Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini Kisah Miris Seorang Penghafal Al Qur’an, Jadikan Pelajaran

Bahron Ansori - Selasa, 5 September 2023 - 16:11 WIB

Selasa, 5 September 2023 - 16:11 WIB

144 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Tulisan singkat ini hanya sekedar menjadi pengingat saja terutama bagi pribadi penulis dan siapapun yang menghafal al Qur’an, tak lebih. Di masa tabi’in hidup seorang mujahid mulia. Disebut mujahid karena memang dia berjihad di jalan Allah untuk menyebarluaskan agama islam ini.

Kisahnya pernah diceritakan oleh Ibnu Katsir rh. dalam kitabnya Al-Bidayah w An-Nihayah (11/74). Berkata Ibnu Katsir rh. dalam kitabnya Al-Bidayah wa An-Nihayah (11/74), “Pada tahun (278H), telah wafat Abdah bin Abdurrahim –semoga Allah memburukkannya-, telah disebutkan oleh Ibnul Jauzy bahwa orang malang ini dulunya termasuk dari seorang lelaki yang sering berjihad di negeri Romawi, ketika dalam beberapa peperangan dan pada waktu itu kaum Muslim mengepung sebuah daerah dari kekuasan Romawi.

Lelaki itu rupanya terkena godaan seorang wanita Romawi yang ada di sebuah benteng. Ia memandang kepada seorang wanita dari bangsa Romawi di benteng tersebut, maka akhirnya lelaki itu menginginkan wanita tersebut, lalu ia menyurati wanita Romawi itu yang kira-kira isinya, “Bagaimana agar aku bisa sampai kepadamu?”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa

Wanita Romawi itu menjawab, “Kamu masuk ke dalam agama Nashrani lalu kamu naik menemuiku.”  Lalu lelaki itu menerima ajakan tersebut., maka ketika kaum Muslim mengepung malah ia berada bersama wanita tersebut. Kejadian itu sangat menyakitkan dan memberatkan kaum Muslimin.

Setelah beberapa waktu berlalu, kaum Muslim melewati benteng tersebut dan si lelaki itu sedang bersama wanita tersebut di benteng itu, mereka (kaum muslim) bertanya kepada lelaki tersebut, “Wahai Fulan, apa yang telah Al-Qur’an lakukan terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan oleh ilmumu terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan puasamu terhadapmu? Apa yang telah dikerjakan oleh jihadmu terhadapmu? Apa yang telah diperbuat shalatmu terhadapmu?”

Lelaki itu menjawab, “Ketahuilah kalian semuanya, sesungguhnya aku telah lupa Al-Qur’an kecuali dua firman-Nya saja yaitu,

رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”

Baca Juga: Mahsyar dan Mansyar: Refleksi tentang Kehidupan Abadi

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Qs. Al Hijr: 2-3).

Seolah dua ayat itu menjadi teguran terakhir bagi Abdah bin Abdurahim. Keimanannya memang tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid yang hafal Al-Qur’an, terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daudnya serta ketaqwaan dan keimanannya?

Namun sayang, tak dinyana terjadi musibah di akhir hayatnya. Dia mati dengan tidak membawa iman Islamnya. Murtad sebagai Nasrani. Padahal dahulunya ia hafal semua isi Al-Qur’an, namun semua hilang tak tersisa kecuali dua ayat saja. Ayat apakah itu?

Bayangkan, dia seorang penghafal Al-Qur’an saja masih bisa tersesat. Bahkan ia seorang mujahida yang banyak berperang melawan orang kafir. Begitulah hidayah. Allah Ta’ala menghendaki hidayah-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Baca Juga: Sujud dan Mendekatlah

Akibat syahwat telah memenuhi relung hati ‘Abdah sampai-sampai ia menjadi lupa akan imannya, tuli peringatan dan buta Al-Qur’an. Hatinya terbangun tembok anti hidayah.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. Al-Baqarah: 7). Nauzubillahi mindzalik.

Begitulah ujian seorang pria. Akibat pesona wanita itu, mampu mengubur imannya di dasar samudra. Demi tubuh cantik nan fana itu ia rela tinggalkan Islam.

Lalu, ia menikah dengan wanita itu di dalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang. Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa seorang hafidz yang hatinya dipenuhi Al-Qur’an meninggalkan Allah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-17] Berbuat Baik pada Segala Sesuatu

Ya Rabbi, seorang yang hafidz Qur’an bahkan mujahid saja bisa Engkau angkat nikmat imannya hingga mati dalam keadaan akhir hayat yang buruk (suul khatimah). Lalu bagaimanakah dengan kami yang lemah dan banyak keburukan ini dan tak punya amal andalan…?

Sungguh benar sabda Nabi SAW,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

 “Tidak pernah kutinggalkan setelahku fitnah yang lebih dahsyat bahayanya bagi kaum pria daripada fitnah wanita.” (Muttafaqun Alaih).

Semoga Allah Ta’ala menjaga setiap suami, anak lelakinya, dan saudara lelakinya, teman lelakinya juga setiap keluarga muslim.  Semoga Allah jauhkan dari penyakit syahwat dan maksiat hingga selamat di dunia dan akhirat kelak, aamiin.(A/RS3/P2)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-16] Jangan Marah

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Baca Juga: Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Indonesia
Tausiyah
Indonesia
Tausiyah
Tausiyah