Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Evakuasi Warga Sipil Mulai Dilaksanakan di Allepo Timur

illa - Jumat, 16 Desember 2016 - 23:28 WIB

Jumat, 16 Desember 2016 - 23:28 WIB

344 Views

Satu keluarga di Aleppo Timur bergerak ke titik pemberangkatan evakuasi. (Foto: Reuters)

EVAKUASI-ALEPPO-2.jpg" alt="" width="621" height="414" /> Satu keluarga di Aleppo Timur bergerak ke titik pemberangkatan evakuasi. (Foto: Reuters)

 

Aleppo, 16 Rabiul Awwal 1438/16 Desember 2016 (MINA) – Milisi-milisi yang setia pada Presiden Suriah Bashar al-Assad dilaporkan telah menewaskan paling tidak satu orang dan melukai beberapa lainnya ketika mereka menembaki sebuah konvoi evakuasi warga yang cedera dari sisa daerah-daerah kantong di Aleppo Timur yang dikuasai oposisi.

Berbicara kepada Al Jazeera, Kamis (15/12), Abu Allaith dari Pertahanan Sipil Suriah mengatakan,  satu orang tewas ketika milisi-milisi pro-pemerintah melancarkan serangan. Sedikitnya empat orang lainnya cedera, di antaranya seorang petugas kesehatan.

Proses evakuasi dimulai Kamis (15/12) pagi sebagai bagian dari sebuah genjatan senjata, dan diperkirakan rampung paling tidak tiga hari.

Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel

Zouhir Al Shimale, seorang wartawan independen di Aleppo Timur mengatakan, evakuasi masih berjalan meskipun ada serangan-serangan.

“Tidak ada pertempuran sejak pagi,” katanya kepada Al Jazeera sambil menjelaskan bahwa “ratusan keluarga”t elah berkumpul  di titik pemberangkatan bus-bus evakuasi.

Kamis pagi, konvoi dimulai dengan perjalanan yang dimaksudkan untuk membawa para pasien melalui wilayah pemerintah ke pedesaan Aleppo Timur yang dikuasai oposisi seperti evakuasi yang disepakati pekan ini.

Warga sipil diberi pilihan untuk tetap  tinggal atau pergi – jika mereka tinggal mereka akan berada di bawah pengawasan  rezim. Sebagian besar penduduk ingin pergi karena mereka takut akan kemungkinan pembunuhan besar-besaran oleh rezim,” kata Shimale.

Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata

“Dalam beberapa hari terakhir ini, warga nekat pergi ke tempat-tempat di mana kami mempunyai pasokan – makanan, obat-obatan, minyak – seperti yang kami miliki beberapa hari sebelum pengepungan. Bahkan saat mereka berada di kamp-kamp pengungsi, mereka tetap ingin meningggalkan wilayah yang terkepung.”

Sebagai bagian dari kesepakatan, Menteri Pertahanan Rusia mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan pemindahan para anggota oposisi dengan bus-bus dan ambulans ke kota Idlib yang terletak 65 kilometer dari Aleppo.

Menurut rencana utama, ribuan warga sipil dan para anggota oposisi akan dievakuasi ke kota kedua di timur Suriah, yang merupakan kancah dari beberapa kekerasan terburuk dalam perang Suriah yang telah berlangsung lebih dari lima tahun.

 

Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan

Turki mengatakan akan bertemu dengan Rusia dan Iran di Moskow 27 Desember untuk membahas solusi politik bagi konflik di Suriah.

Pasukan Suriah telah melancarkan serangan selama sebulan yang mebuat mereka berhasil merebut lebih dari 90 persen dari wilayah Aleppo timur yang tadinya dikuasai pemberontak.

Turki mengatakan, mereka yang keluar dari Aleppo timur akan dibawa ke propinsi Idlib, yang dikuasai aliansi pemberontak yang sangat kuat termasuk Jabhat Fateh al-Sham.

Sharif Nashashibi, seorang penulis dan analis mengatakan, kemenangan pemerintah Suriah di Aleppo telah menimbulkan “suatu perasaan lebih berani” di kalangan pasukan-pasukan pemerintah dan sekutu-sekutunya.

Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah

“Tak diragukan lagi ini adalah pukulan keras bagi oposisi, tetapi itu bukan kemenangan seketika seperti yang digambarkan rejim dan para pendukungnya,” katanya kepada Al Jazeera.

“Adalah khayalan untuk berfikir bahwa Assad bisa mengalahkan dan menguasai seluruh negeri. Bakan jikapun dia melakukannya, itu berkat dukungan pasukan Rusia, Iran dan Hezbullah,” ujarnya.

Pembantaian           

PBB mengatakan hari Selasa, badan dunia itu telah memperoleh laporan-laporan yang dapat dipercaya tentang sedikitnya 82 warga sipil termasuk 11 wanita dan 13 anak-anak, dieksekusi dalam beberapa hari terakhir ini.

Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama

Komisi Penyelidikan PPB atas Suriah menyebutkan, lembaga itu telah menerima laporan-laporan bahwa para pejuang oposisi mencegah warga sipil melarikan diri dari Aleppo dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.

Aleppo, sebuah pusat perekonomian dan kebudayaan kedua setelah Damaskus, telah terbagi dua antara timur yang dikuasai pemberontak dan barat yang diduduki pemerintah sejak 2012.

Tidak jelas berapa warga sipil yang masih tinggal di wilayah pemberontak, setelah 130 ribu orang diperkirakan telah melarikan diri selama kemenangan pemerintah sejak pertengahan November lalu.

Konflik Suriah muncul akibat protes besar-besaran oleh orang-orang tak bersenjata terhadap Presiden Bashar al-Assad yang kemudian menjadi perang saudara yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan menelantarkan lebih dari separuh penduduk sebelum perang.

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

Marwan Kabalan, seorang analis politik Suriah di Doha Institute memperkirakan pemerintah Suriah akan memusatkan serangan-serangan berikutnya ke daerah pinggiran kota Damaskus setelah kejatuhan Aleppo.

Saya kira rejim kemudian akan menyasar daerah pinggiran Damaskus,” katanya kepada Al Jazeera. “Idlib menjadi sebuah tempat pengasingan bagi para pejuang … Saya rasa akan tetap seperti ini hingga akhir (konflik).” (R01/P001)

Miraj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
Sebanyak 40 warga negara Indonesia (WNI) dan satu warga negara asing (pasangan WNI) kembali berhasil dievakuasi dengan selamat dari Lebanon dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Senin (7/10/2024) (Foto: Infomed Kemlu RI)
Indonesia
Indonesia
Palestina
Palestina