Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Pangan Sedunia: Dosen IPB Bicara Hutan sebagai Sumber Pangan, Sandang, Papan, dan Lapangan Kerja

Rana Setiawan - Sabtu, 17 Oktober 2020 - 01:37 WIB

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 01:37 WIB

9 Views

Bogor, MINA – Hutan bisa diibaratkan sebagai rumah besar dari semua proses biologis yang dapat menghasilkan hasil hutan nabati dan hewani. Dengan demikian, hutan dipastikan dapat menjadi sumber ketahanan dan penyediaan pangan.

Hal ini karena hutan bisa secara langsung menyediakan karbohidrat yang berasal dari tumbuhan alami yang ada atau melalui penyediaan ruang untuk menjadi sumber produksi pangan dalam bentuk agroforestri, sylvofishery, maupun sylvopasture.

Dosen Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Prof Dr I Nengah Surati Jaya mengatakan hal ini bertepatan pada peringatan Hari Pangan Sedunia 16 Oktober.

“Sebagai ilustrasi saat ini di Indonesia, ada luas hutan produksi sebanyak 29 juta hektar. Terkait dengan optimasi pemanfaatan lahan hutan, saat ini ada prospek multi-usaha. Di mana lahan hutan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk berbagai macam bisnis kehutanan, ” jelasnya, sebagaimana keterangan resmi IPB yang diterima MINA, Jumat (16/10).

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Lebih lanjut dikatakannya, bisnis kehutanan meliputi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, dan wisata. Apabila 10 persen dari areal dimanfaatkan untuk agroforestri, sylfopasture, Sylvofisheris, maka ada sekitar 2,9 juta hektar lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pangan.

“Jika 10 persen dijadikan agroforestri, maka dari lahan agroforestri dapat menghasilkan sekitar 4.350.000 ton gabah atau setara 2.727.450 ton beras. Hasil ini dapat menghidupi sekira 65 juta penduduk per tahun dengan asumsi besaran konsumsi 114 gram per hari per orang. Itu baru dari agroforestri, belum lagi dari sumber karbohidrat yang secara alami ada di hutan seperti ubi kayu, talas, sagu dan lain-lain,” katanya.

Prof I Nengah menambahkan, jika per hektar lahan bisa menyerap dua sampai tiga orang tenaga kerja, maka akan ada sekira sekitar 5,8 sampai 8,7 juta tenaga kerja yang dapat diserap.

Serapan ini baru dari hutan negara, belum termasuk dari hutan atau kebun milik rakyat yang mendekati angka 1,5 juta hektar. Jika hutan milik rakyat dimasukkan dan 25 persen digunakan sebagai agroforestri maka akan ada tambahan sumber pangan untuk menghidupi sekitar 8,5 juta jiwa.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

Sementara, sumber pangan lainnya dari hutan yang sudah nyata potensinya adalah sagu, nipah, biji kesambi dan biji kepuh. Bahkan, sagu sudah menjadi sumber pangan utama di masyarakat Indonesia Bagian Timur.

Lebih lanjut dikatakannya, hutan selain kayu, juga memiliki potensi lain baik yang merupakan hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati maupun hewani dapat menjadi sumber pangan potensial.

HHBK Nabati seperti damar, gaharu, kemenyan, getah tusam, minyak atsiri, cendana, kulit kayu manis, durian, kemiri, pala, vanili, buah merah, rebung bambu, kayu kuning, jelutung pinang, gambur, akar wangi, brotowali, anggrek hutan, rotan, dan kina.

Produk tersebut belum termasuk HHBK hewani seperti babi hutan, kelinci, kanci, rusa, buaya, arwana, kupu-kupu, sarang burung wallet, ulat sutera dan lebah madu.

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

“Jadi, tidak bisa dipungkiri bahwa hutan sebagai sumber ketahanan dan penyedia pangan sudah sangat jelas bisa diwujudkan. Sebagian masyarakat kita bahkan masih mengandalkan sumber pangan dari hutan. Dalam perspektif ke depan, adanya kebijakan multi usaha kehutanan, sumber pangan dari hutan tidak semata-mata bisa diproduksi dalam skala kecil secara sub-sistem untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari saja, tetapi dapat menjadi skala bisnis,” pungkasnya. (R/R1/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA) 

Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis

Rekomendasi untuk Anda