Tebo, Jambi, MINA – Imaam Yakhsyallah Mansur mengatakan, minimal ada tiga hikmah yang dapat dipetik dari kisah istri Nabi Ibrahim, Siti Hajar ibunda dari Nabi Ismail sebagai motivasi bagi muslimah agar selalu menuntut ilmu sebagai bekal kehidupan.
Hal itu dikatakannya saat memberikan Taklim Muslimah Jama’ah Muslimin (Hizbullah) di Rimbo Bujang, Tebo, Jambi, Sabtu (1/7).
Hikmah pertama yang bisa diambil dari kisah tersebut adalah, seorang istri harus dapat menyesuaikan dengan suaminya, kedua, seorang Istri harus selalu mendukung perbuatan suaminya, ketiga adalah seorang istri harus berfikir untuk generasi yang sesudahnya yaitu anak-anaknya.
Imaam Yakhsyallah Mansur dalam tausiyahnya menceritakan kisah Siti Hajar istri dari Nabi Ibrahim sekaligus Ibunda Nabi Ismail sebagai Istri Sholehah dan Ibu yang mulia.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Nabi Ibrahim memiliki dua istri bernama Sarah dan Hajar, kala itu Hajar (Istri kedua) mengandung dan mempunyai anak yang diberi nama Ismail, Sarah begitu cemburu kepada Hajar, sehingga Nabi Ibrahim harus memisahkan Sarah dan Hajar demi menjaga perdamaian,” kata Imaam Yakhsyallah Mansur.
Padahal, lanjutnya, sesungguhnya kecemburuan Sarah itu atas kehendak Allah sebagai wasilah agar Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan Ismail di sebuah lembah yang gersang dan tandus bahkan tidak ada satu orangpun yang tinggal di sana.
“Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan Hajar dan anaknya di lembah tersebut dengan memberikan sedikit perbekalan makanan dan minuman saja tanpa tempat tinggal dan bekal-bekal yang lainnya,” terangnya.
Menurutnya, karena Hajar begitu Sholehah, Hajar selalu berprasangka baik kepada suaminya, meskipun Hajar ditinggalkan di lembah yang tandus dan hanya berdua saja dengan anaknya yang masih bayi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Semisalkan keadaan Hajar tersebut dialami oleh wanita biasa maka pastilah Hajar sudah berburuk sangka pada suaminya karena merasa suaminya lebih mencintai Sarah (Istri pertama) sehingga membuangnya berserta anaknya di lembah yang tandus sendirian,” pungkasnya.
Ketika perbekalan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim habis, Hajar tetap berprasangka baik kepada Allah sambil berikhtiar mencari air untuk bayinya yang tak berhenti menangis karna kehausan, hingga karena kebesaran hati Hajar tersebut, lembah yang tadinya tandus, gersang dan tiada orang satupun yang hidup di sana sekarang menjadi kota yang makmur dan megah dengan adanya sumur zam-zam yang kandungan airnya terbaik di dunia.
“Dengan anugerah Allah, air sumur zam-zam tak pernah habis mengalir, rasanya tidak pernah berubah walau bertahun-tahun bahkan sumurnya tidak pernah surut hingga detik ini. Hal itu semua tak lepas idar prasangka baik Hajar dan perjuangannya yang tak pernah menyerah,” demikian Imaam Yakhsyallah Mansur. (L/shd/R12/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin