Industri Herbal Dinilai Punya Peluang Ekonomi Menjanjikan

Bandung, MINA – Industri memiliki peluang ekonomi yang sangat menjanjikan. Kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi obat pun akan ikut terpengaruh untuk lebih memilih obat-obatan jenis herbal dibandingkan dengan obat kimia.

Hal itu dikatakan Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih saat melakukan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/3).

“Khasiat juga sama dengan obat-obatan lainnya. Dan Indonesia termasuk negara yang memiliki alam yang paling baik untuk tumbuh kembangnya (bahan baku) obat-obat herbal ini,” ujar Gde Sumarjaya.

Ia menyampaikan, jika berbicara pengobatan di masa depan, maka tidak lepas dari masalah natural. Artinya, orang akan lebih banyak berbicara mengenai herbal.

“Di Indonesia, matahari bersinar sepanjang tahun dan memiliki cuaca yang bagus untuk tumbuhnya pepohonan yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan dasar dari produk herbal,” katanya.

Politisi Fraksi Partai Golkar itu meyakini bahwa PT. Biofarma (Persero) dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai potensi yang sangat luar biasa, baik sebagai perusahaan multinasional maupun perusahaan yang bisa go public internasional.

“Kami melihat bahwa kedua perusahaan tersebut mempunyai resources serta sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup baik. Tinggal sekarang riset dan development-nya lah yang harus segera dibantu dan diberikan pendanaan melalui sinergitas BUMN,” ujarnya.

Ia menyatakan, apabila industri obat herbal itu berkembang, maka akan ikut menguatkan sektor perdagangan dengan luar negeri.

“Dengan demikian neraca perdagangan kita bisa semakin membaik. Selain itu, tentu hal ini juga akan menjadikan pengiritan devisa serta dapat membantu mengurangi anggaran terhadap kesehatan, termasuk anggaran BPJS,” katanya.

Menurutnya, selain hal itu akan menguntungkan pihak perusahaan, tetapi juga membuat kualitas hidup orang Indonesia menjadi lebih baik karena lebih sehat.

“Bisa dikatakan human development kita bisa lebih baik. Oleh karenanya perlu dibantu untuk ditumbuhkembangkan masalah herbal ini oleh Kimia Farma maupun Biofarma,” ucapnya.

Di sisi lain, Gde Sumarjaya merasa sangat miris dengan kondisi masih banyaknya bahan baku obat produksi PT Biofarma dan Kimia Farma yang di impor dari luar negeri.

“Ini menjadi anomali di negeri kita. Maka kita harus segera mengembangkan herbal yang akan menjadi tren dunia, dan secepatnya membuat keputusan bersama tentang sinergitas. Sebab potensi yang kita miliki sangat besar, oleh karenanya hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi,” katanya. (T/R06/R01)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.