Jakarta, MINA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) RI mendorong pengembangan Klaster Inovasi Nilam Aceh, untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terlibat dengan kerja sama dalam berbagai aspek industri dan kewilayahan.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe mengatakan, Klaster Inovasi (Klasinov) Nilam Aceh ini diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti pada 2017, dibuat untuk mendorong peningkatan ekonomi sebuah kawasan.
Klaster inovasi nilam Aceh merupakan sebuah model pendekatan untuk peningkatan ekonomi rakyat, mendorong kolaborasi dan sinergi pelaku inovasi khususnya untuk industri nilam di Aceh.
“Kita mendukung Perguruan Tinggi, Pemerintah, Dunia Usaha dan masyarakat untuk bersinergi membangun kembali kejayaan nilam Aceh. Perguruan Tinggi dapat berperan sebagai pusat keunggulan (center of excellent) dalam menghasilkan teknologi yang diperlukan oleh masyarakat,” kata Jumain saat membuka rapat koordinasi pengembangan Klaster Inovasi Aceh di Jakarta, Senin (10/9), demikian laporan InfoPublik.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Disebutkan, pada klasinov Nilam, selain sudah menghasilkan Masterplan Pengembangan Nilam Aceh untuk lima tahun mendatang, beberapa kesepakatan antar pemangku kepentingan (stake holders) juga telah dihasilkan.
“Pendekatan Quadrople Helix dari unsur Perguruan Tinggi, Pemerintah, Dunia Usaha dan Komunitas Masyarakat diterapkan untuk menghasilkan sinergi bagi pengembangan Klasinov Nilam Aceh,” terangnya.
Dalam Klasinov Nilam Aceh ini Atsiri Research Center (ARC) Unsyiah merupakan unsur dari Perguruan Tinggi. Bappeda Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dan Bank Indonesia merupakan unsur dari pemerintahan. PT. Haldin Pasifik Sementa, PT. General Aromatik dan Koperasi Industri Nilam Aceh (KINA) dari unsur dunia usaha serta Forum Nilam Aceh dan Dewan Atsiri Aceh mewakili komunitas masyarakat.
Sementara itu, Kepala Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Syaifullah Muhammad, menyampaikan, sejauh ini telah banyak program awal yang dilaksanakan terkait Klasinov Nilam Aceh. Misalnya, Pemkab Aceh Jaya telah menetapkan 2 ha lahan di Desa Seuneubok Padang kecamatan Teunom Aceh Jaya, melalui Surat Keputusan Bupati sebagai pusat Klasinov Nilam Aceh.
Dinas Perindustrian Aceh sedang menyusun Masterplan, Detail Engingeering Design (DED) dan dokumen studi lingkungan melalui anggaran 2018. Selanjutnya Bappeda Aceh juga telah menghasilkan dokumen Rencana Aksi Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Industri Nilam dan Roadmap Atsiri Aceh 2017-2027.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Disebutkan, ARC Unsyiah dengan dukungan Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti juga telah membantu pengembangan Ketel Inovasi penyulingan Nilam, pengembangan produk turunan dan pembuatan Demplot (lahan percontohan) untuk Nilam di Aceh Jaya.
“Berbagai program kalster inovasi nilam dari hulu ke hilir untuk mengangkat perekonomian rakyat harus terus ditingkatkan. Semua pihak harus bekerja sama dan berkontribusi, karena nilam merupakan produk ekspor strategis untuk Indonesia,“ kata Syaifullah.
Sementara itu, Bupati Aceh Jaya Teuku Irfan TB berharap agar petani dapat dibantu melalui teknologi penanaman, penyulingan dan kepastian pasar untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas minyak nilam rakyat.
“Penyakit pada tanaman nilam dan teknik penyulingan dengan kualitas rendah merupakan hambatan serius bagi masyarakat. Selain itu masyarakat juga perlu kepastian dan kestabilan harga,” kata Teuku Irfan. (R/R01/RI-1)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj News Agency (MINA)