Jakarta, MINA – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti mengadakan Seminar World Class Professor (WCF) Tahun 2017 di Jakarta, Kamis (16/11).
Sebanyak 84 profesor kelas dunia melakukan kolaborasi dengan sejumlah perguruan tinggi dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) di Indonesia melalui program Visiting World Class Professor (WCP) 2017 tersebut.
“Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada perguruan tinggi agar berinteraksi dengan institusi dan profesor berkelas dunia, meningkatkan kinerja dan produktivitas riset akademisi perguruan tinggi, serta meningkatkan peringkat perguruan tinggi untuk masuk 500 besar dunia,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti dalam sambutannya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Ali Ghufron menjelaskan, penyelenggaraan program Visiting World Class Professor terbagi menjadi dua skema, yakni A dan B. Perbedaannya, yakni pada persyaratan perguruan tinggi pengusul dan profesor yang diundang.
“Persyaratan skema A lebih berat, sedangkan skema B lebih sederhana, begitu pula dengan target output yang didapat juga lebih tinggi pada skema A,” ujarnya.
Sebagai contoh, tambahnya, skema A diperuntukkan bagi perguruan tinggi dengan akreditasi A, sedangkan skema B dapat diikuti oleh minimal perguruan tinggi berakreditasi B. Begitu juga profesor yang diundang pada skema A harus ada minimal satu yang memiliki h-index Scopus minimal 25. Untuk skema B, profesor yang diundang cukup memiliki h-index minimal lima, dan diutamakan berpengalaman memimpin laboratorium riset atau editor jurnal internasional bereputasi.
Terkait output, Ghufron mengungkapkan, skema A pada akhir program ditargetkan mampu menghasilkan sekurang-kurangnya enam manuskrip joint publication di jurnal internasional bereputasi Q1/Q2-SJR Scimago dalam status under review. Sementara untuk skema B, minimal menghabiskan HaKI atau joint publication di jurnal internasional bereputasi, seperti Scopus, Reuters, dan Thomson dengan impact factor minimal 0,2. Adapun pada akhir kegiatan sudah dalam status under review atau HaKI sudah didaftarkan.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
“Perlu diketahui bahwa program Visiting World Class Professor ini berbeda dengan Diaspora. Selain lebih banyak melibatkan profesor yang berasal dari luar negeri juga ada proposal yang diajukan. Sehingga perguruan tinggi di Indonesia sudah tahu berkolaborasi dengan siapa, termasuk dengan track record profesornya,” sebut Ghufron.
Hadir sebagai peserta Seminar World Class Professor adalah para jajaran pejabat di lingkungan Kemenristekdikti, Komisi VII dan Komisi X DPR RI, para pimpinan perguruan tinggi, dan para koordinator Kopertis Wilayah di Indonesia.
Adapun tiga profesor yang akan memaparkan penelitiannya, yakni Profesor Jean Louis Batoz dari Prancis yang melaksanalan program di UI, Profesor Paul Taylor dari Australia yang melaksanalan program di UGM, serta Profesor K. Honda dari Jepang yang melaksanalan program di IPB. (L/R09/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru