Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Ketika di sebagian biksu Buddha ekstrimis di Myanmar begitu memusuhi Muslim Rohingya, di Bangladesh, ada sebuah biara Buddha yang melayani memberi makanan kepada ratusan Muslim miskin selama bulan Ramadhan. Ini adalah contoh langka dari harmoni sosial antara agama-agama di negara Asia Selatan.
Biara Dharmarajika di ibukota Dhaka telah menjadi populer di media sosial sejak mulai mendistribusikan paket makanan sehari-hari kepada umat Islam untuk berbuka puasa yang dikenal dengan sebutan “iftar” selama bulan Ramadhan.
Hal ini tidak terjadi pada tahun ini saja, tetapi dilakukan setiap tahun di bulan Ramadhan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Biara memulai program ini sejak enam tahun yang lalu. Biarawan mengatakan, Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk membantu umat Islam yang miskin.
Suddhananda Mahathero, Kepala Biksu Biara Dharmarajika meyakini bahwa “manusia adalah tujuan akhir dari manusia”.
“Buddhisme mengajarkan kita bahwa melayani kemanusiaan adalah keutamaan dalam agama. Kami memberi makan Muslim miskin yang tidak mampu membeli makanan di saat tepat untuk berbuka puasa,” kata biksu tertinggi kedua di biara itu.
Abul Basahr, seorang pemilik toko yang tinggal di daerah itu mengatakan kepada Al Jazeera bahwa biksu di kuil Buddha terlibat dalam beberapa kegiatan kesejahteraan sosial.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
“Hal terbaik yang mereka lakukan adalah membagikan makanan buka puasa kepada orang-orang miskin,” katanya.
Biarawan Karuna Bhikku mengatakan, itu adalah upaya untuk membangun hubungan baik dengan komunitas Muslim.
Harun Miah, pemilik restoran lokal, telah bekerja sama dengan biara selama lima tahun terakhir untuk memasak makanan berbuka puasa.
Menu makanan buka puasa terdiri dari kentang, peyaju (bawang bombay), beguni (tempura terong), kacang merah, khejur (kurma), muri (beras kembung), dan jilapi (makanan manis yang terbuat dari sirup gula) yang disajikan dalam sebuah kotak.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Ketika wartawan AFP datang mengunjungi biara pada Senin malam, 20 Juni, lebih dari 300 Muslim sedang mengantri menunggu di gerbang biara di kawasan Basabo, Dhaka, untuk menerima beberapa makanan lezat Iftar.
“Saya bisa makan beberapa makanan enak yang disajikan dengan cinta dan perhatian,” kata Amena Khatun (70), ia menambahkan bahwa ia telah datang berjalan sejauh beberapa kilometer untuk sampai ke tempat itu.
Di saat seorang biarawan muda membagikan tiket untuk Muslim yang berpuasa, polisi berada di lokasi mengawasi untuk memastikan proses tetap berjalan teratur.
“Ini adalah suatu contoh yang indah dari kerukunan beragama, menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang kepada tetangga yang berpuasa tanpa memikirkan perbedaan agama,” kata seorang polisi bernama Asad Uzzaman.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Muslim berjumlah 90 persen dari 160 juta penduduk Bangladesh. Penganut Buddha adalah komunitas kecil yang berada sebagian besar di distrik tenggara negara itu yang berbatasan dengan Myanmar.
Umat Buddha menjadi masyarakat mayoritas di Bangladesh hingga abad ke-11. Kini menjadi penganut terbesar ketiga di negara itu.
Pada September 2012, puluhan ribu Muslim pernah merusak dan membakar hampir selusin kuil Buddha di selatan negara itu, menyusul tuduhan bahwa seorang Buddha telah menodai Al-Quran.
Meskipun baru-baru ini ada lonjakan kekerasan di negara Asia Selatan itu, para biarawan mengatakan, mereka tidak khawatir tentang keselamatan mereka, karena mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan komunitas Muslim.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
“Kenapa harus ada konflik? Kita semua warga Bangladesh. Dengan membantu satu sama lain, kita dapat membuat negara ini besar,” kata Mahathero.
Banyak Muslim di media sosial menyatakan rasa terima kasih kepada Biara Dharmarajika atas pembagian makanan mereka. Postingan foto di Facebook menunjukkan para biarawan berpakaian kain berwarna kuning sedang membagi-bagikan paket makanan. Dan banyak pula yang memuji para biarawan di Twitter.
“Saya sangat menghargai inisiatif dan berterima kasih kepada mereka,” kata Nur Hossain, seorang bankir.
Biara ini sendiri didirikan pada 1949 dan merupakan rumah bagi lebih dari 700 anak yatim yang belajar di sekolah gratis. (P001/R03)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)