Erdogan Sebut Demonstran Hari Perempuan Tidak Hormati Islam

Istanbul, MINA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding pawai di Istanbul dalam memperingati tidak menghormati Islam karena mencemooh azan.

Beberapa ribu wanita berkumpul di Istanbul pusat pada Jumat untuk melakukan pawai untuk merayakan Hari Perempuan Internasional, tetapi polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka.

Dalam kegiatan untuk pemilu yang disiarkan di televisi, Erdogan menunjukkan sebuah video yang diambil selama demonstrasi, menunjukkan para demonstran perempuan bernyanyi-nyanyi saat azan tengah berkumandang di sebuah masjid di dekat mereka.

“Mereka tidak menghormati azan dengan meneriakkan slogan, mencemooh dan bersiul,” kata Erdogan seperti dilansir Independent, Ahad (10/3).

Wanita yang ikut dalam pawai mengatakan di Twitter bahwa nyanyian dan bersiul adalah bagian dari demonstrasi mereka.

“Sebuah kelompok yang datang bersama di Taksim yang dipimpin oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) dan Partai Demokrasi Rakyat Kurdi pada hari perempuan, berperilaku kasar dengan bersiul dan nyanyian selama panggilan azan,” kata Erdogan.

Dia menuduh CHP bersekutu dengan HDP, yang menurut Erdogan adalah front politik bagi pemberontak Kurdi.

Kelompok “March 8 Night Feminis 8 Maret” mengeluarkan pernyataan pada hari Ahad, mengecam upaya untuk menggunakan reli Jumat sebagai “bahan pemilihan” di pers dan di media sosial.

“Kekerasan polisi terhadap puluhan ribu wanita yang ambil bagian dalam pawai tidak dapat ditutup dengan bahasa polarisasi berita palsu dan kebencian,” kata kelompok itu, tanpa membuat referensi langsung ke Erdogan.

Dalam pernyataannya, Presiden Turki itu juga memutar klip video pendek itu serta cuplikan dari demonstrasi oposisi dari 2011 dan mengatakan bahwa para peserta tidak membawa bendera Turki.

“Oposisi menyerang kebebasan kita dan masa depan kita dengan rasa tidak hormat terhadap bendera kita dan seruan kita untuk shalat,” katanya dalam sebuah rapat umum di kota selatan Adana. Seperti disebutkan The Straits Times.

Meskipun jajak pendapat menunjukkan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa tetap dominan, oposisi dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar karena perlambatan ekonomi dan lira Turki yang lebih lemah berdampak pada rumah tangga.

Erdogan sering mengatakan bahwa partainya yang berakar Islam telah memberikan kebebasan yang lebih besar kepada umat Islam di Turki.

Ia menyebutkan, beberapa tahun yang lalu, wanita dilarang mengenakan jilbab, di institusi negara dan universitas. Namun pada masa pemerintahannya itu dibolehkan.

Hingga erdogan dituduh oleh para kritikus, telah mengikis pilar sekuler Turki modern.

Dari tahun 1932 hingga 1950, azan untuk shalat dilarang dalam bahasa Arab di Turki.

Baru-baru ini pada tahun 2018, ada pertengkaran setelah anggota parlemen CHP Ozturk Yilmaz menyerukan agar azan itu dikumandangkan dalam bahasa Turki dan bukan bahasa Arab.  (T/R11/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Syauqi S

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.