Ramallah, MINA – Otoritas Pendudukan Israel menyerahkan jenazah martir Ammar Mufleh, Kamis malam (29/12) yang syahid akibat tembakan darah dingin oleh seorang tentara Israel saat Ammar melakukan perlawanan beberapa pekan lalu di Hawara, selatan Nablus.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan, stafnya malam ini menerima jenazah Ammar Mufleh, 27 hari setelah ia syahid dan jenazahnya disimpan di lemari es pendudukan.
Seperti dikutip dari PIC, Mufleh (22), menjadi sasaran eksekusi berdarah dingin pada tanggal 2 Desember, yang didokumentasikan dalam video oleh seorang tentara Israel dan berbagai jurnalis yang ada di sekitar kejadian itu di kota Hawara, selatan Nablus.
Eksekusi itu membuat marah warga Palestina, di tengah seruan balas dendam atas kejahatan pendudukan, yang meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Martir Ammar Hamdi Mufleh lahir dan tinggal di kota Osrin, utara Nablus, di mana pemukiman merampas ratusan dunum tanah warga, dan memasang penghalang pendudukan yang mengelilingi kota.
Ammar amat berjasa dalam tugas patriotiknya, saat dia bangkit dalam kemarahan atas kejahatan pendudukan selama agresinya di Gaza, dan pergi bersama pemuda pemberontak ke Jabal Sabih, menolak pemukiman, dan selama dia menolak kehadiran penjajah di tanahnya.
“Ammar adalah tahanan termuda di Osrin, dia terluka dan berdarah dari darahnya di kota Beita, sampai dia syahid di Hawara,” demikian terang sumber itu.
Sebagaimana diberitakan sumber itu, pendudukan tidak akan bertahan lama, dan Ammar terluka empat kali dengan peluru tajam dan logam selama pemberontakan rakyat untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsa, Gaza dan Jabal Sobeih.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Dan setiap kali dia terluka, jantungnya berdebar merindukan kebebasan, hingga dia bangkit tak berdaya, berbekal kebanggaan dan martabat.
Eksekusi berdarah dingin terhadap pemuda Palestina, Ammar Muflih, menuai kecaman faksi dan kemarahan rakyat yang intens, setelah seorang tentara Israel menembaknya dari jarak dekat di kota Hawara, selatan Nablus.
Hamas mengatakan, kejahatan keji Zionis yang dilakukan oleh salah satu tentara pendudukan mengeksekusi Mufleh dengan darah dingin di Hawara, distrik Nablus, yang mencerminkan perilaku pendudukan dan tentaranya yang agresif dan fasis.
“Peningkatan kejahatan pendudukan, yang terbaru adalah kejahatan keji di Nablus, akan bertemu dengan lebih banyak perlawanan dan kemenangan atas darah rakyat kita, dan musuh akan membayar harga untuk kejahatannya,” begitu keterangannya.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
“Keadaan kemarahan yang dialami rakyat Palestina kami di tempat kejadian kejahatan eksekusi keji akan membalas tembakan ke pendudukan Zionis, dan harga akan dibayar,” lanjutnya.
Dengan menyerahkan jenazah Ammar Mufleh, Otoritas pendudukan masih terus menahan 117 jenazah syahid Palestina yang terbunuh oleh peluru pendudukan dan di dalam penjaranya sejak 2016, sementara lebih dari 253 syahid masih ditahan di penjara.
Menurut data, daftar syahid yang ditahan sejak 2016 meliputi 17 syahid dari Yerusalem dan sekitarnya, 27 dari Jalur Gaza, 15 dari Ramallah, 16 dari Jenin, 14 dari Hebron, dan 7 dari Nablus. Dan syahid terakhir yang jenazahnya ditahan adalah tawanan Nasser Abu Hamid dari kamp Al-Amari di Ramallah, yang syahid pada 2o Desember 2022. (T/R12/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara