinya dengan segunung emas. Padahal banyak penderita sakit yang terpaksa harus ditransfusi darahnya dari pendonor akibat kekurangan cairan darah pasca operasi.

Namun, ironisnya, kita seringkali begitu dengan mudahnya meninggalkan perintah-Nya, bahkan terbuai di dalam dosa, kemungkaran dan kemaksiatan.

Hingga akhirnya prestasi kita sebagai manusia yang mulia, terjerembab ke dalam lembah hina penuh dosa. Na’udzubillahi min dzalik.

Saat Allah menegur kita dengan berbagai kesempitan, barulah kita terhenyak, tersadar, dan akhirnya memerlukan Allah dalam doa-doa kita. Tentu masih bersyukur kita masih punya jalan kembali pada-Nya.

Allah menegur hamba-Nya di dalam ayat:

وَمَنۡ أَعۡرَضَ عَن ذِڪۡرِى فَإِنَّ لَهُ ۥ مَعِيشَةً۬ ضَنكً۬ا وَنَحۡشُرُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ أَعۡمَىٰ

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (Q.S. Thaha [20]: 124).

Di dalam Hadits Qudsi, Allah menegur hamba-Nya:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: يَابْنَ آدَمَ مَا تُنْصِفُنِيْ، اَتَحَبَّبُ اِلَيْكَ بِالنِّعَمِ وَتَتْمَقَتُ اِلَيَّ بِالْمَعَاصِى، خَيْرِيْ اِلَيْكَ مُنْزَلٌ، وَشَرُّكَ اِلَيَّ صَاعِدٌ وَلَا يَزَالُ مَلَكٌ كَرِيْمٌ يَأْتِيْنِيْ عَنْكَ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بِعَمَلٍ قَبِيْحٍ مِنْكَ. يَابْنَ آدَمَ، لَوْ سَمِعْتَ وَصْفَكَ مِنْ غَيْرِكَ وَاَنْتَ لَا تَعْلَمُ مَنِ الْمَوْصُوْفُ لَسَارَعْتَ اِلَى مَقْتِهِ

Artinya: “Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan, tetapi kamu membenci-Ku dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan-kebajikan kuturunkan kepadamu, tapi kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya Malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya.” (H.R. Ar-Rafii dan Ar-Rabii’).

Saatnya beristighfar dan kembali ke rel syari’at Allah yang penuh berkah dan ridha-Nya. Muhasabah, koreksi dan perbaiki diri dalam memperibadati-Nya. Aamiin. (P4/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.