Inilah Adab kepada Non Muslim

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Belakangan, negeri ini dihebohkan dengan istilah Kafir. Hasil musyawarah NU yang salah satu poinnya melarang menggunakan kata Kafir kepada Non Muslim. Tak ayal, hal itu menjadi viral dan mengundang beberapa ulama negeri ini ikut menjawab.

Masalah sebenarnya, bukan pantas tidak pantas penyebutan kata Kafir bagi Non Muslim itu yang menimbulkan pro kontra. Kata Kafir, sejatinya sudah jelas menjadi peneguh bagi kaum Non Muslim. Bukan masalah. Yang jadi masalah adalah ketika terjadi pro kontra dalam penyebutan kata Kafir itu melahirkan semangat membabi buta kepada Non Muslim yang muatannya berbuat anarkis.

Islam adalah agama kasih sayang. Kepada setiap agama di muka bumi ini, pemeluk Islam wajib berbuat yang terbaik. Bahkan, Islam mengajarkan adab terbaik kepada pemeluk di luar Islam. Setidaknya, Islam membawa pesan rahmatan lil alamin bagi semesta alam.

Allah Ta’ala, menjadikan segala sesuatu di muka bumi ini sudah sesuai menurut ukurannya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qamar: 49).

Dalam ayat lain, Allah Ta’ala menegaskan,

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Qs. Al-Furqan: 2).

Termasuk dalam kehendak Allah, adalah diciptakannya orang lain selain pemeluk Islam; Non Muslim yang kafir dan ingkar kepada hukum Allah.

Selain membawa rahmat, agama Islam adalah agama yang haq dan adil, mengajarkan cara-cara bermuamalah. Bagaimana hidup di lingkungan sosial, berbaur dengan seluruh lapis  manusia, termasuk di dalamnya Allah mengajarkan bagaimana bersikap kepada Non Muslim.

Seorang Muslim, sudah pasti meyakini Islam adalah agama paling mulia dan diterima di sisi Allah. Namun demikian, bukan berarti keyakinan itu harus diumbar sehingga mengundang rasa kecewa dan sakit bagi pemeluk agama lain.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19).

Dan firman-Nya:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85).

Juga firman-Nya:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).

Tugas seorang Muslim adalah menyampaikan tentang kebenaran Islam ini kepada setiap Non Muslim. Ikut atau tidak, maka bukan tugas seorang Muslim.

Karena di dunia ini ada banyak pemeluk selain Islam, maka tentu saja seorang Muslim harus berusaha menghormati (tasamuh) kepada Non Muslim. Menghormati pilihan keyakinan orang lain di luar Muslim adalah akhlak mulia. Karena Kafir berarti mengingkari agama selain Islam, maka setidaknya ada adab-adab yang harus dimiliki seorang Muslim untuk menyikapinya. Antara lain sebagai berikut.

Pertama. Tidak menyetujui dan tidak ridha terhadap kekufuran Non Muslim. Karena ridha terhadap kekufuran merupakan salah satu bentuk kekufuran juga. Inilah akidah (keyakinan) yang membumi akan kebenaran agama Islam dibanding yang lain.

Dengan begitu, maka seharusnya tidak ada toleransi dalam masalah akidah ini. Maka tak ada pula ungkapan atau ucapan pertanda seorang Muslim ridha kepada agama seorang temannya. Masalah akidah adalah harga mati bagi seorang Muslim.

Kedua. Membenci orang kafir sebab Allah Ta’ala juga benci kepada mereka. Namun ingat, yang perlu digaris-bawahi membenci itu bukan berarti menzalimi. Membenci juga bukan berarti memutus muamalah kepada Non Muslim. Membenci bukan pula berarti bisa memperlakukan Non Muslim sekehendak hati. Sebab yang sejatinya dibenci adalah keyakinan mereka kepada selain Allah untuk menjadi Tuhannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam saja membenci orang-orang kafir, tetapi beliau tidak pernah menzalimi mereka. Beliau bergaul dengan pergaulan yang baik dan berusaha mendakwahi mereka. Demikian juga para sahabat Rasulullah, mereka benci kepada orang-orang kafir tapi tidak menzaliminya.

Allah Ta’ala berfirman,

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29).

Ketiga. Tidak memberikan wala’ (kedekatan; loyalitas, kesetiaan) dan kecintaan kepada orang kafir. Jangan karena Non Muslim itu seorang pemimpin lalu seorang Muslim menggadaikan akidahnya karena hanya untuk membantu Non Muslim.

Jelas sekali Allah Ta’ala berfirman kepada siapa wala’ itu harus ditujukan,

لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ

“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab; pemimpin; pelindung; penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” (QS. Ali Imran: 28).

Dan firman-Nya:

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang yang menentang itu asdalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22).

Para pemuja paham liberal, berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan masalah wala’ atau loyalitas ini. Sehingga seringkali muncul ungkapan, “Lebih baik pemimpin kafir asal baik daripada pemimpin Muslim tapi korupsi.” Nauzubillah, inilah paham yang terus disebarluaskan oleh kaum liberal.

Tidak akan pernah berjaya seorang pemimpin Muslim tanpa banyaknya loyalitas yang ditujukan kepadanya. Dan hanya dengan loyalitas itulah kepemimpinan Islam akan terus berjaya. Di sisi lain, musuh-musuh Islam akan berfikir dua kali untuk melakukan aksi busuknya.

Keempat. Bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama orang kafir tersebut bukan kafir muharib (orang kafir yang memerangi kaum muslimin). Hal ini berdasar firman Allah Ta’ala,

لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk  berbuat  baik  dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak meme-rangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir ka-mu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8).

Ayat yang mulia lagi sangat jelas maknanya ini membolehkan bersikap adil dan berbuat baik kepada orang-orang kafir, kecuali orang-orang kafir muharib (orang-orang kafir yang memerangi umat Islam). Karena Islam memberikan sikap khusus terhadap orang-orang kafir muharib.

Kelima. Mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar; memberi minum jika haus; mengobatinya jika sakit; menyela-matkannya dari kebinasaan; dan tidak mengganggunya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu.” (HR. at-Tirmidzi).

Masih banyak adab lain yang bisa dilakukan seorang Muslim kepada Non Muslim. Semoga tulisan singkat ini mencerahkan. Wallahua’lam. (A/RS3/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.