Oleh: M Natsir Zubaidi
Wakil Sekretaris WANTIM MUI dan juga Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan luar Negeri PP DMI
Hari Santri dalam konteks sekarang adalah “Pembebasan dari Kemiskinan, Ketidaktahuan dan dari rasa takut! #Santri, jangan hanya diartikan pelajar yang di pesantren saja tetapi santri adalah “kaum terpelajar Muslim”!
Hari Santri, 22 Oktober pada hakekatnya adalah memperingati ‘Resolusi Jihad’ yang dicanangkan oleh Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari yang mampu menyulut semangat perjuangan mengusir’ penjajah Belanda dan Inggris yang ingin menancapkan kukunya untuk menjajah Indonesia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-25] Tentang Bersedekah Tidak Mesti dengan Harta
Resolusi Jihad telah menyulut api perlawanan arek Suroboyo mengusir tentara NICA yang terkenal pada 10 November yang akhirnya dikenal dengan “Hari Pahlawan.”
Dalam konteks sekarang, Hari Santri adalah” pembebasan warga bangsa, khususnya Umat Islam dari “Kemiskinan, Ketidaktahuan (kebodohan) dan dari rasa takut”.
Oleh karena itu istilah “santri”, jangan diartikan sebagai ‘pelajar’ dari pondok pesantren saja, tetapi mereka adalah kalangan kaum terpelajar muslim (baik dari pesantren, madrasah, perguruan umum serta perguruan tinggi)
Para Ulama kita, merumuskan bahwa tujuan syariah Islam antara lain: memelihara dan menghormati; jiwa manusia ( hifdzu an-Nafs), akal manusia ( hifdzu Al -aql), nasab atau regenerasi ( hifdzu al- nasib ), hak kepemilikan atas harta benda (hifdzu al- mal), agama (hifdzu ad din).
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Fatihah: Makna dan Keutamaannya bagi Kehidupan Sehari-Hari
Dan sebagai warga negara Indonesia kita mempunyai kewajiban untuk memelihara dan menjaga negara (hifdzu al -daulah)
Tugas dari kaum terpelajar muslim saat ini adalah memberikan pencerahan dan motivasi kepada masyarakat dan bangsanya agar bisa melepaskan diri dari kemiskinan dan kebodohan, juga dari rasa takut.
Karena setiap bangsa, apalagi bangsa Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim harus memiliki rasa bangga terhadap bangsa (national pride), maupun agamanya (Islamic pride).
Di samping itu masyarakat di dorong harus selalu diberikan motivasi melakukan literasi dan narasi apa yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini.
Baca Juga: Sejarah Al-Aqsa, Pusat Perjuangan dari Zaman ke Zaman
Dalam menghadapi Pandemi Covid 19 ini, kita harus bersatu melakukan literasi, Narasi dan aksi dengan melakukan kampanye agar disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan, seperti cuci tangan, memakai masker, jaga jarak menjauhi kerumunan dan menjaga kesehatan dan stamina agar kita tetap sehat serta selalu berdoa kepada Allah SWT.
Kaum terpelajar Muslim (santri) hendaknya secara terus menerus melaksanakan dakwah Ilallah (binaan wa difaan) dengan memanfaatkan teknologi informasi guna memperluas jangkauan dakwah kepada masyarakat. (AK/R4/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah