ISIS Ancam AS dan Eropa di Bulan Ramadan

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency/MINA

Ramadan yang bagi umat Muslim adalah bulan suci, penuh berkah dan ampunan, ternyata tidak demikian bagi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka malahan kembali melancarkan ancaman serangan di bulan puasa ini kepada  Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Kelompok militan ISIS menyerukan kepada pendukungnya untuk meningkatkan serangan selama . Seruan itu ditujukan secara khusus bagi pengikut ISIS di wilayah AS dan juga Eropa.

“Ramadan, bulan penaklukkan dan jihad. Siap-siap, bersiaplah…jadikan bulan itu sebagai bulan malapetaka di mana pun kaum kafir berada… Khususnya untuk pejuang dan pendukung khilafah di Eropa dan Amerika,” kata  juru bicara ISIS, Abu Muhammad al-Adnani dalam pesannya sebagaimana dikabarkan Antara dari Reuters, Minggu (22/5).

“Aksi sekecil apapun yang Anda lakukan di jantung kota mereka, akan lebih baik dan lebih membekas bagi kami, daripada apa yang Anda lakukan jika bersama kami. Jika salah satu dari kalian berharap bisa bergabung dengan ISIS, kami berharap ada di posisi kalian untuk menghukum pasukan salib siang dan malam,” katanya dalam pesan audio itu.

Meski keaslian klip audio yang juga disebarluaskan lewat beberapa akun Twitter itu tidak bisa diverifikasi, namun agaknya patut diwaspadai. ISIS yang bercita-cita mendirikan khilafah di Timur Tengah dan wilayah lain telah melancarkan berbagai serangan belakangan ini ke sasaran-sasaran sipil di Prancis, Belgia, dan AS.

Kelompok teroris ISIS ini disebutkan telah menyiapkan setidaknya 400 orang untuk melakukan gelombang serangan bom bunuh diri di Eropa. Mereka mengembangkan sistem sel teror seperti yang dilakukan di Brussels belum lama ini ataupun serangan mematikan di Paris, November tahun lalu.

Seorang pejabat di Perancis, seperti dikutip Kantor Berita Associated Press baru-baru ini   mengatakan, para pelaku aksi kriminal itu hanya tinggal menunggu perintah terkait waktu, tempat, dan metode untuk melakukan serangan dengan korban sebanyak mungkin. Jangkauan sel itu bergerak dengan cepat di Eropa, sekalipun ISIS tengah kehilangan kendali di Suriah dan Irak.

Sejumlah pejabat di Perancis dan juga para anggota legislatif yang mengikuti perkembangan gerakan kelompok teroris tesebut, mendeskripsikan kamp di Irak dan Suriah serta kemungkinan di negara bekas wilayah Uni Soviet menjadi tempat pelatihan para teroris tersebut.

Sebelum dibunuh dalam serangan polisi, pemimpin serangan di Paris 13 November 2015 sempat menyatakan kelompoknya sudah masuk ke Eropa dalam jumlah 90 orang. Mereka adalah kelompok multietnis yang telah tersebar di mana-mana.

Sama seperti yang terjadi di Paris, pihak berwenang di Belgia kini mengejar satu buronan terkait peristiwa teror baru-baru ini. Seorang pria yang mengenakan jaket putih  terlihat dalam  rekaman keamanan bandara dengan dua pelaku serangan bunuh diri.

Diduga, orang yang identitasnya hingga kini belum diketahui itu akan mengikuti jejak Salah Abdeslam, pelaku serangan di Paris. Dia yang melarikan diri dari Paris usai serangan yang menewaskan 130 orang itu, langsung membuat jaringan kecil di tempat lahirnya di Molenbeek, Belgia.

“Bukan hanya sekadar kabur dan menghilang, Abdeslam juga mengatur serangan lain, dia memiliki ‘kaki’ di mana-mana,” kata Senator Perancis yang juga menjadi Wakil Ketua Komisi Pelacakan Jaringan Jihad, Nathalie Goulet.

“Serangan terorganisasi seperti di Paris dan ketika dia (Abdeslam) ditangkap, merupakan respons. Mereka ingin mengatakan ‘penangkapan itu tak mengubah apa pun’,” kata Gaoulet.

Ditangkap di Belgia

Pengacara Salah Abdeslam mengatakan, kliennya berharga “setara emas seberat tubuhnya” bagi aparat yang menginterogasinya.  Abdeslam sedang ditahan oleh kepolisian Belgia. “Dia mau bekerja sama dan tidak menggunakan haknya untuk bungkam,” kata Sven Mary seperti dirilis oleh BBC News, Selasa (22/3/2016).

Abdeslam ditangkap dalam penggrebekan di sebuah apartemen di Brussels, Belgia. Saat ini dia sedang diinterogasi oleh penyidik kepolisian setempat. Pria berusia 26 tahun itu adalah satu-satunya tersangka pelaku yang masih hidup terkait dengan serangan Paris dan telah ditahan menyusul penangkapan dirinya.

Meski demikian, Mary menampik laporan bahwa kliennya itu akan menjadi informan sebagai balasan untuk perlakuan yang lebih lunak. Abdeslam adalah warga Perancis kelahiran Belgia. Ia menjadi boronan paling dicari di Eropa. Dari dalam tahanan kepolisian di Brussels, ia berupaya melawan rencana ekstradisi dirinya ke Perancis.

Abdeslam, kata Mary, akan terus menentang ekstradisi dengan segala cara. Namun, Mary juga menambahkan, “Masalahnya sudah jelas. Dia pasti akan dikirim ke Perancis. Kini tergantung hakim penyelidik yang memutuskan, kapan dia dikirim,” katanya seperti dirilis BBC News.

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan, jumlah orang yang terlibat dalam jaringan teroris jauh lebih besar dari yang diperkirakan semula.  Terkait hal itu, Hollande menginginkan agar Abdeslam segera mungkin dikirim ke Perancis untuk diadili.

Jaksa Belgia menyebut, Abdeslam bepergian ke Hongaria dua kali pada September lalu dengan menggunakan mobil sewaan. Bersamanya ada dua orang lain yang menggunakan kartu identitas dengan nama Samir Bouzid dan Soufiane Kayal.

Laki-laki pengguna nama palsu Soufiane Kayal diidentifikasi sebagai Najim Laachraoui, yang DNA-nya ditemukan dalam penggrebekan di sejumlah rumah di Auvelais dan kawasan Schaerbeek, Belgia.

Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders mengatakan, tersangka sedang mempersiapkan serangan di Brussels sebelum ia ditangkap.  Pihak berwenang Belgia mendakwa Abdeslam telah melakukan tindakan terorisme.

Kepala Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) atau CIA, James Robert Clapper mengungkapkan,  ISIS telah memiliki sejumlah sel teroris rahasia di beberapa negara Eropa. Sejauh ini, CIA bisa mendekteksi keberadaan sel-sel teroris tersebut di Inggris, Jerman, dan Italia.

Menurut dia, sel-sel teroris yang berada di ketiga negara tersebut sangat serupa dengan sel teror ISIS yang berada di Brussels dan juga Paris, yang sudah terbukti memberikan ancaman besar terhadap negara.

Piala Eropa 2016 target ISIS?

Clapper mengatakan, CIA telah melakukan kontak dan kerjasama dengan badan intelijen di seluruh Eropa, khususnya di tiga negara tersebut. CIA dan seluruh badan intelijen itu,  berusaha untuk mencegah aksi teror yang dilakukan oleh sel-sel ISIS itu.

“Ya, mereka telah membentuk (sel teror). Itu adalah kekhawatiran, jelas, kita dan sekutu Eropa kami terus melihat bukti akan adanya rencana yang tengah dibuat ISIS di negara-negara tersebut,” ucap Clapper, seperti disiarkan Sputnik.

Dalam dua serangan di Eropa, ISIS setidaknya telah menewaskan ratusan korban jiwa, dan menyebakan trauma kepada ribuan orang. Dalam serangan di Paris mereka menewaskan sekitar 230 orang, dan dalam serangan di Brussels mereka merenggut 35 jiwa.

Agaknya ISIS juga berencana melakukan teror di ajang Piala Eropa. Kepala badan intelijen internal Prancis, Patrick Calvar mengatakan, oganisasi Islam radikal ini siap menjadikan kerumunan massa di Prancis, saat event Piala Eropa 2016 berlangsung sebagai target serangan.

Komentar Cavlar muncul hanya beberapa jam setelah penerbangan EgyptAir MS804 dari Paris ke Kairo menghilang di wilayah udara Mesir. Hal ini memicu kekhawatiran, ISIS akan kembali melakukan penyerangan.

Kelompok teroris global telah memperlihatkan kepada publik bagaimana dunia olahraga menjadi titik yang tak luput dari sasaran mereka. Seperti teror bom yang terjadi saat laga persahabatan Prancis kontra Jerman, di Stade de France, November 2015.

“Jelas, Prancis yang paling terancam, dan kami tahu bahwa kelompok tersebut tengah merencanakan serangan baru,” kata Calvar pada Dailystar. Kerumunan massa yang sangat besar menjadi sasaran empuk para teroris untuk melancarkan aksi – meledakkan bom di pusat-pusat keramaian kota.

ISIS memiliki potensi untuk mewujudkannya. Calvar menambahkan, kini sudah ada 645 warga Prancis yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak, dan selanjutnya akan bertambah 201 orang lagi.

Piala Eropa 2016 dimulai pada 10 Juni dan berlangsung selama sebulan di 10 stadion di seluruh Prancis. Turnamen tersebut diperkirakan akan dihadiri oleh 2,5 juta fans dari seluruh dunia.

Sekarang, Prancis tengah memperkuat pertahanan untuk menghadapi ancaman teror yang berkembang. Pemerintah Prancis juga terus mencoba untuk meyakinkan wisatawan asing bahwa negera mereka tetap aman. Seperti kata Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, “kami tidak akan mengendurkan pertahanan.” (R01/P001)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)