Jakarta, 3 Jumadil Awwal 1438/ 31 Januari 2017 (MINA) – Kepala Devisi Sosial dan Budaya Jakarta Islamic Center (JIC) Haerullah mengatakan, Museum Islam Jakarta didirikan untuk menjadi pusat riset dan pendidikan bagi generasi ke depan serta sebagai pusat pengkajian Islam di Ibu Kota Jakarta.
“Karena mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim dan banyak para tokoh dan ulama berasal dari Ibu Kota maka dari sinilah kami ingin meneruskan sejarah yang sebelumnya sudah dirintis oleh para ulama dan tokoh terdahulu,” katanya.
Ia menambahkan, kini fokus utamanya dalam mendirikan museum tersebut adalah menjadikan generasi penerus bangsa mengenal dan memahami budaya, pendidikan, dan sejarah tentang Islam di Ibu Kota Jakarta selain untuk destinasi wisata.
Ia juga mengatakan, Museum Islam Jakarta dibangun karena Jakarta mayoritas ibu kota berpenduduk Muslim yang toleran dan rahmatan lil ‘alamin, masa tidak memiliki museum Islam, artinya ini penting sekali untuk dirancang dan menambahkan satu destinasi lagi yaitu destinasi dari bidang pendidikan Islam. Adapun destinasi lain ada di Jakarta Utara yaitu Museum Bahari dan Ancol.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
Menurut dia, beberapa sejarawan dan budayawan serta ahli pembangunan museum seperti Oman Fathurahman, JJ Rizal, dan Erwin Kusuma turut membantu dalam proses mempersiapkan konten serta narasi untuk Museum Islam Jakarta. Kurator Musee du Louvre, Prancis, Yannick Lintz turut membantu menyumbangkan ide dan masukan untuk pengembangan Museum Islam Jakarta ini.
“Masyarakat sekitar setuju dengan adanya museum Islam di Jakarta Islamic Center. Tentu ini menjadi hal yang menarik jika ingin lebih mengetahui sejarah Islam di ibu kota dan kehadiran Islam di Jakarta,” katanya kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Selasa (31/1).
Penyusunan sebuah alur cerita melalui benda sejarah yang dipamerkan dan dibantu dengan dukungan citra dari teknologi terkini seperti televisi dan gawai berlayar sentuh, akan lebih menarik minat pengunjung dan memudahkan mereka untuk memahami peristiwa sejarah Islam.
Nantinya Museum Islam Jakarta ini akan diisi oleh benda-benda bersejarah, namun koleksi yang akan dipajang kemungkinan adalah replika dari karya asli. Museum ini akan mengadopsi manajemen dan penyajian karya seperti Museum Louvre di Paris, Prancis, sehingga tidak dicerminkan bangunan yang menyimpan kumpulan barang-barang klasik.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Proses pendirian museum itu masih panjang karena ada sejumlah tahapan, salah satunya perencanaan biaya serta penerimaan sumbangan dari masyarakat, misalnya manuskrip atau jubah dari periode tertentu.
“Untuk pembangunan, desain, dan bahan bangunan kami usahakan semua berasal dari Indonesia tetapi tidak menutup masukan dan catatan dari pihak yang terlibat,” ujarnya.
Bangunan untuk museum terletak di lahan Jakarta Islamic Center (JIC) yang luasnya 11,3 hektare dan berada di zona sosial budaya. Museum direncanakan berada di lantai dua dan tiga, di atas perpustakaan. (L/R12/RS1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka