Islam, Agama Kedua Terbesar di Thailand

Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency/MINA

Walaupun hanya berjumlah lima persen dari total populasi negaraThailand, menjadi agama terbesar kedua di negeri itu. Sekitar 20 persen dari penduduk yang tinggal di Phuket adalah Muslim dan banyak dari mereka adalah keturunan asli orang laut yang tinggal di pulau tersebut.

Jumlah kaum muslimin di saat ini sekira 4 juta dari total 65 juta penduduknya dan meskipun Islam adalah agama minoritas di Thailand – negara berjuluk Gajah Putih yang berpenduduk mayoritas Budhis – masjid terus dibangun di luar wilayah yang didominasi Muslim di perbatasan Malaysia, dengan Bangkok dan resor wisata di wilayah selatan, Phuket.

Salah satu bangunan keagamaan di resor wisata saat ini misalnya, sedang dibangun di jantung distrik Phuket, Kamala, teluk tertutup dan desa pemancingan yang dikelilingi oleh bukit-bukit berhutan di utara pantai Patong.

Pembangunan Masjid Phadungsat dimulai dua tahun lalu setelah seorang Imam mengunjungi Phuket selama bulan Ramadhan. Pembangunan tempai ibadah kaum Muslim tersebut diharapkan selesai tahun depan, dengan Arab Saudi menjadi donatur yang menyumbangkan 1 juta Baht atau setara 35.000 USD.

Di luar Phuket, provinsi yang didominasi Muslim adalah Pattani, Yala, Narathiwat dan sebagian dari Songkhla dan Chumphon yang memiliki populasi Muslim yang dominan, yang terdiri dari Muslim etnis Thailand dan etnis Melayu.

Muslim lainnya banyak dijumpai di beberapa provinsi wilayah selatan negeri kerajaan ini, antara lain Provinsi Pattai (80 persen, Yala  (68,9 persen), Narathiwat, Satun (67,8 persen) juga Songkhla, seluruh provinsi tersebut dahulunya masuk wilayah kerajaan Pattani Raya pada abad ke-12, sebelum kerajaan Sukhotai berdiri.

Meskipun Thailand terkenal sebagai negeri , akan tetapi sekarang kerajaan cukup mendukung kehidupan Islam untuk penduduknya. Tanggungjawab masalah berkaitan agama Islam di Thailand diemban oleh seseorang mufti yang memperoleh gelar Syaikhul Islam (Chularajmontree).

Mufti ini berada di bawah kementerian dalam negeri dan kementerian pendidikan serta bertanggungjawab pada raja. Mufti bertugas mengatur kebijakan yang bersangkutan dengan kehidupan muslim, seperti penentuan awal serta akhir bulan Hijriyah.

Islam di Thailand mempunyai sejarah tersendiri yang tragis dan berliku. Mulai dari abad ke-12 di mana agama ini menapakkan kakinya di kerajaan Pattani dan kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut.

Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakui sisi kerajaan Pattani Raya atau yang lebih dikenal oleh penduduk muslim Thailand sebagai Pattani Darussalam.

Menurut Kantor Statistik Nasional Thailand pada tahun 2007, negara ini memiliki 3.500 masjid, dengan jumlah terbesar (636) di provinsi Pattani .Menurut Departemen Agama (RAD), 99 persen dari masjid yang berhubungan dengan Sunni cabang Islam dengan 1persen sisanya Syiah.

Kehidupan Islam di Bangkok  

 Seorang mahasiswa jurusan FMIPA Universitas Syah Kuala, Muhammad Chaidir mengisahkan kehidupan Muslim di Bangkok. Menurut pemuda yang mendapat Scholarship Program for ASEAN Countries yang diselenggarakan Universitas Chulalongkorn ini, pemeluk Islam di Bangkok mencapai 82 persen dari total pemeluk Islam di Thailand.

Berdasarkan penelitian Kementerian Luar Negeri Thailand, mayoritas warga Muslim di kota metropolitan ini bermukim di timur Bangkok. Sebagian besar mereka bekerja di bidang perniagaan, selebihnya di sektor yang berhubungan dengan kerajaan dan swasta.

Bangkok mempunyai sekitar 178 masjid dari total yang ada di Thailand. Di mana ada masjid, maka di sekitarnya terdapat perkampungan muslim. “Saya sendiri tinggal di sebuah apartemen di salah satu kampung muslim di Bangkok. Di sini terdapat masjid yang cukup terkenal di kalangan muslim Thailand, yaitu Masjid Darul Aman,” kata Chaidir.

Pemeluk Islam di kawasan ini kebanyakan berasal dari Pattani, salah satu provinsi di selatan Thailand. Sebagian kecil pemeluk Islam lainnya berasal dari Indonesia, Afrika, Pakistan, dan lainnya. Masjid sebagai wadah pemersatu umat benar-benar terasa ketika kita berada di tengah dominasi kaum yang nonmuslim.

Shalat lima waktu di masjid ini menurut mahasiswa itu selalu ramai – saf-saf terisi penuh. Komunitas-komunitas kecil seperti mahasiswa muslim di kawasan ini kerap membuat halaqah-halaqah guna meningkatkan keimanan mereka.

Mahasiswa muslim Indonesia di Bangkok juga membuat pertemuan tiap minggu untuk menambah ilmu keislaman dan meningkatkan rasa persaudaraan antarmuslim senegara asal.

Selain itu, hari Jumat menjadi ‘hari raya kecil’ yang disambut gembira oleh warga muslim di Bangkok yang berbondong-bondong shalat Jumat.

Banyak orang Islam yang berasal dari kawasan berbeda datang untuk melaksanakan kewajiban shalat Jumat. Para pedagang berjejer menjajakan makanan tepat di depan masjid, sehingga jamaah shalat dapat membeli makanan yang terjamin kehalalannya seusai Jumatan.

Toleransi antarumat beragama di Thailand sangatlah kuat. Saling menghormati adalah kuncinya. Di kawasan ini juga terdapat banyak tempat peribadatan bagi pemeluk Budha. Patung-patung Budha dan sesajian berupa air soda, bunga melati, kemenyan, dan buah-buahan menjadi pemandangan biasa saat warga berjalan-jalan di kawasan ini.

Para pemeluk Budha juga menghormati umat Islam. Saat perayaan Hari Raya Idul Adha yang lalu misalnya, umat Islam dapat merayakannya dengan bebas tanpa gangguan. Walaupun suasananya sangat berbeda dengan di Aceh atau Indonesia umumnya – di mana gema takbir tak terdengar nyaring karena jumlah masjid yang minim – tetapi umat Islam di sini tetap mempersiapkan diri merayakan hari besar Islam tersebut.

“Hal yang paling saya rindukan ketika itu adalah mak meugang, tradisi memasak daging yang hanya dimiliki orang Aceh. Sie reuboh khas Aceh Rayuek sempat membuat saya ingin sekali mencicipinya ketika menelepon keluarga di Aceh,” kata Chaidir.

Ketersedian makanan halal di Bangkok memang sangat sedikit, hanya ada di beberapa lokasi di mana banyak orang Islam yang datang atau bermukim seperti di pusat perbelanjaan, universitas, dan area sekitar masjid. “Di lokasi saya tinggal ada warung yang khusus menjual makanan halal yang diimpor dari Malaysia, seperti roti kabin, mi instan dan permen.”

Saat berada di Thailand, kaum Muslim memang harus berhati-hati memilih makanan. Meski demikian Pemerintah Thailand sudah lebih dulu punya aturan mengenai sertifikasi dan label produk halal jika dibandingkan dengan Indonesia, sehingga negara itu bisa menjadi pengekspor bahan pangan terbesar keenam ke berbagai negara lainnya.

NU Buka cabang di Thailand

Awal Oktober 2016, PB NU menerbitkan surat keputusan tentang pembentukan  PCINU Thailand. Katib Syuriyah PCINU Thailand, H. Muntiyarso mengaku senang NU berdiri di Thailand, karena hakikatnya Islam di Thailand memiliki kesamaan sejarah di masa lampau dengan NU, terutama dalam mensyiarkan Ahlussunah wal Jamaah.

“Hadirnya NU di Bumi Pattani Darussalam merupakan upaya menghidupkan nilai kesejarahan Islam Nusantara bagi rumpun Melayu, dulu banyak sekali Ulama Thailand Selatan yang belajar dari Indonesia, begitu pula Ulama Indonesia belajar dari Ulama Pattani Darussalam, seperti Guru Sunan Giri, Tuk Pasai, Syech Said Al Asy’ari Al Basisa, makamnya ada di Gersek, Pattani, Thailand Selatan,” kata Muntiyarso.

Selain itu, dalam catatan sejarah tokoh Muslim di Thailand Selatan disebutkan bahwa banyak ulama dari Indonesia yang berdakwah Islam Nusantara di Pattani Darussalam, yang sampai akhir hayatnya mengabdi untuk masyarakat Thailand Selatan, diantaranya: Syekh Abdusshomad Al-Palimbani, Tuk Paqeh, Sultan Alam, Pagar Ruyung, Minangkanbau, Sultan Sulaiman yang ayahnya dari Yogyakarta.

Dia juga berpendapat, hadirnya NU di Thailand dapat memberikan warna baru bagi kehidupan masyarakat muslim yang damai, adil dan sejahtera. Untuk itu menurut dia, PCINU Thailand dalam pengembangan ke depan fokus pada tiga aspek.

Ketiga aspek itu adalah: Dakwah dan Kaderisasi Islam Ahlussunah wal Jamaah Annahdliyah, Peningkatan Kualitas Pendidikan, dan Pengembangan Ekonomi Keummatan. Selebihnya merupakan upaya menghidupkan sejarah masa lalu terkait eratnya hubungan Islam Indonesia dengan Islam di Thailand, khususnya, Muslim Pattani Darussalam.

Ternyata, ribuan umat muslim di Negara Thailand sangat mengenali ulama-ulama dari Aceh, salah satunya ulama dari Wilayah Pasee, Kabupaten Aceh Utara. Ulama-ulama itu menyebarkan agama Islam di Thailand. Berkat satu ulama dari Aceh tersebut, ribuan warga di Thailand memeluk agama Islam.

Menurut Muhammad Usman, seorang Ustadz dari Pattani, Thailand yang sempat melaksanakan safari Ramadhan di Masjid Al Khalifah Matangkuli, Aceh Utara, antusias masyarakat di Aceh sangat luar biasa, terutama dari segi layanan, sopan dan santun.

“Berkat satu ulama dari Aceh itulah ribuan warga di Thailand memeluk agama Islam. Maka kedatangan saya bersama enam orang teman ini ke Aceh untuk balas budi pada ulama-ulama Aceh. Kami ingin silaturahim dan sangat ingin mengikuti jejak para ulama Aceh,” katanya.

Pattani menurut dia, sangat jauh berbeda dengan Aceh. “Di sana Islam banyak, namun ada juga penduduk yang beragama Katolik, Budha dan Hindu. Tetapi kami tak pernah bertengkar meski beda agama. Di sana juga tak ada yang namanya Syari’at Islam. Kami cinta Aceh yang bernuansa Serambi Mekkah.”

Terkait masalah pengajian, menurut Usman, tak ada yang beda antara Aceh dengan Thailand. Muslim Thailand juga shalat tarawih dengan 20 raka’at, menimba ilmu pada Jannah, Bajuri, dan Sabilal Mukhtadi.

“Meski kami bukan warga Aceh, tapi seolah-seolah kami merasakan bahwa Aceh ini juga bagian dari negara kami. Ajaran Islam di Aceh dan Thailand juga tak ada yang beda, di sana kami juga Imam Syafi’i.” Seperti kata Usman, kaum Muslim adalah saudara di manapun kita berada. Itulah hakekat agama Islam.   (R01/R02)

MI’RAJ Islamic News Agency (MINA)