Dubes Federasi Rusia untuk Indonesia: Kami Siap Membantu Menyelesaikan Konflik Israel dan Palestina

(Foto: Abdullah/MINA)

Pada tahun ini, 70 tahun pasca terjalin hubungan diplomatik dan , kedua negara sepakat untuk meningkatkan hubungan dan kerja samanya kepada Kemitraan Strategis, tingkatan tertinggi dari hubungan bilateral di antara negara-negara.

Komitmen tersebut diharapkan dapat dideklarasikan oleh kedua Kepala Negara pada tahun 2020 ini. Meski memang deklarasi itu akan sulit dalam kondisi pandemik Covid-19 yang sedang merebak saat ini.

Rusia sendiri melihat Indonesia sebagai mitra utama di Asia Tenggara, tidak hanya di antara negara-negara ASEAN, melainkan dalam konteks yang lebih luas di Asia Pasifik.

Hal ini dikarenakan Indonesia dipandang sebagai pemimpin ASEAN, salah satu negara dengan populasi penduduk Muslim terbesar di dunia, dan sangat berpengaruh di dunia Islam.

Sementara itu, dalam rangka geo politiknya Rusia menegaskan siap untuk berperan aktif dalam penyelesaian konflik antara dengan Israel.

Pernyataan tersebut dikemukakan Duta Besar (Dubes) Federasi Rusia untuk Indonesia H.E. Lyudmila Vorobieva saat wawancara eksklusif dengan tim wartawan Kantor Berita MINA di kediaman resminya, Wisma Duta Besar Rusia untuk Indonesia di Jakarta Selatan, Selasa (14/7).

Dubes Vorobieva menerima wawancara eksklusif Tim wartawan Kantor Berita MINA yang dipimpin oleh Pemimpin Umum Arief Rahman, Redaktur Senior Widi Kusnadi, Kepala Peliputan Rana Setiawan, Kepala Redaksi Arab Rifa Berliana Arifin, Kepala Redaksi Inggris Sajadi, wartawan desk  internasiional Siti Aisyah, dan fotografer Abdullah.

Dubes Vorobieva yang bernama lengkap Lyudmila Georgievna Vorobieva. Wanita kelahiran tahun 1964-an itu merupakan lulusan dari Institut Hubungan Internasional Negeri Moscow (1985).

Dia telah menjalankan tugas diplomatik sejak 1989. Antara lain pernah menjabat sebagai Minister-Counsellor di Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Thailand (2005-2007), sebagai Duta Besar Federasi Rusia untuk Malaysia (2010-2015), dan menjadi Direktur Departemen Asia Ketiga Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia (2015-2018).

Wanita diplomat karier ini diangkat sebagai Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Federasi Rusia tertanggal 15 Februari 2018.

Berikut kutipan wawancara:

MINA: Memasuki hubungan 70 tahun antara Indonesia dan Rusia. Bagaimana prospek kerja sama di masa depan?

Dubes Vorobieva: Kami merayakan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara pada tanggal yang sangat berarti dan sayangnya rencana kami untuk merayakannya tidak dapat dilaksanakan mengingat pandemi Covid-19 yang tengah merebak saat ini. Walau sebelumnya, di Indonesia kami dapat mengadakan pameran foto dan lukisan serta beberapa dokumen arsip di Galeri Nasional pada bulan Februari 2020, yang digelar selama tiga pekan dan berhasil dihadiri lebih dari 5.000 orang.

Dalam hubungan diplomatik dengan Indonesia yang telah berjalan selama 70 tahun, Rusia juga telah melakukan beberapa kerja sama agar hubungan kedua negara dapat terus meningkat dengan baik.

Sejarah hubungan diplomatik kita mengalami pasang surut. Kami sangat dekat selama pemerintahan Presiden Soekarno yang mengunjungi negara kami beberapa kali, kemudian hubungan antar dua negara sempat renggang, namun akhirnya sejak 2003 ketika Presiden saat itu Megawati Soekarnoputri mengunjungi Rusia dan bertemu dengan Presiden Putin. Sejak saat itu hubungan kami telah meningkat dan berkembang dengan cara yang sangat positif di berbagai bidang.

Para pemimpin antar kedua negara di tahun 2016 (Jokowi dan Putin) telah mengatakan target volume perdagangan hingga 10 miliar dolar AS per tahun, tetapi kami belum bekerja dengan baik dan sayangnya dalam situasi ekonomi global saat ini, itu tidak terlalu mudah, tentu saja karena semua negara terkena dampak dari pandemi termasuk Rusia dan Indonesia.

Tetapi masih ada banyak bidang yang dapat kita kerjakan bersama dan kita cukup optimis, karena jika kita melihat populasi gabungan penduduk kita yang berjumlah 400 juta orang, ada potensi yang sangat besar, dan kami berharap tahun ini akan ada pertemuan antara dua pemimpin kita.

Sayangnya, rencana ini dibatalkan. Jadi kita akan melihat bagaimana situasi pandemi ini ke depan, dan pertemuan ini masih selalu ada dalam agenda, apakah akan di Indonesia atau di Rusia, dan kami telah menyiapkan cukup banyak dokumen kerja sama bilateral yang dapat ditandatangani selama kunjungan ini dan yang paling penting adalah Deklarasi tentang Kemitraan Strategis.

Itu akan berarti bahwa hubungan kita telah mencapai tingkat kepercayaan baru.

Rusia melihat Indonesia sebagai mitra utama di Asia Tenggara, tidak hanya di antara negara-negara ASEAN, tetapi dalam konteks yang lebih luas di Asia Pasifik juga. Hal ini dikarenankan Indonesia adalah pemimpin ASEAN, negara dengan populasi penduduk Muslimnya terbesar di dunia, dan sangat berpengaruh di dunia Islam.

Jadi kita melihat Indonesia adalah mitra dekat dan teman yang terpercaya. Saya sangat berharap bahwa hubungan kita akan terus berkembang melalui penguatan kerja sama di berbagai bidang, termasuk bidang politik, ekonomi, perdagangan, pertahanan, dan sosial budaya.

Tentu dengan penekanan pada peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi yang sangat penting untuk membangun dasar bagi hubungan politik kita dengan baik.

Tapi tentu saja kerja sama pertahanan juga sangat penting. Kami adalah mitra bukan hanya dalam pembelian Sukhoi SU-35, jauh lebih besar lagi karena kerja sama pertahanan itu bukan hanya pada peralatan. Tetapi tentu saja yang cukup penting dan mudah-mudahan Indonesia akan membeli peralatan itu. Karena seperti yang selalu saya katakan Indonesia adalah teman, peralatan (persenjataan) kami adalah yang terbaik sehingga kami ingin teman-teman kami memiliki yang terbaik, dan juga terkait pertukaran kunjungan delegasi, pelatihan, dan latihan militer bersama.

Jadi kita juga punya rencana menandatangani kerjasama antara dua Kementerian Pertahanan. Sayangnya, karena pandemi banyak hal telah dibatalkan, tetapi kami tetap berharap bahwa banyak hal akan dilaksanakan juga.

Wawancara khusus Tim MINA dengan Dubes Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Lyudmila Vorobeiva.(Foto: Abdullah/MINA)

MINA: Federasi Rusia adalah sebuah negara multi-kultural yang terdiri dari banyak kelompok etnis dan agama. Bagaimana Rusia menerima dan mengatur keragaman, terutama untuk Islam dan Muslim di sana?

Dubes Vorobieva: Anda benar sekali. Rusia adalah sebuah negara multi-kultural yang terdiri dari sekitar 193 suku bangsa (nationalities) dengan berbagai ragam agama, bahasa dan budaya.

Kami seperti Indonesia, dan sebenarnya inilah orang-orang yang hidup di Rusia dengan penuh keberagaman. Kami semua hidup dalam harmoni selama berabad-abad, tidak hanya dengan kelompok etnis yang berbeda, tetapi juga penganut berbagai agama.

Anda tahu bahwa di negara kami, walaupun mayoritas beragama Kristen Ortodox, sekitar 10% atau sekitar 20 juta penduduknya adalah penganut agama Islam.

Mereka (mayoritas penduduk Muslim) di Rusia bukan dari pendatang. Mereka adalah orang-orang yang tinggal di Rusia selama berabad-abad karena Islam datang ke Rusia lebih awal daripada datangnya ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia.

Kami memiliki beberapa daerah di Rusia yang berpenduduk mayoritas Muslim seperti mungkin Anda pernah mendengar tentang Republik Tatarstan.

Republik Tatarstan adalah salah satu dari 83 wilayah federal Rusia. Mayoritas warga Tatarstan adalah Muslim dan Kristen Ortodoks. Jadi, di sini banyak terdapat masjid dan gereja.

Tartastan memiliki ibukota Kazan yang menjadi salah satu wilayah paling dinamis di Rusia dan saya tahu saat ini (Kazan) menjadi tujuan wisata bagi turis Indonesia.

Tatarstan dihuni oleh orang-orang Tatar dan mereka adalah contoh yang baik bagaimana warga Muslim, Kristiani, dan penganut agama lainnya dapat hidup berdampingan dengan sangat baik selama berabad-abad.

Sebenarnya ada banyak orang Tatar yang tinggal di Moskow juga. Bahkan di Kedutaan kami (di Indonesia). Kami memiliki seorang diplomat asli warga Tatar dan dia seorang Muslim. Jadi ini (Keharmonisan Beragama) adalah tradisi di negara kami dan juga ini adalah mentalitas rakyat kami.

Saya sendiri sejak kecil hidup pada masa Uni Soviet (saat itu). Saya tahu saya tinggal di sana. Kami tidak pernah mempertanyakan kewarganegaraan atau etnis orang yang ada di sekitarnya.

Saya dibesarkan di Moskow saat masa sekolah. Saya berada di kelas bersama teman-teman saya berbagai macam suku bangsa, ada orang Rusia, Ukraina, Georgia, Armenia, bahkan ada dari Yahudi, tetapi saat di pergaulan di kelas kami tidak pernah bertanya (keturunan mana). Kami tidak tertarik dengan hal itu, bagi kami semua orang-orang sama.

Sekarang saya mengerti, tetapi ketika kami masih anak-anak, itu tidak masalah. Jadi begitulah kita tumbuh dan mental seperti ini tetap ada di antara orang-orang Rusia. Juga ada kebijakan dari pemerintah, tentu saja sebelum semua kelompok nasional dapat mengembangkan budaya mereka sendiri untuk mengembangkan bahasa mereka sendiri dan untuk merasa setara itulah target utama kami.

MINA: Bagaimana kebijakan luar negeri Rusia, terutama pada isu geopolitik dan geostrategi saat ini?

Dubes Vorobieva: Jika anda ingin tahu tentang prinsip-prinsip kebijakan luar negeri kami, kita punya sebuah konsep kebijakan luar negeri yang ditekankan oleh Presiden Federasi Rusia.

Tujuan dari kebijakan luar negeri kami seluruhnya sangat jelas. Kami tidak punya agenda tersembunyi, semuanya sangat transparan.

Pertama, tujuan dari kebijakan luar negeri kami untuk membantu negara bisa berkembang dan membuat semua rakyat kami sejahtera. Jadi saya pikir inilah misi kami.

Kemudian menginginkan hidup damai. Negara lain seperti Indonesia, saya pikir tujuannya juga sama. Itulah mengapa apa yang diinginkan dari negara lain adalah kerja sama yang baik.

Sementara mengenai Timur Tengah, situasinya sangat kompleks, khususnya Palestina yang penyelesaian konfliknya sudah lama tertunda.

Kami sejak dari awal telah mencoba untuk membantu menyelesaikan konflik antara Palestina-Israel. Posisi kami sangat jelas.

Kami siap melakukan apapun untuk membantu penyelesaian konflik antara Palestina dengan Israel.

MINA: Apa pendapat negara Anda tentang peran Kuartet Diplomatik dalam proses perdamaian di Timur Tengah, khususnya di Palestina?

Dubes Vorobieva: Kami (Rusia) merupakan bagian dari Kuartet yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia. Kita mendukung resolusi yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB.

Posisi kami sangat jelas, Rusia sejak dari awal telah mencoba untuk membantu menyelesaikan konflik antara Palestina-Israel.

Kami siap melakukan apapun untuk membantu penyelesaian konflik antara Palestina dengan Israel. Tapi solusi dari konflik tersebut harus adil bagi kedua pihak dan berdasarkan norma-norma dan dokumen-dokumen yang disetujui oleh masyarakat Internasional.

Kami juga tidak setuju dengan rancangan perdamaian yang digagas oleh Presiden (Amerika Serikat) Donald Trump atau yang disebut “Kesepakatan Abad Ini”. Karena rancangan tersebut mengabaikan dokumen-dokumen atau resolusi-resolui yang dikeluarkan oleh PBB.

Selain itu, rancangan perdamaian tersebut juga berat sebelah, hanya menguntungkan pihak Israel saja.

Kita punya hubungan yang cukup baik dengan Palestina. Rusia merupakan negara pertama dari luar Timur Tengah yang mengunjungi Palestina saat Presiden Mahmoud Abbas berkuasa.

Presiden kami telah tiga kali mengunjungi Palestina, Vladmir Putin dua kali dan Dmitry Medvedev satu kali.

Sementara dengan Israel, kami juga mempunyai hubungan yang baik. Ya, jadi apa pun yang bisa kita lakukan untuk mempromosikan penyelesaian konflik ini. Kami siap melakukannya.(A/R1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)