Bangui, 30 Sya’ban 1435/28 Juni 2014 (MINA) – Dua faksi utama dalam konflik Republik Afrika Tengah telah mengambil langkah tentatif untuk mengakhiri kekerasan yang sudah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan rumahnya.
Mantan kelompok oposisi bersenjata Muslim, koalisi Seleka, dan milisi Kristen yang dikenal dengan nama Anti-Balaka, membentuk komite gabungan dari enam anggota masing-masing kelompok pada Kamis (2/6), untuk mempersiapkan pembicaraan damai yang akan diawasi oleh kelompok resolusi konflik Pareto.
Menurut Beni Kouyate, Wakil Koordinator Pareto, pembentukan komite merupakan langkah kedua setelah kedua belah pihak mengadakan pertemuan awal bulan ini, Al Jazeera yang dikutip MINA.
Beberapa rincian konkret dari pembicaraan telah muncul, namun kedua belah pihak mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka optimis bisa menghasilkan sesuatu yang substansial.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Inisiatif ini akan membawa kami menuju rekonsiliasi, perdamaian. Itulah yang kita semua inginkan di negeri ini,” kata Eric Massi, seorang pejabat senior Seleka.
Sebastien Wenezoui, Asisten Koordinator Anti-Balaka mengatakan bahwa mereka sepakat pada semua prinsip-prinsip mediasi yang bisa membawa ke perdamaian.
“Bagi kami tidak ada masalah, tapi itu terserah pemimpin Seleka untuk meyakinkan para pemimpinnya di Bambari agar memiliki keyakinan dalam proses ini,” kata Wenezoui.
Kekerasan Republik Afrika Tengah berlanjut minggu ini setelah lebih dari 50 orang tewas dalam dua hari bentrokan di Bambari, 380km timur laut dari ibukota Bangui.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Sebuah serangan oleh milisi Kristen di pinggiran Bambari, menyebabkan gelombang pembalasan dari para pemuda Muslim dan tercipta pertempuran di dalam kota. (T/P09/R2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa