Baghdad, MINA – Rakyat Irak memberikan suara pada hari Ahad (10/10) dalam pemilihan umum yang menghadapi banyak seruan boikot, setelah sistem demokrasi dibawa invasi AS sejak tahun 2003 kehilangan kepercayaan.
Pemilihan diadakan beberapa bulan lebih awal di bawah undang-undang baru yang dirancang untuk membantu calon independent, The New Arab melaporkan.
Namun, elit penguasa yang mapan, bersenjata dan didominasi penganut Syiah diperkirakan akan menyapu bersih suara.
Setidaknya ada sebanyak 167 partai dan lebih dari 3.200 kandidat bersaing memperebutkan 329 kursi di parlemen Irak, menurut komisi pemilihan negara itu.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Saya datang memilih untuk mengubah negara menjadi lebih baik, dan untuk mengubah para pemimpin saat ini yang tidak kompeten,” kata Jimand Khalil (37) yang merupakan salah satu warga yang pertama memberikan suaranya. “Mereka membuat banyak janji kepada kami, tetapi tidak memberi kami apa-apa.”
Keamanan ketat diberlakukan di ibu kota. Bandara juga ditutup hingga fajar hari Senin di seluruh Irak.
Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi pergi untuk memberikan suaranya segera setelah pemungutan suara dimulai, TV pemerintah melaporkan. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Mi’raj News Agency (MINA)