Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Stigma terorisme seringkali dialamatkan kepada Islam atau kaum Muslimin. Sekalipun umat Islam di mana-mana sudah mengecam dan mengutuk aksi-aksi teror, yang biasanya keterlibatan umat Islam itu sendiri tidak bisa dibuktikan dengan jelas.
Tetap saja. Apalagi Eropa sedang resah dengan adanya pengungsi dari Timur Tengah. Krisis perang saudara di Irak, Yaman, Mesir, dan Suriah. Menjadi alasan dan kekhawatiran terorisme menyebar ke benua eropa.
Padahal salah satu ajaran Islam yang mulia adalah menyampaikan nilai-nilai rahmat atau kasih sayang.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Salah satu ayat Al-Quran menyebutkan:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ ٱلْكِتَـٰبَ تِبْيَـٰنًۭا لِّكُلِّ شَىْءٍۢ وَهُدًۭى وَرَحْمَةًۭ وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl [16]: 89).
Allah juga berfirman pada ayat lain:
طه – مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ
Artinya: “Thaahaa. Kami tidaklah menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (Q.S. Thaha [20]: 1–2).
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Imam Qatadah mengatakan bahwa tidaklah Allah menjadikan Al-Qur’an untuk membuat kesusahan, melainkan sebagai rahmat (kasih sayang), cahaya, dan petunjuk menuju kebahagiaan surga.
Ini karena ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an berisi nilai-nilai yang indah, baik dalam aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, sosial, dan semua aspek kehidupan hamba-hamba-Nya.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sendiri Allah utus adalah untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, seperti dalam firman-Nya:
وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةًۭ لِّلْعَـٰلَمِينَ
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS Al-Anbiyaa’ [21]: 107).
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Rahmat, secara bahasa artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Mana ada terorisme dilakukan dengan perasaan iba dan kasih sayang. Yang ada pasti adalah kejam, sadis, tega dan tak berperikemanusiaan.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan, makna rahmat adalah bahwa semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Demikan pula orang-orang yang mengikuti Nabi, meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Selain itu, orang-orang kafir yang memerangi Nabi sekalipun, mendapatkan manfaat yang mereka dapatkan yaitu, dengan disegerakannya maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah dibiarkan hidup di dunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Adapun orang-orang munafik, yang menampakkan iman secara dzahir saja, mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum Muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain.
Tentang kasih sayang ini, di dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوْا مَنْ فيِ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فيِ السَّمَاءِ
Artinya: “Orang-orang yang pengasih itu dikasihi oleh Dzat Yang Maha Pengasih. Sayangilah makhluk yang ada di atas bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang berada di atas langit.”
Kasih Sayang dalam Peperangan
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Allah menyebutkan di dalam Al-Quran,
وَقَـٰتِلُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ٱلَّذِينَ يُقَـٰتِلُونَكُمۡ وَلَا تَعۡتَدُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُعۡتَدِينَ
Artinya: “Dan perangilah di jalan Allâh orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 190).
Bagaimana tidak kasih sayang, dalam peperangan sekalipun jika memang mengharuskan berperang karena ditindas, masih ditekankan agar jangan melampaui batas.
Dalam pemberangkatan pasukan perangnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga memberikan pesan dalam sabdanya:
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
وَلاَ تَقْتُلُوا شَيْخًا فَانِيًا، وَلاَ طِفْلاً، وَلاَ صَغِيرًا، وَلاَ امْرَأَةً…
Artinya : “Janganlah kalian membunuh orang tua lanjut usia, anak-anak, dan wanita…”. (H.R. Abu Dawud dan Al-Baihaqi).
Bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melarang membunuh para rahib, pendeta, dalam pesannya:
لاَ تَقْتُلُوا أَصْحَابَ الصَّوَامِعِ
Artinya: “Janganlah kalian membunuh pemilik bihara (rahib).”
Juga pada hadits lainnya yang senada :
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
اغْزُوا بِاسْمِ اللهِ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَاتِلُوا مَنْ كَفَرَ بِاللهِ، اغْزُوا وَلاَ تَغُلُّوا، وَلاَ تَغْدِرُوا، وَلاَ تُـمَثِّلوا، وَلاَ تَقْتُلُوا وَلِيدًا، أَوِ امْرَأَةً، وَلا كَبِيرًا فَانِيًا، وَلا مُنْعَزِلاً بِصَوْمَعَةٍ
Artinya: “Berperanglah dengan menyebut nama Allah dan di jalan Allah. Perangilah mereka yang kufur kepada Allah. Berperanglah, jangan kalian berlebihan (dalam membunuh). Jangan kalian lari dari medan perang, jangan kalian memutilasi, jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang tua yang sepuh, dan rahib di tempat ibadahnya.” (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Al-Baihaqi).
Demikian pula ajaran kasih sayang itu diteruskan oleh para Khalifah sesudahnya. Seperti perintah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang sangat tegas kepada pasukan yang ia berangkatkan saat menuju kawasan Syam. Wasiatnya:
وَلا تُغْرِقُنَّ نَخْلاً وَلا تَحْرِقُنَّهَا، وَلا تَعْقِرُوا بَهِيمَةً، وَلا شَجَرَةً تُثْمِرُ، وَلا تَهْدِمُوا بَيْعَةً
Artinya: “Jangan sekali-kali menebang pohon kurma, jangan pula membakarnya, jangan membunuh hewan-hewan ternak, jangan tebang pohon yang berbuah, janganlah kalian merobohkan bangunan.” (Riwayat Al-Baihaqi).
Ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam dan diikuti oleh para sahabatnya sama sekali tidak pernah melakukan pembunuhan membabi buta, apatah lagi menjadi tujuan, atau menjadi sesuatu yang digemari atau yang beliau perintahkan.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun
Islam sama sekali tidak mengajarkan terorisme, main penggal kepala manusia, merusak gedung, membunuh warga sipil, meledakkan diri di tempat umum, dan sebagainya. Itu semua tidak ada dalam kamus ajaran Islam yang penuh rahmat.
Islam Tidak Terkait Terorisme
Data dan statemen pun membuktikan, sehingga Direktur Penanganan Terorisme dan Keamanan Dalam Negeri Inggris di Durham, David Schanzer (2014), mengatakan, jangan pernah menghubungkan agama tertentu dengan aksi terorisme yang semakin meningkat akhir-akhir ini.
Menurut David Schanzer, mereka yang beragama lebih kuat untuk melakukan penolakan terhadap aksi kekerasan radikalisme. Ia juga menilai bahwa orang yang memiliki keyakinan dan beragama lebih memilih untuk hidup berdampingan secara damai.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
“Mereka yang beragama lebih baik dan lebih cerdas untuk melakukan penolakan terhadap radikalisme yang kini semakin menyebar luas,” kata Schanzer.
Menurutnya, aksi terorisme yang semakin marak terjadi sejak dulu merupakan upaya kelompok tertentu untuk mengadu domba berbagai pihak. Mereka merekrut orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang memiliki keyakinan terhadap agama. Kemudian mereka diberikan pandangan sempit oleh kelompok tersebut untuk melakukan apa yang mereka inginkan dengan menjanjikan bahwa orang-orang tersebut disebut menjalani misi keagamaan yang disebut dengan jihad.
David Schanzer mengakui bahwa Islam bukanlah teroris, melainkan agama yang cinta damai dan saling menghargai antar umat. Seperti yang ia pernah pelajari bahwa dalam Islam, membunuh orang tak bersalah itu sangat dilarang oleh ajaran agama Islam. Membunuh satu orang yang tak berdosa sama saja seperti membunuh manusia di seluruh dunia.
Karena itu, begitu muncul berita aksi serangan di Paris, Perancis, beberapa waktu lalu, maka Dewan Muslim dan Keimanan Islam Perancis (Conseil Français du Culte Musulman/CFCM) langsung menyatakan mengutuk serangan yang menewaskan sedikitnya 100 orang tersebut.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
“Kami mengutuk tindakan tidak berperikemanusiaan itu, kami mengutuk serangan tersebut dengan kekuatan dari dalam hati kami,” kata Anouar Kbibech, Direktur Utama CFCM dalam siaran resminya.
Sementara Lembaga Islam Terkemuka Al-Azhar yang berbasis di Mesir juga mengutuk penyanderaan hingga pembunuhan penyerang terhadap pendeta ketika melakukan misa di gereja kawasan Normandy, Perancis, 26 Juli lalu.
Ketua Komite Ulama Al-Azhar Syaikh Dr Ahmed Al-Tayeb mengecam serangan itu dan mengatakan, aksi yang mengakibatkan terbunuhnya pastor senior (84 tahun) sebagai aksi “barbar” dan tidak sesuai dengan Islam.
“Penyerangan yang membunuh pastor dan sempat menyandera pastor lainnya, melucuti nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai Islam,” ujarnya, dalam siaran Samaa Tv.
Tayeb memperbaharui seruannya kembali untuk dunia bersatu dalam menghadapi kanker terorisme yang mengancam seluruh dunia.
Penutup
Begitulah, Islam mengajarkan kasih sayang, maka sebaliknya Islam melarang keras dari sifat ekstremisme, berlebih-lebihan, dan melampaui batas, seperti aksi-aksi anarkisme, terorisme, penjarahan, tawuran, dan pengrusakan tanpa aturan, yang justru menodai keindahan agama Islam dan menghalangi manusia dari memeluk agama-Nya.
Muslim yang digambarkan oleh kalangan tertentu sebagai agama yang ekstrem dan anarkis, sungguh, semua itu adalah kedustaan nyata yang bertentangan dengan fakta. Maka kewajiban bagi kita pemeluk Islam untuk terus meningkatkan usaha mengamalkan syariat Islam dan mendakwahkannya.
Bukan malah terpancing oleh provokasi musuh-musuh Islam, sehingga malah melakukan tindakan-tindakan anarkis yang bertentangan dengan Islam dan justru mencoreng keindahan agama Islam itu sendiri. Wallahu a’lam. (P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)